21 - Mimpi itu

9.6K 585 12
                                    

Happy reading💜

________________________

"Jangan mengambil keputusan, di saat hatimu sedang emosi."

__________________________

"Gimana?" seloroh Deicha saat Beyca keluar dari kamar mandi.

"Gue jadi dapet dede gemesh junior Dede Buny?" tambah Raira absurd.

Beyca membuang nafas nya kasar, dia melempar hasil testpack tadi pada mereka. Lalu berjalan duduk di pinggir ranjang mengacak rambut nya.

Saat ini, mereka memang sedang berada di apartemen Aderald. Beyca yang mengajak mereka, kebetulan Aderald bilang dia tidak akan pulang. Jangan tanya cowo itu kemana, sudah pasti melepas rindu bersama mantan nya. Mengingat nya, Beyca jadi tersenyum getir.

"Yash, gue bakal jadi aunty!!" seru Raira semringah.

Deicha menatap sendu, pada Beyca yang terlihat frustasi dengan hasil testpack yang menunjukkan dua garis merah.

Gadis itu menatap tajam, pada Raira yang tengah berjingkrak heboh. Kenapa kebalik gini ya?

"Apaan?" bisik Raira.

"Lihat sikon dong lu anjir!" sinis Deicha.

Dia berlalu menghampiri sahabat nya, duduk di samping Beyca. Mengusap punggung wanita itu, membuat nya mendongak. "Lo mau chek ulang lagi? Kali aja ni testpack keliru."

wanita itu mengendikkan bahu nya, pertanda tak tahu. "Kalau bener, apa Aderald mau menerima dia di saat usia kita yang masih muda?" Beyca mengusap kasar wajah nya, "Gue juga harus putus sekolah? Merelakan cita-cita yang udah gue susun hancur gitu aja?"

"Bukan nya gak senang, tapi gue bener-bener belum siap," sambung nya lirih.

Raira dan Deicha saling pandang, mereka tahu berat bagi sahabat nya melalui ini semua. Raira berjalan menghampiri Beyca, menepuk kuat pundak Beyca. "Dia anugrah buat kalian berdua, meski karena kesalahan. Dia bukan anak pembawa sial, buat lo maupun Aderald. Orang tua nya aja pembawa masalah!"

"Heh!" Deicha memelotot kaget, mendengar kalimat terakhir dari mulut Raira begitu santai terlontar.

"Apa?" saut Raira polos.

Deicha berdecak, dia mengusap bahu Beyca yang kini menunduk. "Lo gak usah mikirin itu, besok kita chek lagi aja ya ke rumah sakit. Biar jelas."

Beyca mendongak, tersenyum kecil. "Gue bisa  ke rumah sakit sendiri, kalian gak usah repot-repot,"

"Gak ada kata repot, merepotkan Bey. Kita ini sahabat!!"

Mereka berdua menghambur memeluk Beyca, yang semakin terisak keras di pelukan mereka. Menghabiskan waktu, dengan mereka berdua sore ini seakan melupakan kejadian hari ini. Menghibur Beyca agar melupakan masalah tadi. Percuma juga, karena wanita itu lebih banyak diam dan merenung kali ini.

Awalnya Raira dan Deicha berniat menginap di sini, saat hari sudah malam Aderald tak kunjung datang, mereka khawatir meninggalkan Beyca sendirian. Tapi, Beyca menolak kekeuh dia tak mau mereka tahu tentang rumah tangga nya yang terbilang aneh. Dan dengan tegas mengatakan jika Aderald selalu pulang malam, karena kerja part time, untung nya mereka percaya.

Setelah kepulangan mereka berdua, ia duduk di balkon apartemen di temani secangkir coklat panas. Menghirup udara malam, begitu menyesakkan rasanya. Mengingat apa yang sudah ia impikan dulu harus hancur begitu saja. Hanya angan yang kini tersisa.

B E Y C A [Completed]Where stories live. Discover now