36 | maaf

749 110 26
                                    

"Oy dut"

Adit membulatkan matanya kaget dan langsung melihat sumber suara itu, ketika melihat siapa yang memanggilnya dia langsung merubah ekspresinya menjadi datar.

"Bercanda elahh, santai dong itu muka" Ucap Putri langsung duduk di samping Adit sambil mengambil buku yang ada di sebelahnya lalu pura pura membacanya.

"Kok tau gua disini?" Tanya Adit yang merasa tidak memberitahu keberadaannya.

"Ya mikir aja, lo tuh tipe orang kalo bolos kalo gak ke kelas ya ke perpus. Tadi gue lewat kelas lo, eh gaada, ya yaudah kesini dehh" Jawab Putri yang memang sempat mengintip kelas Adit.

Adit hanya mengangguk angguk dan memberi bentuk mulu O, lalu lanjut fokus membaca buku yang sudah dibacanya dari tadi.

"Heh, ayok" Ucap Putri sambil menyenggol nyenggol pundak Adit dan mendekatkan dirinya sampai menempel lengan Adit.

"Ayo kemana?"

"Lah malah nanya" Putri memutar bola matanya malas, "Pacaran lah, ayok" Lanjutnya lagi.

Adit yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Putri membuat wajah mereka hanya berjarak sekitar 3 - 4 cm, Putri yang cepat sadar langsung menarik kepalanya dan duduk tegap. Adit pun yang ikutan sadar langsung mengalihkan pandangannya dan matanya kembali melihat bukunya.

"E-ehem" Putri menelan ludahnya lalu merapikan kembali rambutnya. "Gi-gimana? Simple kan, tinggal bilang iya gitu lohh" Lanjut Putri ingin mencairkan suasana.

Adit tidak membalas dan tetap memfokuskan dirinya membaca buku. Putri yang melihat itu seketika rasa malunya hilang menjadi rasa kesal, rasanya dikacangin itu gaenak loh ndro.

"Ih! Gue kan udah kayak yang lo suruh, pergi ke Jeni trus cari tau soal lo baru matengin perasaan gue, trus datengin lo kan? Lo masih gatau jawaban lo? Apa gue harus ngelakuin hal hal laen lagi? Apa? Ke nyokap lo trus ngemis ngemis minta anaknya jadi pacar gue? Oke! Fine! Mana nyokap lo sekarang?" Ucap Putri berdiri dari tempat duduknya.

Namun tangannya ditarik dengan cepat oleh Adit untuk duduk kembali.

"Berisik, lagi diperpus. Itu ada tulisannya, lo ga liat?" Balas Adit sambil menunjuk tulisan 'Jaga ketenangan' yang tertempel di sela sela lemari buku.

Putri semakin kesal mendengar itu,

"Heh! Gue cewe juga anjir, kesel juga kalo diginiin sama lo, Dit" Putri duduk kembali disamping Adit dengan helaan napas.

"Diginiin apa?"

"Ya kayak gini, lo seakan akan ga peduli perasaan gue" Jawab Putri, namun tak lama melanjutkan kalimatnya. "Apa.. Emang lo ga peduli ya.. " Lanjutnya.

Adit yang mendengar itu kembali mengalihkan pemandangannya ke wanita disampingnya itu.

"Bukan gitu" Balas Adit menatap Putri lekat seakan akan takut gadis didepannya ini salah paham.

"Terus gimana?"

Adit menghela napas. Entah mengapa dia tidak bisa bicara kepada Putri tentang perasaannya yang sangat campur aduk sekarang. Dimulai dari percakapannya dengan Jeni yang sangat membuatnya kaget jadi susah untuknya mencerna perkataan orang orang.

"Lo ga ngerti Put"

"Dit anjing, gue maki maki lo sekarang. Lo bisa bisanya bilang gue ga ngerti? Lo! Lo anjir gila ya?! Bener bener sum--" Ucapan Putri terpotong ketika dia melihat siswa siswi yang melihatnya. Putri berdecak sebal, mengapa perdebatannya harus diperpustakaan sih. "Ck, tai lah. Lo ngapain di perpus si elah // ayok ikut gue keluar bentar"

waketos ¦ ltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang