33.Keluarga

1.1K 158 241
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

"Kenapa kau mengikuti ku?"

Keduanya berjalan beriringan sepanjang lorong, tidak membuat percakapan sedikitpun. Langkah kaki tak beraturan memecah keheningan, sementara pemilik kaki saling membuang pandangan.

"Siapa bilang? Hanya kebetulan saja arah kita sama" jawab pemilik surai putih.

Keheningan kembali menjadi teman di setiap tarikan nafas. Setelah beberapa menit lamanya mereka saling berdiam diri, bahkan menoleh untuk menatap wajah orang disampingnya pun tidak.

"Kenapa kau mengikuti ku?" kali ini pertanyaan keluar dari orang yang sebelumnya memberi jawaban.

Gadis itu memutar otaknya mencari jawaban, tetapi sebuah kalimat keluar begitu saja menjawab pertanyaan. "Hanya kebetulan."

Keduanya terdiam, langkah mereka terhenti. Matanya menyapu sepanjang lorong dan menyadari bahwa mereka berada di tempat pertama kali mereka berdua bertemu.

'Lah, kok balik lagi kesini?!' keduanya menjerit kebingungan dalam hati. Tanpa sengaja iris mata saling berpapasan, belum mencapai 1 detik mata kembali di gulirkan ke arah lain.

Dua orang yang sering membuat keributan, bibirnya terkunci kali ini. Merasakan suasana canggung yang amat luar biasa, mereka tak ingin ini terus berlanjut.

"Nah kan! Kau mengikuti ku!" si pria memutuskan menuduh gadis dihadapan, untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

"Heh?? Aku?!" (Y/n) memundurkan wajahnya karena telunjuk pria itu hampir menusuk matanya. "Mana ada!" ia membantah, meski wajahnya sudah ia yakini berubah warna sepenuhnya.

Sial, gadis itu mengumpat dalam hati. Ia dijebak oleh Sanemi dengan memutari kediaman ini.

"Jangan mengelak!" Sanemi berusaha membentak meski timbul rona tipis diwajahnya.

Sial, Sanemi sama sama mengumpat dalam hatinya. Ia juga mengira bahwa (Y/n) yang menipunya, sehingga ia memutuskan untuk menuduh (Y/n) terlebih dahulu.

Keduanya saling menuduh, padahal yang terjadi adalah; mereka sama sama tidak fokus sehingga memutari kediaman.

"Kau tau kan aku baru saja sembuh?! Wajar saja jika aku kekurangan fokus!" (Y/n) kembali mengelak dengan cara bersembunyi dibalik kata 'baru sembuh'. "Jangan jangan, kau yang mengikuti ku!"

Sekarang Sanemi yang kebingungan mencari alasan lain, ia tak berani menatap (Y/n) sehingga manik matanya berlarian ke sana kemari.

"A-aku lupa! Kediaman ini sangat besar, wajar saja jika aku salah jalan!" kilah Sanemi.

Mereka sama sama memalingkan wajah dengan rona di pipi yang menjalar hingga ke telinga. Bukan tanpa alasan mereka merasa lebih canggung saat berinteraksi.

Alasannya satu; pernyataan cinta.

Sanemi yang malu disaat menyadari dan menyatakan perasaannya kepada (Y/n), sampai sekarang ia tidak menyangka bahwa dirinya sendiri telah jatuh cinta.

Sedangkan (Y/n), ia merasa aneh ketika berdekatan dengan Sanemi. Wajahnya selalu memerah ketika mengingat pernyataan cinta Sanemi meskipun tidak secara langsung.

"Ah! Terserah kau saja lah!" (Y/n) marah marah tidak jelas dan langsung pergi dengan kaki yang di hentak hentakkan.

Baru beberapa langkah kakinya melaju, karena pikirannya sedang tidak fokus, ia menabrak sesuatu yang sangat keras hingga jatuh terduduk.

"Aduhh!" (Y/n) meringis sembari mengusap bagian tubuhnya yang terasa sakit.

"Oyy, kau baik baik saja?!" Sanemi reflek menghampiri dan mengulurkan tangannya agar (Y/n) bisa berdiri.

Memories || Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now