43.Rasa Bimbang

602 97 46
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

Sial.

Kenapa aku belum pingsan?!

Demi apapun, aku berharap agar segera pingsan saja. Rasa sakit yang menggerogoti tubuhku benar-benar tidak bisa dianggap enteng, aku tidak bisa terus menahan rasa sakit ini.

Untuk sementara waktu mataku tertutup, aku yakin Muzan dan uppermoon lainnya mengira aku sudah kehilangan kesadaran. Sudahlah, setidaknya aku bisa istirahat dan bernafas dengan tenang.

Namun, sepertinya tidak pingsan bukan hal yang buruk juga. Aku tidak tau apa yang akan terjadi ketika aku kehilangan kesadaran, mungkin saat aku bangun aku sudah berada di akhirat dan Muzan sudah menggenggam penuh kekuasaan di dunia ini.

Ugh, sial. Bahkan disaat aku diam pun, dunia ini terancam dalam bahaya. Aku benar benar harus mempersiapkan strategi dengan waktu sesingkat mungkin, mana bisa aku menyerah secepat itu!

Tapi sungguh, apa yang kukatakan sebelumnya bukanlah omong kosong. Aku bahkan baru menyadari bahwa iblis itu benar benar pengecut. Membawa Yuri sebagai sandera agar aku tidak pergi? Ck, pemikirannya pendek sekali. Padahal aku yakin iblis gila itu bisa mengalahkanku dengan satu tatapan mata.

Yah, aku akui tadi sedikit memalukan. Sempat-sempatnya aku menunduk dan memohon padanya untuk berhenti menyerang. Tapi sepertinya aku melakukan hal itu tanpa kusadari, bagaimanapun instingku bekerja dan melakukan apapun untuk bertahan hidup, aku rasa tadi satu satunya cara agar aku tidak terus menerus diserang.

Namun, yang aku pertanyakan adalah kenapa sejak kedatangan Yuri aku merasa kekuatanku meningkat? Ayolah, aku sering mendengar omong kosong Yuri mengenai kekuatan persahabatan, tapi mana mungkin hal konyol itu adalah suatu kenyataan?!

Sudahlah, sekarang bukan waktunya membahas itu. Pikiranku begitu kusut, aku tidak bisa berfikir jernih dan mengatasi kegelisahan ini. Antara ingin kabur dan bertahan hidup, atau meninju wajah Muzan sialan itu lalu mati.

'Akhhh...'

Aku menggigit bibir bawahku kuat, posisiku yang sedang telungkup cukup menguntungkan sehingga Muzan tidak melihat eskpresiku. Tapi apaan tadi itu?! Punggungku serasa ditekan ke bawah.

Dasar Muzan brengsek. Bisa-bisanya dia menginjak seorang gadis yang sedang sekarat?! Cih, pantas saja dia jomblo, perlakuannya pada wanita benar-benar biadab, seseorang harus memberinya pelajaran!

"Tuan, sebenarnya apa alasanmu menunda-nunda? Seharusnya anda bisa melakukan hal itu dengan mudah dalam waktu beberapa menit."

Eh? Pendengaran ku menangkap sesuatu. Suara tak asing ini berasal dari iblis sinting lainnya yang membuat mataku terluka. Sialan! Mentang-mentang punya banyak mata, seenaknya melukai mata orang lain!

"Hah? Bicara apa kau?" aku mendengar jawaban dari Muzan, terdengar menusuk dan dingin.

"Maaf tuan, saya hanya bingung, sebenarnya anda bisa langsung membunuhnya atau mengambil darahnya saat dia masih pingsan pertama kali, kenapa tidak tuntaskan tujuan anda secepat mungkin?"

Aku sedikit terkesiap, ini adalah pertanyaan yang ingin aku sampaikan sejak tadi tapi tidak sempat. Beruntung sekali Kokushibou bisa sepemikiran denganku, aku benar-benar ingin tau jawaban Muzan.

Dipikir-pikir memang benar, sejak tadi Muzan terlihat bermain main, tapi ternyata luka yang aku dapatkan tidak sedikit juga, dasar sialan.

"Benar, tuan. Seharusnya anda mengakhiri semuanya dengan cepat, gadis itu banyak tingkah, dia tidak akan diam saja."

Memories || Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now