44.Tanpa Dirinya

627 93 90
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

Tubuh gadis itu dibawa, dikelilingi oleh orang-orang kuat disekitarnya. Jangan bercanda, mereka bukan pengawal seorang putri, justru hal itu dilakukan agar si gadis tidak kabur seenaknya.

Orang stres yang mengaku sebagai ras terkuat sedunia mendesis kesal, kedua tangannya terikat oleh seuntai tali yang amat erat dibelakang tubuh, mencegahnya bergerak dengan leluasa.

Salahnya juga sudah menyulut emosi para Pilar yang pada dasarnya tak tertandingi. Namun, memang kebodohan sudah mendarah daging hingga masuk kartu keluarga pribadi, ia sama sekali tidak menyesal.

Kapan lagi kehidupanmu yang monoton seketika penuh drama setelah berpindah dimensi? Boleh semua orang memanggilnya sinting, dia memang seorang masokis yang gila pria tampan.

Tapi memang pada dasarnya dia seorang manusia yang memiliki akal—jika masih berfungsi, gadis itu merasa kesal saat dirinya diperlakukan seperti tahanan setelah diciduk minum amer diusia ilegal.

"Kenapa harus diiket, sih?! Kalian pikir aku sapi?! Jangan-jangan mau dikurbanin nih." gadis itu menatap horor para Pilar yang mendelik tajam mendengar perkataannya.

"Kenapa?! Tidak suka?! Mau diseret, hah?!" bentak pria tua itu. Tidak, dia masih muda, hanya karena suatu kelainan membuat rambutnya menjadi putih sejak lahir, kelainan yang menambah ketampanannya.

Nyali gadis itu ciut saat mendengar nada tinggi yang memasuki telinganya. Sialan, ibunya saja tidak pernah membentaknya, siapa dia sampai berani-berani membentak karena hal sepele? Gadis itu perlu memberi pelajaran.

Tidak, sungguh, ia bercanda. Mana bisa gadis hobi ngenolep sepertinya bisa mengalahkan Pilar tergalak sepanjang masa itu? Tentu, gadis itu perlu meminta bantuan temannya yang masih belum menjauh dari ajal yang kian mendekat.

"Tunggu, siapa yang dibawa kakushi itu?" langkah Giyuu yang berada di barisan depan terhenti, mau tak mau menghentikan gerakan para Pilar dibelakangnya.

"Lihat!" seruan Mitsuri mengalihkan atensi semuanya, menunjuk ke arah pria dewasa yang menggenggam kepalanya erat. "Apa yang terjadi dengan Oyakata-sama?!"

Kelima Pilar itu saling bertukar pandang dengan rasa panik yang mulai menyeruak dari dalam dada. Kepala mengangguk serempak, seketika berlari cepat menghampiri kediaman Oyakata-sama.

"Eh buset!! Woi, rambutku rusak sialan!!"

Para Pilar tentu terburu-buru, tapi mereka juga tak bisa melupakan tahanannya. Sanemi tanpa menggunakan perasaan menarik surai merah muda itu, menyeretnya mengikuti langkah Pilar lain.

"Oyakata-sama, apa yang terjadi? Siapa yang dibawa oleh Kakushi tadi? Anda baik-baik saja?" pertanyaan beruntun diberikan oleh Mitsuri, bahkan tidak sempat memberi basa-basi terhadap pemimpin pemburu iblis itu.

Oyakata-sama mengangkat kepalanya, seketika terbelalak kaget melihat kondisi beberapa bawahannya yang menerima cedera cukup parah. "Ada apa dengan kalian? Aku kan belum memberi misi pada kalian?" ia balik bertanya.

Para Pilar sudah berjejer dengan posisi berlutut sebagai penghormatan, tak lupa seorang tahanan yang masih menggeliat mencoba melepaskan diri. Oyakata-sama terlalu bingung untuk menyadari ada orang asing ditempatnya.

"Oyakata-sama, ceritanya panjang, tolong beritahu saya, siapa yang dibawa Kakushi tadi?"

Giyuu bertanya dengan terburu-buru, detak jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dengan pengharapan yang terus dipanjatkan. Muncul setitik harapan agar apa yang Oyakata-sama katakan bisa sesuai dengan apa yang ia pikirkan.

Memories || Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now