52. Kejahilan Bertambah

504 54 38
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

"Heyy, lagi ngapain di sini?"

Gadis itu menaik turunkan alisnya, bertanya dengan tangan merangkul akrab pada leher gadis lain. Yang ditanya malah menghela nafas, wajahnya tampak basah oleh keringat, gugup.

"Baru aja dipanggil Oyakata-sama. Serem woy, aku ditanyain segala-gala."

Keluhan temannya membuat (Y/n) tergelak, terdengar mengejek sehingga Yuri hanya bisa memalingkan wajahnya kesal. (Y/n) Lagi-lagi menatap Yuri dengan pandangan jahil. "Hoo, udah jadi orang penting nih, ya? Sampai dipanggil pemimpin pembasmi iblis tuh."

"Penting matamu, sini ku geplak kepalamu!"

(Y/n) melompat menjauh saat tangan Yuri terangkat untuk memukul, diiringi tawa karena serangan gadis bersurai pink itu meleset. Gadis itu menghela nafas untuk yang kedua kalinya, tidak ingin memperpanjang.

(Y/n) kembali mendekat, berjalan berdampingan dengan sahabatnya. Gadis itu mengangkat kedua tangan beserta bahu, angkuh. "Yahh, kau harus berterimakasih padaku, sih. Soalnya jika bukan karena aku, kau sudah dibuang ke laut sejak kedatangan pertamamu."

Langkah Yuri terhenti seketika, menatap temannya tak habis pikir. "(Y/n) ngajak ribut mulu, ada maunya nih pasti."

Lawan bicaranya membalikkan badan, membuka mulut seraya menutupinya dengan tangan tidak percaya. "Oh Tuhan, kau sangat peka! Tau aja!" ia terkekeh geli saat Yuri memutar bola matanya malas.

"Mau apa?" tanya Yuri to the point. Dia masih kesal, jadi sedikit jutek. Ini karena kejahilan (Y/n) saat itu, bisa-bisanya pula Muichirou dan Kyoujurou bekerja sama, jadi semakin emosi jika memikirkannya.

"Aku mau ke rumah Paman Tengen, ikut yo?"

"Ha?" kedua alis Yuri bertautan. "Uzui? Ngapain ketemu tu om-om brengsek?" tanya Yuri emosi. Tentu saja, dia sudah tau betul bagaimana Uzui Tengen menikahi tiga wanita sekaligus. Meskipun istri-istrinya tidak masalah, tapi tetap saja Yuri kesal.

(Y/n) mendekat, lalu kembali mengalungkan tangannya pada bahu Yuri untuk membujuknya, meskipun kaki (Y/n) harus sedikit— sangat berjinjit. "Ayolahhh, memangnya kau tidak ingin bertemu ketiga istrinya Paman Tengen?" (Y/n) menaik turunkan alisnya iseng.

Gadis pemilik surai pink itu pun mengalihkan tatapannya ke atas, berfikir sejenak, dengan dua jari yang menjepit dagu. Dipikir-pikir memang penasaran, sih. Yuri juga ingin sekali bertanya langsung apa alasan mereka mau DITIGAKAN seperti itu.

Kepala mengangguk mantap, lantas menoleh pada sang teman. "Yok."

"Yoshh! Kita ke kediaman Pilar Suara sekarang juga!" (Y/n) mengangkat kedua tangannya antusias, sedikit melompat karena senang.

Sebenarnya ia tidak terlalu ingin bertemu dengan Tengen, tidak ingin malah. (Y/n) hanya merasa bersalah karena tidak pernah mengunjungi ketiga istri Pilar Suara itu, padahal dia pernah berjanji untuk berkunjung.

(Y/n) berinisiatif untuk mengajak Yuri supaya tidak dikerjai lagi. Jujur saja ia masih trauma, Tengen benar-benar berbahaya, karena itu ia tidak akan pergi seorang diri. Yuri adalah pengawalnya, hanya itu.

Keduanya mulai berjalan menuju kediaman Pilar Suara itu. Diiringi bincangan ringan di perjalanan, Yuri dan (Y/n) terlihat sangat akrab ketika melemparkan candaan satu sama lain.

Tak perlu waktu lama hingga kediaman yang dituju tertangkap oleh pandang. (Y/n) mempercepat langkah, sehingga Yuri mau tak mau menyamai langkah temannya yang tampak tidak sabar.

Memories || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang