50.Yuri tanpa Sahabatnya

318 54 3
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

Gadis itu menghembuskan nafas lelah. Seraya memijat pelipisnya yang mulai terasa sakit, ia berjalan memasuki gedung di mana dirinya menimba ilmu. Cukup banyak orang yang berlalu lalang di sekitarnya, tetapi orang yang dicarinya tak kunjung ditemukan.

Masa bodoh dengan keluarganya. Ayah dan Ibunya kan memang banyak drama, bisa saja mereka bercanda dan ingin memberi kejutan, tau tau saat pulang dibelikan action figure Levi Ackerman. Yahh, semoga saja begitu.

Kedua netranya mengerjap cepat, diikuti senyum yang terulas tipis. Gadis itu melangkah menghampiri, lalu menepuk pundaknya kasar. "Oii!"

"Aduh! Yuri, apa sih?! Sakit tau!"

Yuri hanya terkekeh geli melihat laki-laki yang meringis kesakitan itu. Padahal rasanya pukulan Yuri tidak seberapa, dia memang berlebihan. Yuri mulai menyimpan sikunya di atas bahu laki-laki itu, sok akrab. "Yo, gimana kemarin? Jadi pulang bareng sama (Y/n), kan?"

"Hah? Apaan?" remaja seumurannya mengernyitkan alis. "Aku pulang sendiri kok, lagian (Y/n) siapa? Ada orang yang naksir aku?"

Alis Yuri sama-sama mengernyit, lalu menurunkan sikunya yang semula bertengger di atas bahu lawan bicara. "(Y/n), woy, (Y/n)! Kan kau sendiri yang minta dikenalin, ngajak pulang bareng segala, kau yang naksir dia, kan?"

Laki-laki itu terkekeh canggung seraya menggaruk belakang kepalanya. "Yuri ngomong apa sih?" tanyanya bingung. "Emang Yuri punya temen yang namanya (Y/n)? Dari kelas mana emang?"

Yuri membulatkan mata sekaligus mulutnya, melangkah mundur tidak habis pikir. Lelucon apa lagi ini? Padahal Yuri sudah bela-belain ikut event pulang sekolah agar tidak pulang bersama (Y/n) dan sahabatnya pun bisa pulang bersama dengan laki-laki ini, tapi sekarang apa?

"Eh, jangan bercanda deh, gak lucu sumpah." Yuri terkekeh bingung, memalingkan wajahnya yang telah bercucuran keringat sejenak. "Aku udah maksa (Y/n) biar mau pulang bareng sama kau, kok gak jadi?"

"Yuri, aku gak tau (Y/n) itu siapa." laki-laki itu menghembuskan nafasnya lelah. "Kayaknya kau kebanyakan ngehayal deh, minum obat dulu sana, ntar stress, lagi," ujarnya, lalu melenggang pergi meninggalkan Yuri seorang diri.

Yuri menyisir rambutnya ke belakang sekali lagi, berakhir menggigiti kuku jempolnya gelisah. Kenapa orang-orang terlihat aneh hari ini? Pikirnya. Yuri benar-benar tidak bisa mengerti apapun.

Dengan cepat ia meraih ponsel di sakunya. Jari-jari sibuk menekan tombol dan menggeser layar itu, hingga ekspresi paniknya tidak bisa disembunyikan lagi.

"Kok kontak (Y/n) ilang, sih?!"

Yuri masih sibuk menggeser daftar nama dalam kontaknya. Pasti ada yang salah dengan penglihatannya, karena itu nama '(Y/n)' tidak tertangkap oleh matanya.

"Yuri! Kau gak ganti baju?! Jam pertama kita olahraga loh!"

Seruan dari temannya membuat Yuri menoleh cepat, lalu memegang kedua kepalanya panik. "Buset lupa!!" gawat, guru olahraga kan sangat galak, telat sedikit dirinya bisa tewas. Sudahlah, urus saja anak itu nanti!

.
.

"Kaneko Yuri!"

"Hadir, pak!"

Guru dengan perawakan tinggi itu kembali berkutat dengan buku absennya. Manik matanya melirik pada deretan nama murid dimulai dari atas sampai bawah, memastikan tidak ada yang terlewat.

"Baiklah, sudah semua. Sekarang kalian pemanasan saja dulu, setelah itu akan Bapak jelaskan materinya."

"Baik, Pak!"

Memories || Kimetsu no YaibaWhere stories live. Discover now