Chapter 10 : Titik Terang

37 10 0
                                    

Tanggal 6 Juni, tahun 2000, seorang bayi laki-laki lahir ke dunia, kehadirannya membuat semua yang ada di rumah sakit kala itu menangis haru. 9 bulan lamanya mereka semua menunggu atas kelahirannya.

Saat suara tangis yang ia keluarkan dari mulut kecilnya terdengar, semakin membuat sanak saudara yang telah berkumpul menangis bahagia.

Sang ayah, Aryo, menggendong sang bayi ke pangkuannya dan meng-azaninya. Mereka sangat bahagia karna si bayi lahir dengan sehat, dengan sang ibu yang juga dalam keadaan sehat.

"Namamu Chandra nak, Chandra Putra Agung"  Bisik sang ayah ke telinga sang bayi seusai di azani olehnya.

"Dia lahir dengan sehat" Ucap sang ibu dengan air mata bahagia yang membasahi pipinya.

"Terima kasih telah memberikan ku malaikat-malaikat yang tampan, aku menyayangi kalian semua" ucap Aryo, kemudian mengecup kening sang istri sayang.

🐻🐻

5 tahun berlalu, Kini Chandra tumbuh menjadi bocah lucu yang usil, ia tumbuh dengan kasih sayang dan rasa cinta yang diberikan keluarganya dengan berlimpah kepadanya.

"Chan, siap sekolah?" Tanya sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Siap dong ma!" Sahut si kecil girang.

Sang ibu tertawa kecil melihat tingkah sang anak yang manis tersebut.

"Siniin tas nya, biar mama siapin bekal buat kamu, nanti di sekolah dimakan ya Chan" Sang ibu mengambil tas sang anak dan meletakkan kotak makan di dalamnya.

Si kecil hanya mengangguk sembari menyantap sarapan paginya.

Terdengar suara langkah kaki seseorang dari arah tangga. Itu Aryo, sang ayah.

"Wah, anak ayah udah siap buat sekolah nih?" Tanyanya sembari menuju ke arah sang anak.

"SIAPP!" jawabnya. Chandra kecil mengacungkan jempolnya ke arah sang ayah yang kini berada di hadapannya, dan itu membuat sang ayah terkekeh dan mengusap kepala sang anak gemas.

"Ma, sarapan aku mana ma?" Ucap Yonggi yang kini duduk di meja makan.

"Aku juga ma" Dika ikut-ikutan.

Raka dan Jamal juga tidak mau ketinggalan.

"Iya, ini sarapannya" Ucap sang ibu lembut kepada keempat anaknya itu.

Sang ibu juga menyiapkan empat kotak bekal untuk anak-anaknya.

"Siapa yang duluan siap sarapan, ayah kasih jajan!" Seru sang ayah kepada anak-anaknya itu.

"Aku" /Dika.

"Aku" /Jamal.

"Paan sih, orang aku duluan juga" /Dika.

"Stttt, jangan berisik" Ucap Yongi kesal.

"Yaudah, jangan berantem, ntar ayah kasih semuanya" Sang ayah memotong perdebatan kedua anaknya itu.

Wajah Dika dan Jamal kini berubah menjadi masam, dan merasa kesal satu sama lain.

"Yaudah, cepat habisin sarapannya, trus biar ayah yang antar"

"Lho, ayah nggak kerja?" Tanya Yonggi di sela makannya.

"Emang kalo ayah anterin kalian dulu nggak boleh?"

Diary of Chandra || Haechan [REVISI]Where stories live. Discover now