18. Pendekatan dengan sang Kakak

47 8 0
                                    

Reaksi pertama setelah membaca pesan Malvino Airin memang sempat mengerutkan kening. Tapi Airin mencoba memaklumi. Mungkin Malvino memang sedang ada urusan mendadak.

Airin berjalan keluar kelas bersama Sandra dan Bianca. Ketiganya asik mengobrol.

"Eh iya ada tugas evaluasi ya, Fisika lagi. San lu ngerjainnya kapan?" Bianca menoleh pada Sandra. Jika berbicara tentang tugas wajah Bianca terlihat putus asa. Selain malas, Bianca tidak cukup pintar memahami semua materi.

"Au ya, mager gua," seharusnya jangan bicara dengan Sandra. Karna temannya ini sama saja.

"Ngerjain bareng aja lah yuk, Rin ngerjain bareng yuk?" Bianca menoleh pada Airin. Berharap si anak pintar ini mengiyakan permintaannya. Dengan begini Bianca tak perlu kesusahan lagi.

Airin terdiam mendengar ajakan itu. Pertama kalinya ada orang lain yang mengajaknya belajar bersama. Ini akan mengasyikan karna Airin suka belajar.

"Yuk, mau kapan?" Bianca senang bukan main mendengarnya.

"Enaknya kapan? San kata lu kapan?"

"Ini hari apa? Senin ya? Di kumpulinnya kapan tadi?"

"Jumat,"

"Rabu," ralat Airin.

"Rabu Bie, lu sengaja di undurin biar besok-besok aja ngerjainnya kan lu," Bianca cengengesan. "Rabu ya? Ya mau gak mau besok kita ngerjainnya,"

"Kalo besok mau kapan? Malem? Lu boleh keluar malem rin?" Tidak heran jika Bianca bertanya pada Airin. Karna mereka pasti yakin Airin tidak pernah keluar malam.

"Jangan malem bisa gak? Kalo pulang sekolah gimana?"

"Nah iya pulang sekolah aja," sahut Sandra menjentikkan jari.

"Ngerjainnya di rumah Sandra aja," sahut Bianca

"Pengenan lu mah biar bisa ngabisin makanan gue,"

Airin tertawa. "Oke, besok ya? Di rumah kamu?" Sandra mengangguk.

"Kita duluan ya Rin, dadah!" Begitu sampai di parkiran mereka berpisah seperti biasa. Airin melanjutkan langkahnya lagi menuju gerbang sekolah.

Tidak biasanya di luar gerbang ramai. Motor dan kendaraan lainnya cukup padat di dekat gerbang. Mereka tidak henti menyalakan klakson. Membuat suasana yang ramai semakin gaduh.

Airin berjalan dengan hati-hati menyalip motor dan mobil yang masih tidak bisa berjalan keluar. Sampai di luar gerbang Airin melongok, ternyata ada dua mobil yang terparkir di sebelah gerbang. Tidak ada yang tahu siapa pemiliknya. Dua satpam sekolah sampai kebingungan karna jalanan depan sekolah semakin padat dan tidak terkendali. Motor-motor dan mobil sampai tidak bisa keluar. Ini semua hanya karna dua mobil hitam.

Airin memandangi mobil itu. Mengerutkan kening. Sepertinya Airin tidak asing dengan mobil ini. Setelah di ingat-ingat tidak ada orang terdekat Airin yang mempunyai mobil ini. Mobil Malvino tidak seperti ini. Kaca jendelanya yang hitam dan terlihat tebal.

Airin segera tersadar, berbelok ke kanan tak mau berlama-lama disini. Berjalan dengan sedikit berlari agar Airin bisa cepat sampai di halte dan menaiki bus. Sudah lama Airin tidak pulang sendiri. Rasa takut kembali menyerang.

Duduk di halte yang tidak terlalu ramai. Hanya ada dua siswi seperti dirinya yang juga menunggu bus datang. Airin duduk di bangku. Menggoyangkan kakinya.

Tidak perlu lama menunggu karna yang di harapkan datang juga. Airin bersama dua siswi tadi masuk ke dalam bus.

Di dalam bus cukup ramai tapi masih ada bangku kosong yang tersisa. Ada lima di bagian belakang tapi disana banyak lelaki. Airin memilih duduk di sebelah seorang gadis yang masih kosong. Saat Airin duduk gadis itu menoleh, pandangan mereka bertemu. Si gadis terlihat melebarkan mata. Sementara Airin mengerutkan kening. Wajahnya terlihat tidak asing.

CURIOUSحيث تعيش القصص. اكتشف الآن