5. Separuh Nafas

94 17 2
                                    





Pagi yang cerah mengawali hari minggu. Sebagian orang akan menggunakan pagi ini dengan berolahraga untuk menjaga kesehatannya. Ada juga yang sedang bersiap untuk liburan singkat. Semuanya sibuk melakukan aktivitasnya di hari minggu.

Seperti Malvino yang masih tertidur pulas di balik selimut. Orang seperti Malvino wajar saja masih bermalas-malasan. Karna tinggal sendiri dan tidak memiliki kegiatan apapun, jadi lebih baik tidur.

Tapi suara dering dari ponsel yang tergeletak di meja tak bisa di ajak kompromi. Menganggu Malvino yang masih menikmati mimpinya. Suara bising dari dering membuat Malvino akhirnya terbangun. Membuka mata untuk menyadarkan. Deringan ponsel terdengar kembali membuat Malvino berdecak. Siapa di pagi begini sudah menelponnya. Malvino bukan orang sibuk yang memiliki urusan penting sehingga terus di hubungi.

Dengan malas Malvino meraih ponsel. Matanya menyipit melihat kontak yang ada di layar. Seketika matanya terbuka lebar. Langsung beranjak duduk tapi menjadi meringis merasakan nyeri pada tubuhnya akibat kejadian semalam. Malvino menggerakan tubuhnya dengan pelan. Mengusap matanya sambil menerima panggilan. "Halo mbak, kenapa?"

Mendengar balasan membuat Malvino terdiam beberapa detik. "Nanti saya kesana,"

Tanpa membalas lagi Malvino menutup sambungan. Membiarkan ponselnya terjatuh karna tak Malvino pegang lagi. Cukup lama Malvino terdiam. Menarik nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. Karna telepon tadi mengharuskan Malvino untuk cepat beranjak dari ranjang dan membasuh tubuhnya.

Sebelum masuk ke kamar mandi Malvino melihat kalender di meja.

15 Agustus.

《》《》《》

Malvino sudah rapih dengan kemeja putih, kancing atasnya terbuka dua menampilkan sedikit tatonya. Di padukan celana jins dan topi hitam. Penampilan Malvino selalu casual dan simple seperti biasa. Ini yang membuat para wanita semakin menggilainya. Hanya dengan kemeja saja Malvino sudah sangat mempesona.

Meraih dompet dan kunci mobil di meja. Memasukkan dompet ke saku sambil berjalan keluar apartemen. Mengunci pintu lalu masuk ke dalam lift. Apartemen nya berada di lantai 15. Menekan tombol 1 untuk turun. Tak butuh waktu lama ia sudah berada di bawah. Keluar dari lift dan berjalan menuju basemant. Masuk ke mobilnya dan melajukan dengan kecepatan sedang.

30 menit kemudian Malvino sudah sampai di tempat tujuan. Memasuki gedung yang namanya terpampang jelas di atas. Rsj. Alamanda.

Memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Malvino masih terdiam di tempatnya. Menarik nafas lalu menghembuskan dengan perlahan. Menoleh ke bangku sebelah menatapi kotak kue. Setelah terdiam lama Malvino meraih kotak tersebut. Mematikan mesin lalu keluar dari mobil. Berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

Malvino tak tahu kapan terakhir kalinya kesini. Tapi setiap ruangan yang ia lihat masih bisa Malvino hafali. Tak perlu berjalan lebih jauh karna Malvino sudah sampai di salah satu ruangan. Terdiam beberapa detik menatapi pintu coklat yang tertutup. Dengan helaan nafas Malvino membuka pintu. Di sambut ruangan bernuansa putih. Sunyi dan dingin. Masih sama seperti beberapa bulan yang lalu.

Malvino menutup pintu dengan pelan. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan tak menemukan orang satu pun. Ruangan Vip yang luas ini memang hanya di isi untuk satu pasien. Ada satu ranjang di sudut dinding. Terdapat jendela di sebelahnya dengan gordennya yang bertebangan karna tertiup angin.

Malvino berjalan mengitari. Meletakkan kotak kue di meja. Matanya tak sengaja melihat buku bersampul biru yang tergeletak di sebelah vas. Awalnya ragu tapi perlahan Malvino meraih buku itu. Membukanya dengan hati-hati, tapi seketika Malvino tertegun.

CURIOUSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant