7. Hero

79 21 4
                                    



Semuanya terjadi begitu saja tanpa di rencanakan. Terjadi begitu cepat tanpa Malvino sempat pikirkan.

Saat itu Malvino baru saja pulang dari rumah Ben setelah menginap semalaman. Ketika di perjalanan Malvino baru ingat jika ia tak membawa dompetnya. Dengan mengumpat dan memaki diri sendiri Malvino memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah besar itu.

Bobi datang dengan motornya. Menyodorkan dompet coklat ke Malvino yang berdiri bersandar di pintu mobil.

"Sama-sama bos," cibir Bobi dengan rambut masih acak-acakan. "Lagian dompet di tinggal. Gak sekalian kaki juga di tinggal,"

Bobi segera pergi kembali pulang ke rumah Ben. Malvino menatap sekitar sambil memperhatikan satu persatu rumah disini. Menghembuskan asap rokoknya kembali, akibat menunggu Bobi membuatnya betah disini.

Dari banyaknya rumah hanya satu yang menarik perhatian Malvino. Rumah mewah yang paling besar dari yang lain. Pagarnya yang terbuka lebar membuat Malvino bisa melihat di dalamnya. Satu kata, Megah. Pilar-pilar di rumah itu seperti terbuat dari emas yang mengkilap. Memiliki teras yang luas dan tanaman hias yang menyejukkan mata. Benar-benar rumah idaman.

Malvino yang sedang asik memandangi menjadi terkejut ketika ada seorang gadis yang keluar dari rumah tersebut.

Katakan jika Malvino salah melihat. Mungkin saja matanya sedang bermasalah dan pikirannya sedang kacau. Malvino sampai mengusap matanya berkali-kali. Menyipitkan mata, sampai maju selangkah.

Bukan matanya yang sedang bermasalah. Gadis yang ia lihat memang gadis itu. Yang terakhir kali memberikan obat luka untuknya.

Malvino memerhatikannya yang sedang menyapu. Membersihkan daun kering menggunakan sapu lidi dengan tubuh membungkuk. 30 menit Malvino habiskan hanya untuk menatapi gadis itu yang sedang menyapu. Melihat wajahnya yang basah penuh keringat tapi Malvino malah fokus pada luka lebam di pipi dan di bawah bibirnya.

Belum sempat memerhatikan lukanya lebih lama gadis itu sudah berbalik. Pergerakkannya terhenti membuat Malvino mengerutkan kening. Malvino melihat ke arah lain dan menemukan seorang wanita yang berdiri di depan pintu.

Wajahnya di penuhi make up yang tak terlalu tebal. Memakai baju yang ketat dan sepatu high heels. Awalnya Malvino kira mungkin itu ibunya. Tapi melihat caranya menatap dan tersenyum membuat Malvino berubah pikiran. Melihat senyuman sinis yang tercetak membuat Malvino teringat akan sosok Kyla.

Mereka berdua berbicara yang tak bisa Malvino dengar apa pembicaraannya. Malvino tak bisa melihat bagaimana raut wajah gadis itu. Tapi ekspresi tajam dari wanita dengan dress ketat nya membuat Malvino curiga.

Malvino jadi tak sadar kenapa ia memerhatikan mereka sampai lupa pada tujuan pertama yang ingin pulang ke apartemen. Malvino sudah ingin masuk ke dalam mobil. Tapi lagi-lagi terhenti karna Malvino melihat ada sesuatu yang janggal. Yang kemudian terkejut melihat wanita tadi mendaratkan tangannya ke pipi si gadis. Suara tamparannya bahkan masih bisa terdengar.

Apa sedang berlatih akting? Kenapa semuanya terjadi seperti di adegan sinetron. Malvino hilang kata melihat punggung gadis itu. Ada perasaan aneh melihatnya terus di sakiti. Bukan hanya tamparan yang di terima tapi semua kekerasan sampai jatuh terjerembab. Entah bagaimana rasa sakitnya, Malvino tak bisa membayangkannya. Mungkin bagi Malvino itu biasa tapi berbeda jika yang di rasakan hanya seorang gadis.

Malvino tak tahu apa yang ia lakukan. Pikirannya yang memilih tak peduli tak kontras dengan langkahnya yang berjalan masuk ke dalam rumah itu.

Tangan wanita itu terangkat lagi tapi Malvino mencengkalnya. Wanita itu menoleh dengan terkejut yang Malvino balas dengan tatapan tajam. Malvino tak tahu siapa wanita ini. Siapa namanya dan apa alasannya memperlakukan gadis itu dengan kasar. Perasaan yang sedang Malvino rasakan kali ini sulit di jelaskan. Entah kenapa saat ini ia menjadi sangat marah. Apa karna melihat gadis itu di sakiti?

CURIOUSWhere stories live. Discover now