1. Amarah Tanpa Sebab

154 24 12
                                    

Mata kecil yang membulat kaget terlihat lucu. Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, mungkin sangking terkejutnya melihat Malvino. Sadar jaraknya begitu dekat gadis itu refleks termundur. Mata nya mengerjap, terlihat lucu di mata Malvino. Gadis itu menatap buku yang ada di tangannya. Teringat tujuan ia mengambil buku ini untuk siapa Malvino menyodorkan buku tersebut ke depan gadis itu.

Cukup lama tangan Malvino menggantung akhirnya buku itu di ambil. Tak lama bibir yang terus di pandangi itu tersenyum membuat dada Malvino berdesir.

Perasaan aneh yang tak pernah Malvino rasakan. Pemuda itu membuang muka dengan cepat.

Siapa gadis itu yang bisa menimbulkan rasa baru dalam diri Malvino.

"Ma.. makasih," suara lembut yang terdengar pelan membuat Malvino kembali menoleh. Melihat gadis itu yang merunduk tak menatap wajahnya. Ada apa dengan di bawah sana? Kenapa lantai lebih menarik dari pada wajah Malvino?

Lah kok gua jadi pengen di liatin. Batin Malvino ketika tersadar.

Sepertinya Malvino sudah gila. Ada apa dengan dirinya hari ini. Kenapa ia bisa mau berhadapan dengan gadis asing. Jangan sampai teman-temannya mengetahui ini. Bisa kacau nantinya.

Tanpa membalas Malvino berbalik, tepat saat gadis itu mendongak Malvino sudah berjalan pergi. Membuat gadis itu menatapi kepergian Malvino dengan bingung.

Keluar dari perpustakaan Malvino berhenti di depan pintu. Sudah berada di luar dadanya masih saja berdebar tak karuan. Ada apa dengan dirinya. Apa ia harus menemui dokter saat pulang sekolah nanti? Mungkin saja ia memiliki riwayat penyakit dalam.

"Bangsat," umpat Malvino tak bisa berkata-kata lagi. Menggeleng pelan mencoba menjernihkan pikiran. Setelah sedikit membaik Malvino kembali berjalan.

Menuju kelasnya Malvino mencoba melupakan kejadian tadi. Jangan sampai ia memikirkan perempuan. Perempuan hanya bisa membuat mu bodoh dan tak berdaya. Perempuan hanya bisa membuat mu berakhir gila. Malvino tak akan pernah mau berhadapan lagi dengannya. Jangan sampai ia terjebak dengan perempuan. Ia tak mau berakhir menjadi gila.

《》《》《》

Di jam istirahat kali ini Malvino ikut bergabung dengan teman-temannya di kantin. Sudah ada 2B. Bobi dan Ben yang menggenjreng gitar bernyanyi dengan syahdu. 

"Tumben bos, biasanya molor di kelas," kata Ben di sela bernyanyinya saat Malvino duduk bergabung.

"Takut dia Ben. Kan katanya di kelas Ips 3 ada setan," sahut Bobi lalu kembali memetik senar gitarnya.

"Iya lo setan nya bob,"

"Aku? Aku ini pangeran,"

"Bacot Bobi!!!" Seru Yogi melempar banyak kuaci ke arah Bobi.

Sementara di pintu masuk ada Theo dan Jay yang berjalan memasuki kantin. Gaya langkahnya seperti model papan atas yang sedang berjalan di red carpet. Merasa kurang keren Theo mengeluarkan kacamata di saku yang selalu di bawa, memakaikan di mata lalu menyibak rambutnya ke belakang. Melihat itu para siswi makin berteriak histeris menyorakan namanya. Keduanya terkekeh. Kembali berjalan menghampiri teman-temannya.

"Lihat si dua cecunguk itu. Muka kayak bentulan kentut aja banyak gaya," celetuk Bobi menatap sinis Jay dan Theo yang berjalan ke arahnya sambil melambai-lambaikan tangan kepada para gadis.

"Temen lo Gi yaampun," Ben menutup wajahnya seakan frustasi.

Yogi mendelik tak terima nama kerennya di bawa.

"Halo sayang," baru saja datang Theo mencolek dagu Malvino. Yang di colek menatap Theo horror.

"Idih najis," kata Jordan yang tak sengaja melihat. Theo mengedipkan sebelah matanya centil membuat Jordan mendelik. Theo terbahak lalu duduk di sebelah Yogi.

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang