9. Nomor Tak Dikenal

72 20 7
                                    






Suara bel pulang seakan mengembalikan semangat para murid. Terbukti setelah Guru pergi meninggalkan kelas semua murid langsung berhamburan keluar dengan penuh semangat. Padahal sebelumnya terlihat lemas ketika mengerjakan soal.

Airin masih membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Kelas sudah hampir sepi karna sudah banyak yang keluar dan ke parkiran. Banyak yang tak sabar ingin cepat pulang ke rumah ataupun mampir nongkrong sebentar bersama teman.

"Rin, belum pulang?"

Airin mendongak. "Nanti, aku mau rapihin buku dulu," jawabnya kembali sibuk memasukkan buku-buku. Karna banyaknya buku yang di bawa membuat Airin repot sendiri.

Sandra mengangguk. Selagi menunggu Bianca yang masih berdandan gadis itu menghampiri Airin. "Rumah lo dimana rin?"

Airin terdiam sejenak. "Ehm.. d-di deket sini,"

"Ohh," Sandra mengangguk-angguk. "Mau bareng? Kebetulan gue bawa mobil,"

"E-enggak, gak.. gak usah makasih. Dari sini deket kok,"

"San, ayo," panggil Bianca yang sudah rapih. "Rin ayo keluar, kelas udah sepi loh,"

"Iya, ini udah kok," Airin menutup tasnya lalu menyelempangkan di bahu. Berdiri dari duduknya berjalan keluar kelas bersama Bianca dan Sandra.

Sampai di Parkiran ketiganya berpisah karna Sandra dan Bianca masuk ke dalam untuk mengambil mobilnya. Sementara Airin lanjut berjalan. Tas di punggung terasa berat karna di isi banyak buku membuat punggung Airin seakan remuk.

Keluar dari gerbang Airin berbelok ke kanan. Langkahnya menjadi pelan di sertai rasa takut. Kejadian 2 hari yang lalu jelas masih belum bisa di lupakan. Setiap melewati jalan itu Airin selalu was-was. Takut ada mobil datang dan si pengemudi mengganggunya.

Tin! Airin terlonjak mendengar suara klakson dari mobil yang terparkir di sebelahnya. Bertambah terkejut ketika kaca mobil di buka memperlihatkan seorang pemuda dengan topi hitam.

"Masuk," kata Malvino.

Airin melongo. "K-kemana?"

"Ke dalem," Malvino menggerakan kepalanya ke samping. "Pulang bareng gua,"

Airin terkejut. "E-enggak, makasih. Aku.. p-pulang sendiri aja,"

Malvino terdiam membasahi bibirnya. Menatap Airin lekat membuat gadis itu membuang muka dengan kikuk.

"Di belokan ada banyak yang nongkrong. Lo mau lewat sana? Mau di godain?"

Airin menoleh cepat. Panik melihat Malvino menutup kaca mobilnya. Airin terdiam lama. Perkataan Malvino membuat Airin semakin takut. Jika tetap nekat berjalan kesana sama saja cari mati.

Dengan meremas tangannya Airin berjalan memutar ke depan mobil. Membuka pintu lalu masuk ke dalam mobil Malvino.

Malvino di bangku kemudi tersenyum tipis. Mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Mobil berbelok ke gang. Banyak motor terparkir di depan warung dengan segerombolan yang nongkrong. Airin menipiskan bibir melihatnya. Melirik Malvino yang masih tenang menyetir.

Di dalam mobil suasana sangat hening. Tak ada yang bersuara karna keduanya memilih diam. Padahal banyak kata yang berdesakkan ingin keluar. Tapi mulut tak bekerja sama dan akhirnya semua kata kembali tertelan.

Airin bernafas lega ketika mobil sampai di depan rumahnya. Perjalanan terasa sangat panjang padahal rumah Airin tak begitu jauh. Malvino memberhentikan mobil dan mematikan mesin.

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang