15. Jangan Mengusik Kebahagiaan

86 14 3
                                    




Ternyata Malvino menepati perkataannya. Airin jadi merasa di repotkan jika Malvino selalu mengantar jemput dirinya. Apa Malvino serius ingin menjadi supir Grab?

Bergumam kecil menyanyikan lagu yang sedang di putar di radio. Rasa lelah yang di rasakan Airin seketika lenyap hanya dengan mendengar sebuah lagu.

"Kamu suka bawa baju ya?" Airin baru bertanya setelah lagu selesai. Menatapi Malvino yang sudah berganti pakaian.

"Enggak, di mobil emang suka ada baju. Sekalinya gua taro di sini suka lupa bawa lagi,"

"Kalo ternyata bajunya kotor gimana?" Canda Airin.

"Ya kan di cium dulu, kalo bau gak usah di pake,"

"Terus kalo bau semua?"

"Ya gua gak usah pake baju,"

Airin tertawa.

"Ngapa jadi ngomongin baju gua," Malvino terkekeh geli. Tapi lebih baik begini daripada tidak ada obrolan sama sekali.

Mobil Malvino berbelok. Menyetir dengan sangat tenang, berbeda dengan Airin yang sesekali menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengejar lagi.

"Jadwalnya emang begitu abis pulang sekolah? Gak mau pulang dulu gitu," Sepertinya jika sedang bersama Airin Malvino akan menjadi banyak bicara. Sekarang Airin sudah memaklumi walaupun masih sering tak menyangka juga.

"Iya, kalo pulang dulu gak keburu. Takut ketinggalan pelajaran,"

"Ngapa gak nyari tempat yang waktunya gak mepet aja,"

"Udah terlanjur juga, lagian disana yang paling deket sama rumahku. Aku gak mau yang jauh-jauh,"

Setelah kurang lebih 20 menit di perjalanan akhirnya sampai. Malvino memerhatikan gedung putih berlantai dua. Tak terlalu besar. Tak banyak orang yang masuk ke gedung itu. Sepertinya lebih banyak perempuan yang datang kesana. Karna sedari tadi Malvino tak melihat yang sejenis dirinya.

"Makasih ya Vino. Kamu langsung pulang aja, aku bisa pulang sendiri kok," Airin benar-benar merasa tak enak dengan Malvino yang selalu mengantarnya kemanapun. Walaupun Airin paham jika saat ini Malvino hanya ingin melindunginya karna keadaan sedang tidak aman.

Mengingat itu membuat Airin bersemu. Airin sangat di lindungi oleh Malvino.

"Yaudah, kalo ada yang ngejar lo lagi gua bodo amat," raut wajah Airin berubah. Ada wajah panik dan takut menjadi satu. Malvino tersenyum. "Makanya,"

"Terus gimana.. kamu mau nunggu di sini?"

"Emangnya ngapa?"

"Lama loh?"

"Gua bisa tidur dulu. Main Games, atau ngopi dulu disitu bisa tu," menunjuk warung kopi di antara para pedagang.

"Bukannya begitu," Airin menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Malvino selalu ada cara agar Airin bisa menurutinya.

"Sana masuk nanti telat,"

Dengan cemberut Airin keluar dari mobil. Berlari kecil memasuki gedung.

Ternyata Malvino tak berbohong. Ia benar-benar keluar untuk membeli kopi. Menunggu kopi pesanannya sedang di buat. Malvino harus ekstra menahan diri untuk tidak meraih kotak kardus rokok yang berada di susunan tempat. Jika sedang bersama Airin memang Malvino tak pernah merokok. Malvino takut Airin menjadi tidak nyaman.

Apa jadinya jika teman-temannya mengetahui ini, mereka pasti akan sangat kompak menertawainya.

'Ternyata masih sayang cewek daripada rokok!'

CURIOUSWhere stories live. Discover now