05. Takut

625 138 8
                                    

"Takut jika suatu saat aku akan kehilangan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupku, karena aku yakin rasanya pasti sakit."

•Happy Reading



Dehaan ternyata berbohong pada Arjune. Sore tadi dia mengatakan akan ke rumah Rafan, tapi kenyataannya laki-laki itu pergi ke makam orang tuanya dan setelah dari makam dia memilih pulang ke rumahnya.

Dan malam itu Dehaan bukan berada di dalam kamarnya, tapi dia berada di kamar orang tuanya. Dehaan duduk di tepi tempat tidur yang biasanya digunakan Adam dan Arabelle tidur, dengan sebuah bingkai foto yang berada di tangannya.

Sejak tadi Dehaan terlalu betah memandangi foto di tangannya itu, di mana itu adalah foto Adam, Arabelle, dan dirinya yang baru diambil seminggu yang lalu ketika mereka merayakan ulang tahun pernikahan Adam dan Arabelle.

"Kalian kenapa ninggalin aku?"

"Aku emang udah besar, tapi aku masih butuh kalian."

"Kenapa kalian sepercaya ini sama aku? Sampai-sampai kalian harus ninggalin aku di waktu yang sama?"

Dehaan tak menyeka air mata yang berhasil lolos, sampai satu tetes air matanya jatuh ke atas bingkai foto yang dia pegang. "Maaf kalau anak laki-laki kalian cengeng, tapi rasanya emang sakit."

Mesikpun mungkin yang terlihat Dehaan tampak baik-baik saja, tapi kenyataannya Dehaan tak sekuat itu. Dia akan selalu lemah ketika sedang sendiri, karena ketika tidak ada siapapun yang bersamanya, Dehaan seperti baru sadar bahwa setelah kebakaran malam itu dia memang hanya seorang diri, tak ada lagi sosok papa dan mama di sampingnya.

Jelas baru kemarin Dehaan kehilangan kedua orang tuanya, jadi wajar apabila Dehaan masih sedih, masih menangis, atau bahkan masih tak terima. Siapa yang akan baik-baik saja ketika ditinggal pergi kedua orang tua untuk selamanya? Tak ada yang akan benar-benar baik-baik saja.

Semua begitu tiba-tiba, tak ada pertanda ataupun salam perpisahan dari Adam maupun Arabelle. Terbayang akan kehilangan mereka secepat itu saja tak pernah terlintas di pikiran Dehaan.

Keputusannya untuk tetap hidup sepertinya masih terlalu berat untuk Dehaan. Siapa yang tahu, ketika semua orang mengatakan bahwa kedua orang tuanya telah tiada detik itu rasanya Dehaan ingin mengakhiri hidupnya.

Karena sempat Dehaan berpikir tak ada gunanya dia hidup. Yang menjadi kebahagiaanya selama dia hidup adalah kedua orang tuanya dan tujuan hidupnya adalah menjadi anak berbakti dan menjadi anak yang membanggakan untuk kedua orang tuanya. Lantas ketika kedua orang tuanya telah tiada, apa gunanya dia hidup? Untuk siapa dia bertahan? Semua yang menjadi ujung tujuan hidupnya hilang.

Sungguh semua yang terjadi itu memang sangat berat untuk Dehaan, tapi beruntungnya akal sehat Dehaan masih bisa berfungsi dan Dehaan memilih untuk tetap hidup, meskipun dia masih meragukan dirinya sendirinya dan masih ada pertanyaan dalam dirinya. Akan sampai mana dia bisa bertahan?

"Sekarang biarin aku nangis ya, Pa-Ma. Setelah ini aku bakal berusaha bangkit lagi, meskipun aku sendiri masih gak yakin aku bisa atau engga."

Tanpa Dehaan sadari ternyata Arjune berada di balik pintu kamar Adam dan Arabelle. Arjune tadi langsung menyusul Dehaan ke rumah Rafan, tapi Rafan mengatakan Dehaan tidak datang, kemudian tanpa berniat menghubungi Dehaan, Arjune langsung ke rumah Dehaan dan benar saja laki-laki itu berada di rumahnya sendiri.

Arjune memutuskan untuk menghampiri Dehaan. Arjune mendorong pelan pintu kamar yang sedikit terbuka itu dan kedatangan Arjune berhasil membuat Dehaan sedikit terkejut, lalu Dehaan buru-buru menghapus air matanya.

ERLEBNISSE (TERBIT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora