07. Kita Tak Sama

566 132 3
                                    

"Aku tahu dinding di antara kita begitu tinggi, tapi aku juga tidak bisa sepenuhnya mengontrol perasaan yang terus tumbuh ini."

•Happy reading•



Hebat. Itu adalah satu kata yang pantas untuk diberikan kepada Dehaan, karena meskipun kemarin laki-laki itu sempat meragukan dirinya sendiri, nyatanya dia masih mampu bertahan sampai detik ini.

Satu bulan sudah Dehaan berhasil bertahan. Dehaan sudah terbiasa menjalani hari-harinya tanpa sosok orang tua dan Dehaan pun sudah ikhlas, meskipun memang sejak kebakaran itu malam mulai menjadi musuhnya dan terkadang sedih bisa tiba-tiba datang dan membuat Dehaan merasa terpuruk lagi, tapi di sisi lain Dehaan merasa sangat beruntung, karena setidaknya dia masih dikelilingi keluarga dan teman-teman yang selalu membuatnya berada dalam situasi yang menyenangkan dan hangat.

Tak hanya Dehaan yang hebat, tetapi Arjune pun juga hebat. Dia sudah bisa mengikhlaskan kepergiaan Mamanya dan mulai terbiasa hidup hanya berdua bersama Dirga. Dan sudah sejak dua minggu lalu Dehaan diberi izin Dirga untuk tinggal di rumahnya sendiri.

Satu bulan yang sudah berlalu memang sudah berjalan dengan baik, meskipun tak ada yang benar-benar tahu tentang apa dan bagaimana perasaan Dehaan ataupun Arjune yang sebenarnya. Namun, sudah pasti kalau mereka memakai topeng. Ketika bertemu orang lain mereka akan memakai topengnya dan mereka akan melepaskan topengnya ketika mereka sedang sendiri.

Selama satu bulan itu pun kedekatan Arjune dan Bita sudah menjadi hal yang biasa di SMA Syadakala. Tak ada lagi yang heran kalau setiap pagi kedua remaja itu selalu datang ke sekolah bersama dan tak jarang mereka selalu ke kantin bersama yang itu membuat semua teman-teman Arjune terkadang hanya bisa menjadi saksi kebucinan Arjune.

Tapi sayangnya, ketika ditanya tentang status hubungan mereka, kedua remaja itu tak bisa memberikan jawaban, karena memang masih belum ada kejelasan tentang kedekatan mereka satu bulan itu.

Dan, karena ketidakadanya kejelasan tentang status hubungan keduanya, itu membuat Arjune berniat ingin memperjelasnya siang itu.

Dengan yakin Arjune yang memilih meninggalkan teman-temannya di kantin demi untuk menemui Bita terlihat sudah berdiri di depan kelas gadis itu.

"Loh, dari kapan di sini?" tanya Bita yang baru saja keluar dari kelas dan dikejutkan oleh keberadaan Arjune itu.

"Aaa, kayaknya mending gue ke kantin duluan ya," pamit Lunetta yang tadi keluar bersama Bita.

Tidak menunggu jawaban dari Arjune maupun Bita, Lunetta pergi begitu saja meninggalkan keduanya.

"Ayo, ke kantin," ajak Bita.

"Ke kantinnya nanti aja. Ayo, ikut gue."

"Ke mana?"

Tidak memberi jawaban, Arjune langsung menggandeng tangan Bita dan membawa gadis itu ke rooftop.

"Ngapain ngajak gue ke sini?" tanya Bita penasaran setelah mereka sampai di rooftop.

Arjune melepaskan tangannya yang tadi menggandeng tangan Bita, tapi Arjune tak segera menjawab pertanyaan Bita, laki-laki itu malah menatap Bita.

"June, ngapain ngajak gue ke—."

"Jadi pacar gue, ya?" pinta Arjune dengan mudahnya membuat Bita langsung terdiam dan menatap Arjune sedikit terkejut.

"Bit?"

"Mau ya, jadi pacar gue?" pinta Arjune kedua kalinya.

"June, tapi—."

ERLEBNISSE (TERBIT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz