27. Kecewa

798 122 5
                                    

"Kamu hadir sebagai penyembuh luka, namun pada akhirnya kamu juga yang menjadi salah satu alasanku terluka. Aku tidak marah padamu, aku hanya merasa bodoh, karena terlalu berekspetasi tinggi dengan yang namanya manusia yang pasti memiliki cela.

•Happy reading•



Minggu pukul tiga sore, tampak Brawijaya sedang mengemasi barangnya yang ada di hotel, karena rencananya setelah dia menemui Arjune dia akan langsung terbang kembali ke Amerika.

Merasa sudah tidak ada lagi yang tertinggal, Brawijaya segera keluar dari kamar hotelnya.

Sampai di mobil Brawijaya langsung tancap gas menuju kediaman Dirga.

Beberapa menit ditempuh akhirnya Brawijaya sampai. Pria itu dengan yakin turun dari mobil.

"Maaf, Pak. Mau cari siapa?" tanya satpam.

"Apa Arjune di rumah?" tanya Brawijaya.

"Den Arjune lagi gak di rumah," bohong satpam.

"Gak usah bohongin saya. Pasti kamu disuruh sama Dirga buat ngehalangin saya ketemu sama anak saya, kan?"

"Tapi Den Arjune beneran gak di rumah, Pak."

Brawijaya tak memperdulikan satpam yang mencoba menghalanginya itu, dia berniat akan menerobos masuk, namun belum sempat Brawijaya masuk terlihat Dirga berjalan menghampirinya.

"Ada apa ini, Tuan Brawijaya? Kenapa membuat keributan di rumah saya?" tanya Dirga yang sudah berdiri di hadapan Brawijaya.

"Di mana anak saya. Saya ingin membawanya ke Amerika."

Dirga tersenyum miring menatap Brawijaya yang begitu angkuh.

"Sepertinya ada kata yang salah dari ucapan Anda, Tuan Brawijaya. Bukan anak Anda, tapi Anak saya. Anak Dirga Juatama."

"Tidak masalah Anda bangga menyebut itu, namun yang jelas faktanya adalah Arjune anak saya. Darah daging saya," kata Brawijaya tak mau kalah.

"Lagi pula Tuan Dirga, Anda punya apa? Lebih baik Anda mengurus perusahaan kecil Anda itu dan biarkan Arjune ikut bersama saya, karena saya yakin hidup Arjune akan jauh lebih baik jika dia tinggal bersama saya."

"Ini bukan soal materi Tuan Brawijaya. Tapi, ini soal kasih sayang yang tulus."

"Arjune tidak akan kenyang dengan kasih sayang," kata Brawijaya.

Dirga menatap Brawijaya dengan senyum miring.

"Saya dengar perusahaan Anda sedang dalam masalah, lebih baik Anda segera kembali dan urus masalah itu atau Anda akan kehilangan materi yang Anda banggakan tadi," kata Dirga menyindir.

"Oh iya, Tuan Brawijaya. Saya juga mendengar Anda pernah melakukan kecurangan ketika melakukan bisnis dengan perusahaan Tuan Bayu, bahkan rumornya Anda sampai menyogok para petinggi di perusahaan itu agar mereka tutup mulut."

"Apa itu cara Anda bekerja?"

Tatapan Brawijaya menajam menatap Dirga, dan tangan pria itu sudah mengepal kuat menahan marah dan malunya.

ERLEBNISSE (TERBIT)Where stories live. Discover now