-30-

155 31 1
                                    


    "Wahai jiwa-jiwa yang tersesat, sudahi berkelana di dunia ini, pulanglah ke sisi yang maha kuasa."

Suara klotak-klotak dari sepatu berhak tinggi milik seseorang sanggup menjadi suara latar atas kalimat yang terus dilantunkan oleh wanita lain di depan sana. Waktu suara sepatu itu terdengar makin dekat dari wanita itu, ia buru-buru menoleh dengan ekspresi ketakutan.

Bibirnya semakin gencar mengucap kalimat entah berantah, yang katanya sanggup melindungi dirinya. Wahai jiwa jiwa yang tersesat, sudahi berkelana di dunia ini, pulanglah ke sisi yang maha kuasa. Kalimat itu diucapkan berulang-ulang kendati tangan wanita tadi gemetar bukan main.

"Tidakkah kau tahu kalau percuma mengusir sesuatu yang belum ingin pergi? Sudah berapa tahun kau melakukan hal sia-sia seperti ini, Ibu?"

Selepas suara tadi terdengar, tubuh wanita itu terpental ke belakang. Ia menatap dengan sorot mata takut pada sosok di hadapannya, yang pelan-pelan berubah wujud semakin seram.

"Sebelum aku bisa menghancurkan mereka dengan kedua tanganku sendiri, tidak ada yang bisa mengusirku pergi!"

Wonwoo memacu tungkai kembarnya agar segera sampai di kamar milik sang Ibu yang kini ditempati Yerim. Beruntung, gadis Kim itu masih di sekolah, jadi Wonwoo bisa lebih leluasa membongkar barang-barang milik ibunya.

Seingat Wonwoo, barang-barang milik ibunya belum pernah ia singkirkan lagi semenjak wanita itu pergi untuk selama-lamanya. Kalau pun dirapikan, pasti barang-barang yang penting masih ada di tempatnya semula.

Si Jeon mengecek satu per satu mulai dari lemari pakaian, nakas, hingga tempat lain yang sekiranya mungkin jadi tempat ibunya menyembunyikan kotak itu, tapi nihil---presensi benda itu masih belum juga ditemukan.

"Ah, sial! Di mana benda itu disembunyikan?!" Wonwoo mengacak surainya frustasi. Hatinya gelisah ingin cepat-cepat tahu mengenai rahasia terbesar ibunya. Wonwoo ingin tahu ibunya itu orang seperti apa. Apakah ibu yang selama ini ia kenal itu hanya palsu?

Di tengah rasa frustasinya, manik Wonwoo terarah ke kolong kasur, tempat yang belum ia periksa sedari tadi. Lelaki itu melongok ke dalam kolong, memastikan di sana ada sesuatu yang ia cari. Namun, di kolong juga kosong.

Tanpa sadar, ia memukul lantai kolong saat merasa makin putus asa lantaran benda yang ia cari tidak kunjung ditemukan. Kening Wonwoo mengerut saat sadar kalau suara lantai kolong saat dipukul terdengar sedikit beda dengan suara lantai yang lain, rasanya seperti bahan dasarnya berbeda dari lantai lain yang sudah dikeramik.

Maka tanpa pikir panjang, si lelaki Jeon itu berusaha merangkak makin dalam, menarik karpet abu-abu yang menyelimuti lantai itu. Wonwoo sudah heran mengapa karpetnya diletakkan tepat di bawah kasur, ternyata fungsinya untuk menutupi sesuatu di bawahnya.

begitu karpet itu tersingkap, ia dapat melihat sebuah pintu kayu, yang mungkin menuju ke tempat lain di bawah sana. Mungkin juga, jawaban yang Wonwoo cari ada di bawah sana.

Livy termenung memandangi berlembar-lembar kertas di hadapannya. Saat ini Livy tengah berada di kantor dan harusnya ia fokus bekerja seperti biasanya. Tapi si gadis Seo itu tidak bisa. Pikirannya terus tertuju ke tempat lain. Tepatnya, isi kepalanya itu sudah penuh dengan Wonwoo dan ibunya.

Livy tahu, bagi Wonwoo yang sudah jauh lebih lama tinggal bersama sang ibu, pasti sulit mempercayai fakta yang ia katakan. Ia pasti cuma mau berpikir ibunya orang baik, ibunya malaikat, persis seperti apa yang wanita itu tunjukkan pada anak-anaknya selama ini. Namun, Livy juga tidak bisa menyangkal bukti yang sudah ada di depan mata.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now