-19-

139 37 9
                                    

"Hati-hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hati-hati." Seokmin memandu para petugas yang mengangkat kantung mayat berisi jasad Chan Woo.

Mereka sudah selesai memeriksa TKP dan mengumpulkan bukti-bukti awal. Jadi, Wonwoo dan yang lain tinggal menunggu hasil otopsi untuk memastikan lebih jelas sebab kematian dan modus operandinya.

"Kalian akan pulang lebih dulu ke rumah?" tanya Seokmin begitu selesai mengurus jasad tadi.

Wonwoo menoleh pada Livy. "Kau mau pulang?"

Yang ditanya justru mengecek jam. "Tapi rumah pasti masih sepi, Yerim ada jam tambahan 'kan?" katanya.

Menangkap nada ragu dan was-was pada ucapan Livy, Wonwoo mengangguk. "Kalau begitu, kita langsung ke kantor saja," ujarnya sambil beralih menatap Seokmin untuk mengkonfirmasi kalau mereka bisa kembali bersama ke kantor.

Ketika si pemuda Jeon sudah melangkahkan kaki kanannya ke depan---bersiap meninggalkan kediaman korban---ponselnya justru bergetar dari saku. Wonwoo menghentikan langkahnya, menyempatkan diri untuk merogoh ponsel dan menjawab panggilan dari nomor tidak dikenal.

"Halo?" sapanya pada si penelpon.

Yang di sana menjawab, "Ah, selamat siang Pak Jeon. Saya wali kelasnya Yerim."

"Oh, selamat siang, Bu," balas si Jeon. "Ada keperluan apa, ya? Tidak biasanya saya mendapat telepon dari wali kelas Yerim."

Saat itu, entah karena ikatan batinnya dengan Yerim memang kuat atau bagaimana, tapi perasaan Wonwoo langsung tidak enak ketika mendengar wali kelas gadis itu menelpon. Setahunya, Yerim adalah siswa teladan yang hampir tidak pernah buat masalah. Oleh sebab itu, Wonwoo juga hampir tidak pernah mendapat panggilan semacam itu.

"Begini, tadi Yerim tiba-tiba pingsan setelah mimisan cukup banyak---"

Belum sempat wali kelas Yerim menyelesaikan ucapannya, Wonwoo sudah lebih dulu memotong. "Apa? Bagaimana bisa? Sekarang di mana Yerim?"

Begitu mendapat informasi mengenai keberadaan Yerim, Wonwoo segera menutup telpon. Lelaki itu menghampiri Seokmin dan Livy yang tadi berjalan lebih dulu di depannya.

"Seokmin-a, sepertinya aku tidak bisa kembali ke kantor bersamamu."

Seokmin menunjukkan ekspresi heran. "Loh, kenapa, hyung?"

"Aku baru saja dikabari wali kelas Yerim, anak itu pingsan dan sekarang ada di rumah sakit."

"Oh, kalau begitu kau harus segera ke rumah sakit," balas Seokmin.

Livy menyela, "Kalau begitu, aku juga ikut," katanya.

-

Koridor rumah sakit yang semula hening, kini jadi dipenuhi suara tapak kaki Wonwoo, terburu-buru mencapai tempat adik sepupunya berada. Di belakangnya, Livy mengekor dengan ikut berlari kecil, sebab langkah Wonwoo lebih besar darinya.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now