-OO-

592 77 4
                                    

Ruangan interogasi itu sudah diisi oleh orang yang sama semenjak sepuluh jam yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ruangan interogasi itu sudah diisi oleh orang yang sama semenjak sepuluh jam yang lalu. Sejak sepuluh jam lalu pula, si gadis yang duduk di kursi dalam ruangan itu enggan buka suara. Ia membisu, tidak mengeluarkan sepatah kata pun acap kali ditanya perihal kejadian sepuluh jam lalu.

"Nona Seo! Apa kau tidak bisa bicara, hah?! Aku tanya, apa kau membunuh mereka?!" Detektif yang bertugas menginterogasi gadis itu bahkan sudah lelah sendiri akibat tak kunjung mendapat jawaban.

Gadis itu memutar kepalanya beberapa derajat ke samping, menatap pada cermin yang memantulkan bayangan dirinya.

Cklek.

Ruangan di belakang ruang interogasi terbuka, menampilkan sang pelaku yang membawa berlembar-lembar kertas hasil analisis bukti.

"Tidak ditemukan apa pun di sana." Lekaki dengan tanda pengenal bertuliskan 'Jeon Wonwoo' itu menyerahkan kertas tadi pada pimpinannya.

"Apa kau gila? Kita tidak punya tersangka lain! Kita juga sudah terlanjur menangkap putrinya! Bagaimana bisa kita melepaskannya begitu saja?" Kertas itu dilempar kasar pada wajah Wonwoo.

Detektif lain yang ada di ruang itu menunduk, tidak berani menatap pimpinan mereka, mau pun ketua tim mereka yang kini sedang dimarahi.

"Saya akan mendapatkan hasilnya." Wonwoo mengangkat pandangannya, menatap tepat pada pimpinannya. "Ijinkan saya menginterogasi tersangka."

Setelah permintaannya diterima, Wonwoo segera keluar dari ruang pemantauan, beralih pada ruang interogasi dan langsung mengambil alih proses interogasi.

Kini di dalam ruangan itu hanya ada Wonwoo dan si gadis Seo-tersangka utama kasus itu.

"Nona Seo, apa kau berniat terus diam sampai proses interogasi ini selesai?" Wonwoo buka suara.

Gadis itu tetap diam. Menatap lurus ke arah depan tanpa minat. Pandangan matanya kosong seperti orang sedang melamun. Ekspresinya datar, tidak ada gurat kesedihan atau pun bersalah sama sekali. Dengan pengamatan itu, mungkin Wonwoo bisa menyimpulkan kalau gadis di hadapannya saat itu adalah psikopat.

"Apa kau membunuh orang tuamu?" Wonwoo lagi-lagi ajukan pertanyaan.

Untuk yang kali itu, si gadis mendongak ke arah Wonwoo, menubrukkan pandangannya dengan manik milik si pemuda Jeon. Namun, ia masih diam tanpa ada minat menjawab.

Wonwoo duduk di kursi yang disediakan, tepat di hadapan gadis itu. Tangannya saling mencengkram satu sama lain di atas meja. "Kau tahu, saat ini kau adalah satu-satunya tersangka. Sekali pun kau diam sepanjang proses interogasi, bukan berarti kau akan dinyatakan tidak bersalah," lelaki itu menjeda kalimatnya, "jadi lebih baik bekerjasama dengan kami. Supaya kami bisa mencari tahu kebenarannya, mengerti?"

Sampai lima sekon setelahnya, si gadis Seo masih enggan bicara. Sepuluh sekon, dua puluh sekon, tiga puluh sekon, bahkan sudah satu menit pun ia masih diam. Hingga pada detik yang entah keberapa-saat Wonwoo sudah menyerah dan hampir bangkit dari duduknya-ia keluarkan suara lirih. Lirih sekali sampai yang bisa dengar hanya dua telinganya sendiri dan dua telinga milik Wonwoo kendati tidak begitu jelas tertangkap. "Bukan aku," katanya.

Alis Wonwoo nyaris bertaut sewaktu kalimat itu meluncur dari bibir gadis di hadapannya. "Apa maksudmu?"

Tatapan mata gadis itu konstan pada milik Wonwoo. "Apa detektif akan mempercayai satu-satunya tersangka sepertiku? Bahkan jika aku berkata yang sejujurnya, apa kalian percaya?"

Kali ini giliran Wonwoo yang terdiam. Baru setelah beberapa sekon, ia berani menjawab. "Tugas kami adalah menangkap para pelaku kejahatan, tapi kami perlu menginterogasi mereka untuk mendengar kesaksian dan opini, serta kebenaran yang mereka tahu."

Gadis itu tertawa remeh. "Aniya. Kalian semua cuma manusia munafik yang akan melakukan segala sesuatu demi menangkap orang yang kalian yakini bersalah. Apa gunanya kalian mendengar pendapatku?"

"Kau bisa ceritakan lebih dulu tentang kejadian beberapa jam lalu. Kau di sini sebagai tersangka, tapi posisimu juga bisa berubah menjadi saksi."

Gadis itu melunturkan tawa yang sebelumnya sempat terpatri pada wajahnya. Ia menatap dalam-dalam manik oniks milik Wonwoo. "Aku tidak membunuh siapa pun-"

"-tapi aku melihat dengan jelas, betapa mengerikannya detik-detik saat mereka terbunuh."

[]

Mau tes ombak dulu.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now