-O7-

197 45 5
                                    

        "Tidak boleh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


        "Tidak boleh." Wonwoo menatap dingin pada adik tirinya. Ia tidak biasa tinggal dengan orang lain setelah Ibunya meninggal. Apalagi, Livy itu 'kan perempuan. Lebih tepatnya, perempuan gila. Wonwoo mana bisa menebak hal gila apa yang bakal dilakukan Livy setelah ia ijinkan tinggal di sana.

Livy menunjukkan ekspresi kesalnya. "Kenapa? Aku takut tinggal di rumah itu?"

"Pokoknya tidak boleh. Kau 'kan kaya, cari saja hotel atau tempat penginapan lain."

Ucapan Wonwoo barusan seperti menyadarkan Livy dari harapan sia-sianya. Benar, semua orang pasti menganggapnya baik-baik saja karena Livy punya banyak uang. Orang-orang pasti cuma menganggap Livy seperti benda mati yang tidak punya perasaan karena gadis itu tidak pernah menunjukkan kesedihannya pada orang lain. Mungkin, satu-satunya yang bisa menerima Livy memang cuma ibu tirinya, bukan anaknya.

Gadis itu bersiap pergi dari sana. "Arasseo. Aku akan pergi," katanya sebelum mengambil langkah pelan ke luar rumah.

Wonwoo menatap kepergian Livy dari posisinya. Lelaki itu entah kenapa tidak tergerak sama sekali mengikuti tungkai Livy. Padahal, setidaknya ia harus mengantar adik tirinya itu sampai depan gerbang. Ini sudah malam sekali, dan Livy itu wanita. Apalagi Livy juga cantik, ia juga kaya. Pria mana yang tidak mau dengan Livy. Mungkin kalau mengesampingkan fakta Livy pernah jadi tersangka dalam pembunuhan orangtuanya, siapa saja pasti mau dengan gadis itu---kecuali Wonwoo. Terlebih lagi, Livy itu adik tirinya. Bagaimana pun masih satu keluarga meski tidak sedarah.

Wonwoo menyadarkan diri dari lamunan, tapi waktu ia mengembalikan pandangannya pada arah menuju pintu ke luar, presensi Livy sudah tidak ada lagi di sana. Lelaki itu mengacak rambutnya gusar. Di detik selanjutnya, Wonwoo sudah berlari ke kamar dan meraih kunci mobilnya, lantas buru-buru mencari Livy.

Livy baru pergi sebentar, jadi harusnya gadis itu masih belum jauh. Sampai saat Wonwoo sudah cukup lama mencari gadis itu, ia menemukan mobil milik Livy yang terparkir di pinggir jalanan sepi. Wonwoo turun dari mobilnya, menghampiri mobil milik Livy dan melongok ke dalamnya. Gadis itu kelihatan sudah tidur dengan posisi duduk dan kepala menyandar pada stir mobil.

Helaan napas berat ke luar dari mulut Wonwoo. Apa Livy tidak akan pegal-pegal kalau bangun besok pagi? Posisi tidurnya kelihatan tidak nyaman sekali. Si Jeon mengetuk kaca mobil cukup keras. Cukup untuk membuat gadis di dalamnya terbangun dari tidur singkat.

Livy mengernyit bingung mendapati eksistensi Wonwoo di luar. Ia menurunkan kaca mobil. "Kenapa kau ada di sini?"

Ragu-ragu, lelaki Jeon itu mengatakan maksudnya. "Kembalilah ke rumahmu. Kau mau tidur di jalanan? Itu terlalu berbahaya buatmu." Ia mengusap canggung tengkuknya. "Kalau tidak mau, kau bisa kembali ke rumahku," katanya setelah mengalihkan pandangan ke arah lain.

Kerutan di dahi Livy semakin dalam. Namun, di detik berikutnya ia tersenyum menang. "Ah, apa kau mulai mengasihani adik tirimu, Oppa?"

Pandangan Wonwoo kembali pada Livy. "Jangan memanggilku begitu, mengerti?"

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now