-16-

157 36 22
                                    

   Livy kecil—yang saat itu usianya masih sembilan atau sepuluh tahun—ingat sekali kalau ia benci satu ruangan di dalam rumahnya, sebab cuma itu satu-satunya tempat yang tidak bisa dan tidak boleh ia jangkau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

   Livy kecil—yang saat itu usianya masih sembilan atau sepuluh tahun—ingat sekali kalau ia benci satu ruangan di dalam rumahnya, sebab cuma itu satu-satunya tempat yang tidak bisa dan tidak boleh ia jangkau. Bahkan sampai Livy dewasa pun, gadis itu belum pernah sekali saja menginjakkan kaki ke dalam sana. Bedanya, Livy dewasa sudah tidak punya rasa penasaran se dalam ia waktu kecil. Samar-samar, ia juga tidak ingat apa yang membuatnya begitu penasaran sampai kesal karena tidak bisa masuk ke sana, dulu.

Namun, ia rasa ingatannya yang sudah kabur serimis-rimis itu kini berangsur terputar di kepalanya seperti film jadul yang warnanya cuma hitam dan putih. Livy ingat kenapa ia begitu penasaran pada ruangan itu. Sebulan setelah ibunya pergi dari rumah bersama Wonwoo, serta saat mamanya kembali menjadi yang mulai ratu di sana, Livy cuma merasakan sepi dan sedih. Gadis itu seperti dilingkupi aura hitam suram, dan mendadak ia benci tawa anak-anak lain seusianya yang bisa bebas bermain.

Dalam kurun waktu itu, Livy pernah beberapa kali mendengar suara yang ia benci dari ruangan itu. Entah suaranya yang kelewat keras, rungu Livy yang terlalu peka, atau imajinasinya ke mana-mana.

Tapi yang jelas, Livy benci sekali suara itu dan fakta kalau ia justru tidak bisa memuaskan rasa penasarannya. Sampai suatu hari ketika terakhir kalinya ia dengar suara itu, Livy ingat kalau rupanya itu bukan suara tawa anak-anak, tapi lebih mirip suara orang sekarat yang berusaha teriak seperti tikus di dalam jebakan tikus. 

Sejurus kemudian, bayangan dalam ingatannya bertahun-tahun lalu tentang ruangan terlarang di rumahnya semakin jelas, apa lagi ketika rungunya mendengar suara serupa dari sosok mengerikan di atas atapnya.

"Hentikan hentikan hentikan ...," berulang kali kalimat itu ke luar dari mulutnya setelah ia berteriak kencang dan tidak ada satu orang pun yang datang padanya, sedangkan sosok itu masih menempel tanpa mau pergi di atas.

Livy memejamkan matanya erat-erat, mulutnya masih merapal kata sambil hatinya berdoa diselingi umpatan karena situasi sialan itu. Ketika perlahan sesuatu merambat di telapak kaki, hingga tungkainya, jantung Livy rasanya seperti hampir berhenti.

"Livy? Livy! Livy! Seo Livy!" Suara itu menyeru berulang kali tapi tidak ditanggapi oleh pemilik nama.

"Seo Livy!" Hingga di teriakan yang kali ini, Livy sekonyong-konyong membuka matanya dengan napas terengah seperti habis lari marathon.

Tapi apa ini ...? Tidak ada sosok mengerikan di atas atap, tidak ada suara suara tawa yang ternyata orang sekarat itu lagi, cuma ada Wonwoo yang membangunkannya dengan raut khawatir di pinggir kasur, dan Yerim yang berdiri di belakang Wonwoo dengan alis mengkerut.

"Kau kenapa? Mimpi buruk?" Lelaki itu jelas punya nada was-was dalam bicaranya.

Kendati sadar kalau yang tadi untungnya cuma mimpi, tapi si gadis Seo masih sibuk mencari-cari sosok seram yang ia lihat tadi. Bukannya apa-apa, ia cuma tidak percaya kalau itu cuma mimpi, sebab sensasinya terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now