18

1.4K 119 6
                                    

"Cieee, yang udah baikkan sama Babang Benny..!!"

"Disty, aku malu kalau kamu teriak-teriak kayak gitu."

"Dihh, biarin aja! Peduli amat sama orang lain!"

Disty memang cewek yang sangat cuek. Dia tidak pernah peduli dengan keadaan di sekitarnya. Mau itu banyak orang yang memperhatikannya sekalipun, dia malahan merasa seperti artis terkenal yang sedang dikerubungi banyak fans.

Tapi tidak denganku. Aku ini bukan siapa-siapa. Di sekolah saja, aku tidak mempunyai teman yang benar-benar dekat. Satu-satunya yang bisa membuatku bertahan di sekolah ini adalah, karena beasiswa yang kudapatkan.

Mataku memicing pada dua objek yang sedang berjalan bersama di lorong menuju perpustakaan. Kayanya, bukan kali ini aja aku lihat Pak Hakim jalan berdua dengan guru baru itu.

"Kalo dipikir-pikir kakeknya Kak Benny itu emang brengsek ya!?"

Aku tersentak mendengarnya. "Disty, dia itu kepala yayasan sekolah ini. Hati-hati kalau bicara.."

"Emang kenyataannya begitu kan?"

"Aku gak kebayang kalo misalnya aku jadi kamu, Juan." ujar Iky. "Kalo aku ditampar gitu, mungkin aku udah bunuh diri kali."

"Ya jangan dong, Ky!" Disty menepuk lengan Iky. "Itu tandanya kamu lemah! Kamu mati, si aki-aki itu malah ketawa senang! Dia malah ngerasa menang!"

"Hmmm, iya juga."

Adnan tadi memang masuk. Meskipun dia bersikap normal, tapi dari raut mukanya aku ngerasa kalau ada yang sedang dia sembunyikan.

Apa mungkin...

Seketika mataku tertuju pada sesosok cowok tinggi, dengan rambut lurus terbelah tengah yang baru aja tiba di kantin dengan beberapa temannya.

"Jauh sih ya ---" Disty mendekat padaku. "Kalo Kak Benny kan orangnya dingin, cuek, dan hampir gak pernah senyum --- kecuali pas lagi di rumah dan sama kamu."

"Disty ---"

"Tapi kalo Kak Idam itu orangnya humble, keren, dan selalu ramah sama siapa aja. Emang sih gak setajir Kak Benny. Tapi liat deh --- duhh, bodynya itu loh, bikin rahimku anget!"

Selesai menghabiskan waktu istirahat di kantin, aku ke toilet dulu sebelum ke kelas. Daripada pas pelajaran sudah mulai, terus aku kebelet pipis...?

"Kakak, Kak Juan ya...?!"

Aku kaget karena baru keluar dari kamar mandi, tapi ada beberapa siswi kelas satu yang sudah menungguku.

Setelah puas mengambil foto denganku, merekapun bubar begitu aja. Satu hal yang sangat aneh untukku. Gak ada angin, gak ada hujan, kenapa tiba-tiba mereka meminta foto bareng sambil ketawa-ketiwi gak jelas..?

"Kak Juan ---"

"Ya...?" ada siswi kelas satu yang kini sedang berdiri di depanku.

"Temanku mau kenalan sama kakak --"

"Teman..?"

Cewek yang tingginya kurang lebih sama denganku itu, kemudian memanggil temannya.

"Udah sana kenalan sendiri ---"

"Tapi, aku --- malu.."

Cewek itu kemudian berlalu, meninggalkan temannya berdua denganku.

"Hai --" aku menyapa cowok manis itu.

"Kak Juan, hmmm --- Tolong jadi guru private aku, kak!" cowok itu setengah membungkuk dengan wajah gugup sekali. "Aku mohon, kak!"

Aku menghela. "Kamu ---"

Like Father Like SonWhere stories live. Discover now