30

1K 95 0
                                    

"Juan...!"

Aku balas lambaian tangan Disty dan Iky. Meski dari sudut mataku, aku bisa lihat sosok Kak Benny yang baru saja turun dari mobilnya.

Kami berpapasan tanpa sengaja. Jelas-jelas mata kami saling bertemu. Namun, dia sama sekali gak menegurku. Jangankan menegur, menyapaku pun tidak.

"Kamu lagi marahan sama Kak Ben?" tanya Iky.

"Hadeuhhh, Iky ---" Disty nepuk dahi. "Dia itu gak ada apa-apanya kalo dibandingin sama Yamada!"

"Disty --"

Aku tahu maksud Disty mengeraskan suaranya itu. Tapi tetap saja, yang namanya Kak Benny gak akan terpengaruh sama sekali.

"Pagi ---"

Aku agak kaget, karena Kak Idam menyapaku tepat di depan kelasku.

"Ehem --- ada yang lagi pedekate nih..." Disty menggodaku. "Yuk Ky, kita jangan ganggu mereka.."

"Sorry ---" Kak Idam menghentikan langkah Disty dan Iky. "Kayaknya kalian belom tau ya ---"

"Tau --- apa nih, kak?" Disty memang gak tanggung-tanggung kalau lagi sandiwara.

"Gue sama Juan kan udah jadian --"

"Jadian, kak?!" Disty sengaja mengeraskan suaranya. "Maksudnya pacaran...?!"

Kak Idam ngangguk. "Yap."

"Dihhh Juan, kok gak bilang-bilang sih...?!!"

"Itu... aku..." wajahku rasanya panas sekali.

"Aku gak mau tau yah, pokoknya aku minta traktirannya!" Ucap Disty sambil mencubit pinggangku, lalu dia dan Iky pun masuk duluan ke dalam kelas.

Betapa syok dan terkejutnya aku, saat lihat Adnan yang lagi berjalan menuju pintu kelas.

Kalau dia sudah sampai duluan, itu artinya dia mendengar apa yang dikatakan Disty tadi...?

"Masih ada waktu. Gimana kalo kita sarapan dulu?"

"Sarapan, kak?"

Adnan melewati kami. Wajah dan ekspresinya datar dan dingin. Sepertinya tidak ada rasa takut sedikitpun, saat ia bertatapan langsung dengan Kak Idam.

"Aku taruh tas dulu ya, kak --"

Dari semua teman-teman sekelasku, hanya Disty dan Iky saja yang sama sekali tak peduli denganku. Kedua sahabatku itu rupanya sedang asyik mengobrol sambil makan kue bolu.

"Hati-hati ya, Juan ---" Ucap Disty pelan.

Ya. Aku memang harus hati-hati saat ini. Apalagi Kak Benny yang sepertinya tidak akan mendukung dan berada di belakangku lagi. Ditambah lagi, semua teman-teman sekelasku kini tahu bahwa aku dan Kak Idam kini berpacaran. Termasuk Adnan. Entah, apa yang akan ia lakukan padaku nantinya.

"Kak Idam gak malu?"

"Kenapa harus malu?"

"Kak Juan sama Kak Idam emang pacaran ya..?"

"So sweet banget sih..."

"Boleh minta foto kalian gak, kak..?"

"Hmmm --- boleh aja."

Kukira cewek aneh yang ada di sekolah ini hanya Disty seorang. Tapi ternyata, banyak cewek dari kelas sepuluh dan sebelas yang juga seperti dia.

"Dunia udah gak kayak dulu lagi, beibh. Aku come out, ternyata malah banyak kan yang dukung dan suka sama kita?"

Di dekat salah satu pilar gedung A, aku lihat Dria sedang menatap tajam pada kami. Mungkin dia gak terima, kalau kakaknya sendiri adalah orang yang pertama kali membeberkan hubungan ini kepada siswa lain.

Like Father Like SonWhere stories live. Discover now