23

1.1K 97 3
                                    

"Selamat pagi..." aku menyapa mereka berempat yang sedang duduk bersama di meja makan.

Kak Benny menggeser kursi kosong di sebelahnya, tapi Om Pram menyuruhku duduk di sebelah Om Rico.

"Kita berangkat bareng ya.." celetuk Kak Benny.

"Juan om anter." ujar Om Pram.

"Gak usah, om. Lagian kan biar irit bensin juga."

Om Rico pun menjewer telinga Kak Benny. "Jangan bantah.."

"Apip, kenapa Akak Adnan gak pulang-pulang?" tanya Junior tiba-tiba. "Akak Adnan marah ya sama aku..?"

"Enggak, Junior." Om Pram membelai kepala Junior. "Akak Adnan lagi belajar di rumah temannya."

"Kapan pulangnya, apip?"

Melihat wajah polos Junior, aku jadi gak tega. Mungkin, karena dia sering main dengan Adnan, dia jadi kangen dan merasa kehilangan.

"Kalau nanti aku ketemu sama Adnan, aku suruh dia pulang."

Mata Junior yang jernih dan indah itu menatapku polos. "Besok Akak Adnan ulang tahun, akak. Biasanya aku, apip, sama apap, beliin kue tart sama kado."

"Ulang tahun ---" aku gak tahu harus bilang apa lagi.

"Junior, kita berangkat sekarang ya." Om Rico menyudahi sarapannya. Mengelap mulut Junior, lalu mengambilkan tas ransel, botol minum, dan kotak bekal makannya.

"Kamu pulang jam berapa?" tanya Om Pram ke Kak Benny.

"Kayaknya aku nanti langsung kerja, om."

"Gak usah dipaksakkan. Sebentar lagi kamu kan ujian."

"Gak papa, om. Kerjanya juga enteng kok."

"Aku nanti juga telat, om."

Kak Benny langsung menatapku tajam.

"Aku harus ngajar Dria dan teman-temannya."

"Dimana?" tanya Kak Benny.

"Di rumahnya Pak Hakim, kak. Pak Hakim yang nawarin sendiri."

"Ohhhh --"

Kami bersama-sama naik ke dalam lift. Tiap kali melihat Junior, aku lagi-lagi teringat Adnan. Jika dia gak ada kabar sama sekali, apa mungkin sesuatu yang buruk lagi terjadi sama dia...?

"Dadah, akak...!!"

Aku balas lambaian tangan Junior. Seandainya aja anak lucu itu jadi adikku. Akan kuajak jalan-jalan, dan kubelikan semua mainan yang dia suka.

Hapeku berdering. Aku benar-benar terkejut dibuatnya.

"Iya, Dis?"

'Aku ada berita panas, Juan! Sekarang kamu dimana?!'

"Aku udah di jalan."

'Sama Kak Benny?'

"Errnggg, enggak."

'Oke. Kita ketemu di markas! Bye...!'

Sekarang aku bingung sendiri memikirkan kata-kata Disty. Dimanakah markas yang dia maksud itu...?

"Teman...?" tanya Om Pram.

"Disty, om. Keponakkannya Pak Hakim."

"Jadi, keponakkan wali kelasmu itu, adalah teman sekelasmu?"

"Iya."

"Suaranya nyaring sekali ya..." Om Pram tersenyum.

"Iya..."

Like Father Like SonWhere stories live. Discover now