24

998 84 0
                                    

Pak Hakim sama sekali gak tahu keberadaan Adnan. Yang pihak sekolah tahu, kalau Adnan saat ini sedang sakit dan di rawat di rumah orang tuanya yang ada di Bandung.

Begitu juga semua teman-teman dekatnya, termasuk anak-anak OSIS. Gak ada satupun dari mereka yang tahu keberadaannya.

Aku sempat bingung aja. Karena, kalau Adnan memang benar sakit, pasti Om Pram dan Om Rico gak akan setenang ini. Lagipula, setiap hari mereka selalu beraktivitas normal, dan pulangnya tetap ke apartemen.

Kayaknya gak ada jalan lain, selain meminta bantuannya...

"Sudah rapih. Mau kemana, Juan?" tanya Om Pram yang sedang nonton berdua dengan Junior di ruang tengah.

Malam ini aku ada janji sama Kak Idam. Tapi, gak mungkin juga kan aku mengatakan hal yang sebenarnya...?

"Aku mau main sama Disty dan Iky, om."

"Main kemana?"

"Ke --- mall, om. Disty mau mentrakir makan." aku berbohong.

Om Rico yang baru selesai mandi, keluar dari kamarnya. "Coba kalau kamu bisa nyetir sendiri. Kamu tinggal pilih mau bawa mobil yang mana.."

"Mau om, anter?" tanya Om Pram.

"Aku naik grab aja, om."

"Hati-hati ya." pesan Om Rico.

"Iya, om."

"Dahhh, akak...!!"

"Dahhh, Junior."

Malam ini sebetulnya aku mau ke rumahnya Dria. Sebelumnya dia gak bilang kalau malam ini dia mengadakan pesta ulang tahun kecil-kecilan di rumahnya.

Tapi, aku jadi tahu sebab salah seorang temannya yang ikut les tambahan denganku, bertanya apakah aku juga diundang ke acara ulang tahunnya malam ini...?

Aku membelikannya sweater sebagai hadiah. Selain itu, aku membawakan buah untuk maminya, dan martabak bangka kesukaan papinya.

Tinnn...!

Sebuah mobil berhenti tak jauh dari halte tempatku berdiri. Sesosok pria turun dari dalam mobil itu, lalu membukakan pintu untukku.

"Selamat malam, tuan ---"

"Juan...?!!"

Disaat bersamaan terdengar sebuah suara memanggil namaku. Suara yang sangat khas dan tentu saja aku sangat mengenalinya.

"Sana --- masuk duluan..!!" aku mendesis pada pria itu.

"Tapi, tuan ---"

"Cepat..!!"

"Kamu kok bisa disini...?!" Disty menatapku heran. Dia juga melirik pada mobil dan pria itu.

"Kalian ---"

"Disty maksa-maksa aku buat nemenin nyari Pak Hakim, Juan." tutur Iky.

Disty masih menatapku curiga. Kalau begini terus, bisa gawat semuanya.

"Kamu mau pergi?"

"Errnggg, itu ---"

Disty kini menoleh pada pria bodoh yang sudah kusuruh masuk duluan ke dalam mobil, tapi dia masih saja tetap berdiri di luar!

"OMG..!!" Disty merangkul tanganku. "Jangan bilang kalo kamu mau kencan sama om-om keren itu!"

"Enggak, Disty." aku masih berusaha tenang. "Dia --- driver grab."

"Oke! Mumpung kita udah disini, kenapa kita sekalian aja perginya barengan...?!"

"Disty ---"

Aku benar-benar gak bisa menolaknya. Apalagi kalian tahu sendiri kan, gimana sikapnya Disty itu...?

Like Father Like SonWhere stories live. Discover now