22

1K 101 0
                                    

Aku susul Kak Benny yang sudah turun duluan ke lobi utama apartemen. Meski sekujur tubuhku rasanya mau patah, tapi aku harus menjelaskan semuanya malam ini juga. Aku gak mau kalau sampai Kak Benny pergi dengan kesalahpahaman ini.

"Kak Benny!!" aku memanggilnya.

Dia menoleh, namun dia terus saja mempercepat langkahnya. Betapa bodohnya aku, karena aku mau saja diajak berhubungan intim dengan Kak Idam siang tadi. Namun untungnya, dia tidak sampai jadi memasukkan penisnya ke lubang anusku.

"Kak!" Aku pegang paksa tangannya. Dia menepisnya dengan kasar. "Tolong dengarkan aku dulu, kak."

"Gak ada gunanya!"

"Aku melakukan ini semua demi Adnan."

Kak Benny menoleh. "Adnan...?"

"Kakak tahu kan kalau Adnan pergi dan gak pernah masuk sekolah lagi?"

"Kamu gak bohong kan?"

Tanpa kusadar, air mataku menitik. "Aku gak mungkin bicara di depan Om Rico dan Om Pram, kak. Aku rasa belum saatnya mereka tahu..."

Kak Benny menghapus air mataku. Dia mengajakku duduk di lobby utama.

"Kamu keliatan pucat. Gak enak badan?"

"Aku ---" aku menggigit bibir. "Tadi siang, aku diajak ke hotel sama Kak Idam."

"Hotel?!"

Lalu aku perlihatkan beberapa tanda yang ditinggalkan Kak Idam di tubuhku.

Raut muka Kak Benny berubah lagi. Kelihatan sekali kalau dia pasti emosi denganku.

Aku perlihatkan rekaman saat Kak Idam dan Dria masuk ke apartemennya Om Rico, dan mengancam Adnan dengan suara dan raut wajahnya yang seperti iblis itu.

"Aku masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, kak."

"Kenapa kamu harus ikut campur?"

"Kak -- disini aku gak lihat Adnan. Tapi yang aku lihat adalah Om Rico, Om Pram, dan juga Junior. Mereka sudah memperlakukanku dengan sangat baik.."

Hidung dan dada Kak Benny masih kembang kempis tak beraturan. Itu tandanya dia masih emosi dan kesal.

"Kakak masih ingat kejadian waktu MOS itu kan?"

"Hmmm --"

"Itu juga Kak Idam, kak."

"Dia?!"

"Meski aku gak lihat, tapi aku kenal betul suaranya."

"Bajingan dia!"

"Yang aku cemaskan Adnan, kak. Aku tidak tahu dia dimana. Dan lagi -- kenapa gak ada yang khawatir dengannya?"

Kak Benny memegang tanganku. "Maafin aku ya, Juan. Aku udah salah sangka..."

"Aku juga minta maaf, kak."

"Apa masih perlu, kamu berhubungan dengan mereka?"

Aku mengangguk. "Sampai aku menemukan bukti itu, kak."

"Hhhaahh..." Kak Benny menghela panjang. "Itu artinya kamu harus berciuman, pelukkan, dan --- jangan-jangan! Aku gak mau lagi!"

"Terus aku harus gimana, kak? Mutusin tiba-tiba?"

"Yaa ---" Kak Benny menggaruk dagunya. "Dia pasti bakal curiga juga.."

Tap...

Tap...

Tap...

Aku kenal betul dengan suara langkah sepatu dan siulan itu. Aku kenal betul dengan pemiliknya...!!

Like Father Like SonМесто, где живут истории. Откройте их для себя