suka atau tidak?

1.6K 191 14
                                    

"Renjun, kamu pasti suka sama aku!"

Seruan Jeno saat di perpustakaan yang seharusnya hening itu membuat semua orang yang awalnya atensi mereka berporos pada buku menjadi pada dua sejoli itu. Tatapan mereka tajam dan menghakimi, antara marah karena mengganggu ketenangan atau terkejut dengan seruan blak - blakan si Lelaki Lee itu.

"Jeno, ini perpustakaan." Desis Renjun sembari menyikut lelaki itu yang membuatnya meringis. Beruntungnya mereka berdua karena Nyonya Kim tidak datang dengan tongkat besi panjangnya, bisa - bisa dirinya dan Jeno mendapat pukulan telak di punggung sebelum ditendang keluar pintu perpustakaan. "Aku tahu, tapi itu tak memungkiri perasaanmu, kan?"

"Kamu jadi aneh dari kemarin." Kata si Huang sembari merapikan letak kacamatanya, jujur saja—sahabatnya itu semenjak bergaul dengan Donghyuck semakin aneh. Memang Renjun tak memungkiri juga dari awal sebenarnya lelaki itu sudah aneh, wajahnya mungkin atraktif dan juga menawan—tetapi tak laik kelakuannya membuat Renjun tak bisa bernafas dengan tenang tiap harinya. Ada saja hal yang bisa dilakukan Lee Jeno yang membuatnya geleng - geleng kepala.

"Aku tidak aneh, Ren. Aku sedang menjalankan misi." Kata Jeno sembari memperagakan dirinya layaknya superhero. Tuhkan, semua kata - kata yang Jeno ucapkan semakin tak berkoheren yang membuat semua orang di perpustakaan semakin heran kepadanya. "Jeno... please." Keluh Renjun sembari memijat pelipisnya, ia tak bisa—ia TAKKAN bisa memahami isi buku dengan setumpuk rumus di tangannya kala Jeno terus bercerita layaknya orang gila.

"Apa yang Donghyuck ajarkan padamu?" Tanya Renjun menyelidik, pasti lelaki madu itu sudah meracuni otak Jeno. Ia yakin seratus—salah, seribu persen soal itu. "Ini sebuah misi. Kata Donghyuck kalau kau suka dengan seseorang harus terus mengatakannya sampai ia juga menyukaimu balik—loh, untuk apa aku menceritakannya padamu?" Gerutu si Lee yang membuat Renjun tertawa.

"Ehem lovebirds, aku tahu agenda kalian menyenangkan tetapi tolong diamlah sedikit. Ini perpustakaan." Im Yeojin yang sedang menulis catatan menatap mereka dengan kesal, gadis itu sedari tadi ingin segera menyelesaikan hukumannya karena lalai mengerjakan tugas rumahnya tetapi kedua orang yang duduk di seberangnya ini terus berceloteh dengan suara yang cukup lantang. "M—maaf," Balas Renjun sembari tersenyum dan memperlihatkan deret giginya dengan gagu, gadis berambut sebahu itu hanya memutar bola matanya dan melanjutkan tulisannya.

"Kau seyakin itu aku suka padamu?" Tanya Renjun sembari menatap Jeno dengan tatapan jahil, "Tentu saja. Mana mungkin tidak, Donghyuck melakukan misi ini selama seminggu dan ia diterima oleh crush nya yang super cuek, tahu!" Kata Jeno dengan tangan mengepal, kali ini suaranya berbisik karena takut ditegur lagi. "Memangnya siapa crush nya?"

"Na Jaemin. Dia diam - diam suka dengan Donghyuck walau wajahnya nampak tak suka dengannya." Balas si Lee yang membuat pikiran Renjun memutar kejadian satu bulan yang lalu—kala mereka makan bersama di kantin dan Donghyuck dengan isengnya berlari ke meja milik Jaemin dan meneriakan namanya pada telinganya langsung. Renjun kira si Pemuda Na itu akan menendang atau menghajar bocah itu karena ekspresi wajahnya yang sulit dijabarkan—antara jengkel dan datar yang membuat orang takut. Jadi itu sebabnya Jaemin hanya diam kala Donghyuck menjahilinya?

"Kata Donghyuck aku punya waktu seminggu untuk misi ini, kami bertaruh! Ia mendapatkan Jaemin dalam waktu seminggu dan aku harus mendapatkanmu dalam seminggu—atau bahkan lebih cepat!" Ia membicarakanku layaknya barang saja, dasar Lee Jeno! "Kenapa harus seminggu kalau bisa sekarang?"

Eh?

Semua atensi kembali menatap kearah mereka berdua, ternyata beberapa dari mereka sengaja merekam percakapan dua sejoli itu ditengah perpustakaan yang sepi. "Nice try bung!" Itu Sungchan yang ada di ujung rak baca sembari mengacungkan jempol tinggi - tinggi. Renjun hampir membenturkan kepalanya sendiri ke meja karena kalimat spontan itu—sialan sekali hancur harga diriku kalau seperti ini!

Senyum janggal serta pipi memerah Renjun temui menghiasi pipi Jeno kala ia memalingkan wajahnya, Demi Tuhan—Renjun benar - benar malu. Harga dirinya ini terbilang cukup tinggi, semua orang tahu soalnya. Maka dari itu kala ia berkata dengan super spontan seperti tadi semua atensi berporos pada dirinya. "Ren...?"

Pipi milik Renjun makin merah—ronanya menghias sekali di pipi putihnya. Err... apa yang harus ia katakan? Ia memang menyimpan rasa pada Jeno sejak lama... tapi ia tak tahu akan berakhir menyatakan perasaannya secara memalukan begini!

"Y—ya? Lupakan yang tadi!" Ujarnya gelagapan sembari tiba - tiba membanting kepalanya dengan bunyi berdebam pada meja. Yeojin nyaris melempar penanya karena kaget, Jeno tertawa—Pemuda Huang itu nampak begitu manis kala ia malu - malu seperti ini. Pemandangan langka yang hampir tak pernah ia temui selama tiga tahun berteman dengan Renjun.

"Tak perlu malu kalau memang suka." Celetuk si Lee menggoda yang membuat Renjun semakin tersipu. "Iya aku memang suka! Sejak awal kita bertemu! Puas?!" Kata Renjun dengan bibir tercebik sebal, Jeno tertawa lagi—sembari mencubit pipi milik pemuda didepannya itu dengan gemas. "Tolong bilang ke Donghyuck aku menang taruhannya ya, sayang." Demi apapun yang Renjun punya, senyum yang terbenam dengan bulan sabit itu membuat jantungnya hampir meledak.

-----

Renjun pas keceplosan ngomong:

Renjun pas keceplosan ngomong:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
telaga | noren Where stories live. Discover now