validasi. ⚠️

10.9K 719 25
                                    

"Ah-Ah J-Jeno!"

Renjun terus memekik kala tusukan diikuti dengan rentetan rasa nikmat merasuk dalam sarafnya. Kepala penis milik Jeno terus menghantam langsung ke arah gumpalan daging yang menghantarkan rasa kejut yang menyenangkan bagi dirinya. Sementara yang menggagahinya terus mencumbu titik itu terus menerus-menghantarkan emosi yang terpendam di setiap cumbuannya.

"Katakan Renjun," Jeno menggeram rendah kala si Huang merapatkan lubangnya, tubuh manis yang sudah memerah dan berantakan itu menampakkan wajah sayu yang nampak erotis, membuat Jeno terus ingin dan ingin lagi menghancurkannya. "Apa kita ini?"

"Saha-AAH!" Renjun kembali menjerit kala penis itu membobolnya lebih kuat, terlihat dari seringai kecil dibibir dominan dan tangan yang mencengkeram pinggangnya yang sudah mati rasa. Sepertinya sahabatnya itu tidak puas dengan jawabannya.

"Jawab yang benar, Huang Renjun."

Renjun mengerjapkan matanya bingung ditengah pergerumulan panas mereka. Entahlah, Renjun tak mengerti kenapa ia dan Jeno bisa berakhir seperti ini. Yang terakhir Renjun ingat, ia baru pulang berkencan dengan Lucas sebelum Jeno menggeret tangannya seperti akan meremukkan seluruh tulangnya lalu mengemudi mobil seperti dikejar setan. Setelahnya, ia dilempar di ranjang dan-tada~

Bukan sulap bukan sihir, ia sudah berada dibawah sentakan panas Jeno yang mencumbu langsung prostatnya yang sudah membengkak.

Sebenarnya kita ini apa? Renjun memutar otak dibalik desahannya saat Jeno memelintir putingnya, menghantarkan getaran nikmat yang membuatnya semakin dekat dengan pelepasan. Teman? Bukan, mereka lebih dekat dari itu. Sahabat? Entah-tapi dengan bercinta berkali - kali? Sepasang kekasih? Ah, bahkan suka Jeno saja tidak. Dia hanya menganggap Jeno sebagai sahabat.

"Ahk! Hnnh-," Renjun melampiaskan kenikmatannya dengan meremat lengan kekar Jeno yang masih menghiasi pinggangnya yang memerah dan dihiasi beberapa noktah ungu kebiruan. Sepertinya otaknya sudah tidak bisa diajak berpikir lagi karena isinya telah berhamburan dengan getaran nikmat yang terus mendera sarafnya.

Notasi tiga pagi bukanlah lagi hal yang menjadi anfas dipikirannya-sementara Jeno menggempur lubangnya hanya untuk bertanya tentang validasi hubungan mereka. Ia melampiaskan emosi tak bertuannya kepada si Huang-tetapi mengapa?

"Kenapa Renjun?" Bisik Jeno lirih, sementara Renjun sudah melihat putih di bayangan imajinya sebelum si dominan menutup saluran kencingnya. Si Huang hanya bisa melirih pelan-ia kehilangan suaranya akibat menjerit - jerit keenakan tanpa tahu malu. Ia hanya bisa melakukan kegiatan abstain sekarang.

"Kenapa kau menghancurkanku, huh?" Jeno meremat penis mungil yang mulai menggembung itu, jika terlalu lama Renjun yakin ia akan mengalami blue balls setelahnya. Renjun hanya bisa meremat sprei tak berbentuk itu lemah karena tak sanggup melawan. "Aku butuh validasi atas kita, Renjun."

"Va-validasi a-apa?" Renjun mendesis ngilu kala penis mungilnya yang dilingkupi tangan besar berotot Jeno berdenyut - denyut. Jangan berlagak bodoh, Jeno. Aku punya Lucas! Ia bahkan belum sempat merayakan hari jadi tahun keduanya dengan si Wong Lucas padahal sudah lewat 4 hari.

"Aku mencintaimu." Jeno menumbuk prostat itu sekali lagi-sebelum ia menyemburkan benihnya. Disusul dengan tangannya yang ia lepas dari penis mungil itu-membiarkan isinya menyembur begitu saja. Membasahi sprei dan perut si mungil yang rata.

"K-kau sudah t-tau jawabanku." Jawab Renjun ragu, ia takut jikalau beberapa ronde yang ia lewati bersamanya kurang. Ia takut Jeno menginginkan lebih. Ia lelah sekali sekarang, ia sudah melakukan lima kali pelepasan. Sementara bercinta dengan Lucas yang notabene nya sebagai pacar pun tidak pernah. Paling hanya berciuman-menggandeng tangan dan bertukar pandang yang menyiratkan cinta satu sama lain.

"Kau harus menentukan validasi yang tepat atas kita, sayang." Si Lee menggapai hasil ejakulasi lengket milik Renjun-mengoleskannya pada pipi empunya sendiri yang membuat Renjun merinding geli. "Pernah mencoba cairanmu sendiri, sayang?"

"Jeno-hmph!" Belum sempat yang bersurai ash grey selesai bicara, jemari panjang itu memaksa masuk mulutnya, menekan - nekan lidahnya dengan jari yang penuh spermanya sendiri. Renjun terbatuk merasakannya-ia merasa merinding setelah mencoba cairannya sendiri. Kalau punya Jeno, entah berapakali ia mengecapnya.

Kenapa Jeno bisa jatuh kepadanya? Kenapa?

"Manis." Bisik si dominan tepat disamping cuping telinganya. Mungkin itu salah satu faktor.

"Kenapa k-kau sangat m-menginginkan validasi hubungan kita?" Tanya Renjun terbata - bata, Demi Tuhan, tenggorokannya terasa sakit sekali hanya demi bersuara. Belum lagi tubuhnya yang serasa remuk. Ia serasa mengalami agonia sekarang.

"Aku menginginkanmu Renjun-aku mencintaimu. Aku hanya ingin kau menjadi milikku seorang, aku hanya ingin lubangmu itu menampung penis ku saja. Bukan milik si brengsek itu. Aku hanya ingin bibirmu ini mencumbu bibirku-," Jeno merebahkan tubuhnya disamping Renjun, memeluk tubuh mungil yang dipenuhi noktah ungu kebiruan itu erat bagai tiada hari esok.

"Karena itu Huang Renjun, karena kau tidak bisa memberikan validasi-biar diriku saja, bukan?"

Sialan, kenapa aku bisa bersahabat dengan orang gila yang sebegitu terobsesinya dengan diriku?!

"Mulai saat ini-Huang Renjun telah resmi menjadi kekasih Lee Jeno. Selamanya." Jeno menyunggingkan seringai yang membuat si Huang mengalami keringat dingin.

"Jikalau ada yang berusaha memutuskan hubungan-ia akan mengalami hukuman dan penyesalan yang berat," Seringai itu semakin melebar disertai dengan elusan halus di pipinya, Jeno mengusap tangan penuh keringatnya di pipi gembil milik Renjun.

Validasi mengerikan yang Renjun tak pernah pikirkan.

Ia dan Jeno adalah validasi termengerikan yang pernah ada.

----

jelek bgt yatuhan apa ini💆

telaga | noren Where stories live. Discover now