bunga yang abadi.

1.3K 133 16
                                    

"Bunga... yang abadi?"

"Itu hanyalah sebuah kiasan, Yang Mulia." Seorang pengawal dengan baju zirah kebanggaannya hampir tertawa melihat wajah bingung Tuannya. "Lalu mengapa ia bisa dijuluki seperti itu?"

Sang pengawal berdeham, "Seperti yang saya jelaskan tadi, dia adalah dhampire. Bunga indah yang terkurung diantara friksi manusia dan vampire. Terlebih lagi, dhampire ini memiliki ability yang benar-benar tak terduga, Tuanku. Banyak tetua yang kalah karenanya." Penjelasan panjang itu membuat sang Putra Mahkota membelalakkan matanya dengan wajah bengal khasnya, "Seorang dhampire mengalahkan tetua?!"

"Benar, Yang Mulia. Tidak ada yang tahu dhampire ini berasal dari keturunan klan mana ataupun kerajaan mana, ia memiliki beberapa wujud juga. Dan kali ini sang goddess meminta kerajaan kita untuk menemukannya." Sang pengawal membuka gulungan kertas kulit yang nampak kuno, sang Putra Mahkota tahu benar bahasa yang sering Dewi ajarkan dahulu saat dirinya kecil—bahasa bulan. Dan ia bisa melihat bagaimana garis-garis abstrak itu memberinya perintah—sang goddess percaya terhadap kekuatan miliknya yang sudah lama disegel dengan rapat.

"Tolong panggil semua penghuni istana, kita adakan rapat!" Sang Putra Mahkota bangkit dari duduknya—bergegas bangkit ruang pertemuan yang biasa.

"Sesuai perintah, Yang Mulia Putra Renjun."

-----

"Kalau begitu, salah satu dari kita harus menuju dimensi dimana dia berada dan menyamar menjadi manusia."

Renjun nampak berpikir—wajah manisnya menjadi sorot atensi para penghuni meja bundar pertemuan Klan Huang. Para penghuni klan tersebut cukup terkejut setelah mendengar apa yang disampaikan sang Putra Mahkota, pasalnya pencarian sang bunga yang abadi sampai dihentikan beratus-ratus tahun karena tak ada klan vampire yang dianggap sanggup melawan kekuatannya. Dhampire adalah musuh besar bagi berbagai makhluk mitologi—beberapa dari mereka dilahirkan dari dendam dan perasaan jahat lain yang membuatnya mengancam segala kaum.

"Bukankah itu terlalu beresiko, Winter? Setidaknya harus sepuluh orang kita kerahkan untuk menyamar dan tentu saja itu tidak mungkin." Salah satu pengawal—Mark—menatap perempuan dengan nama kebangsaannya, Winter. Perempuan itu mendapat julukan indah dari sang Dewi sendiri kala serpihan salju turun dengan berkatnya, gadis yang bernama Minjeong itu begitu istimewa. "Benar juga, kaum biasa seperti kita memerlukan banyak orang untuk bisa berbaur dalam dimensi lain dan menyamar menjadi manusia." Sambung Hyunjin.

"Kalau begitu....," Renjun menelan ludahnya, menatap semua orang yang menunggu dirinya berbicara, "Aku saja yang akan pergi sendiri."

"Yang Mulia Putra Renjun!" Bentak Mark sembari berdiri, menatap lelaki itu dengan marah. "Mana mungkin kami membiarkanmu pergi sendirian!" Balas Heejin sembari menatap Putra Mahkota itu. Meja bundar pertemuan menjadi ricuh, Renjun menghela nafasnya. "Aku tidak bisa membiarkan sepuluh orang pergi. Kalian adalah tanggung jawabku, dan aku sudah lama mengabdi disini. Aku berjanji semua akan baik-baik saja." Renjun tersenyum—sejujurnya ia cukup yakin jikalau ayahnya kembali nanti ia akan dipukuli habis-habisan karena ini. Menyamar sendirian ditengah dimensi yang berbeda itu sangat mengancam bagi seorang vampire. Tapi Renjun berbeda, kekuatan sang Goddess of  Moon—dewi dari segala dewi tersegel di badannya. Kekuatan besar yang bisa menghancurkan segala hal.

"Tapi Yang Mulia...," Mark melirih, berusaha membuat Renjun tidak kesana sendiri. "Setidaknya bawa dua diantara kami bersamamu, maka rasa gelisah takkan merayapi hati kami terlalu lama."

telaga | noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang