[2] seratus. ⚠️

9.5K 654 78
                                    

warning : explicit scene. tidak baik untuk balita. sekian.

"Pilihan yang bagus, Kid."

Lelaki itu tertawa, seringainya begitu mengerikan kala hening dan gelapnya malam. Tiba - tiba tangannya ditarik, ia pun diangkat bak karung beras. Barusaja pemuda itu ingin menjerit si J berbisik-pelan sekali. "Dont make some noise, Kid."

Renjun tahu benar ia berhadapan dengan siapa. Pembunuh berantai-yang mengerikan, ditakuti semua orang. Ia tak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Renjun menutup mulutnya, takut sekedar mengeluarkan isakan. Rasanya ia nampak begitu lemah dalam kuasa si Lee itu.

Ia sampai di kamarnya-entah si J memang benar - benar menjadi stalker nya atau bagaimana sampai ia paham betul kamar milik Renjun yang bernuansa biru serta sprei bergambar moomin. Si J itu tertawa, "Kelihatannya kau cinta mati dengan tokoh kartun itu?"

Renjun mendengus di balik punggung tegap itu, berisik sekali orang ini. J pun mengangkat tubuh ramping itu, membantingnya dengan sekali sentakan yang membuat badannya itu sedikit memantul. Renjun bisa rasakan hawa panas menyergap, melingkupi tubuh kecilnya yang masih terbalut seragam. J menaiki tubuhnya sebatas pinggul, menatap wajah manis yang nampak begitu indah di matanya itu.

Ia indah, tapi indah miliknya terlalu sayang hanya dinikmati dengan dilihat.

"I'll do it quick, Kid. Aku tidak bisa tidak langsung menghabisi, shall i?" Tanyanya sembari membuka kancing pemuda itu satu persatu. Renjun tak tahu harus menjawab apa kala diberi pertanyaan yang terdengar retorik itu. J menatapnya meminta afirmasi terhadap pertanyaannya, Renjun mengangguk pasrah. Cepat selesaikan urusanmu dan aku akan segera menjauh darimu! Jerit Renjun dalam hati. Tak dapat ia pungkiri ia benar - benar takut sekarang.

Tanpa basa - basi lelaki itu pun menciumi leher yang lebih muda. Renjun hampir menjerit dengan sensasi anomali itu namun ia membungkamnya dengan tangannya sendiri karena teringat perkataan lelaki itu yang menyuruhnya tidak bersuara. Kecupan itu merambat-dari leher, ke dadanya, perut ratanya. Renjun baru menyadari jikalau J ini adalah tipe orang yang suka menandai pasangan sex nya. Sialan, jikalau begini sudah dipastikan ia takkan masuk sekolah besok.

"Ahn!" Renjun hampir memekik jikalau J tidak menempelkan telunjuk pada mulutnya kala salah satu jarinya memainkan putingnya. Sial, sial, sial! Demi seluruh koleksi moomin miliknya ia takut sekali sekarang! Seringai Lee itu seolah - olah melumpuhkan kinerja saraf otaknya.

Lelaki Lee itu memainkan kedua tonjolan milik Renjun. Karena ia rasa pelajar dalam kukungannya itu begitu berisik ia pun mengambil kain di kantongnya, memang ia biasa menyimpan barang - barang seperti itu-barangkali berguna. Ia pun mengikat mulut si manis dan tangannya yang terus bergerak. Renjun mati kutu sekarang-aliran darahnya seolah berdesir kala lelaki itu menarik celananya hingga tidak menyisakan sehelai kain apapun lagi.

"Such a crybaby. You're deserved to be called Kid." Ia tertawa dengan suara beratnya-Renjun menggeleng pelan, tidak ia tidak cengeng! Bayangkan saja jikalau dirimu akan disetubuhi oleh pembunuh-bukankah itu mengerikan?

"Hnnh-," Tubuhnya mengejang kala J sengaja meremat penisnya yang sudah setengah menegak. Stimulasi dari kecupan - kecupan lelaki itu membuat Renjun terangsang. Pemuda itu membusungkan badannya kala J semakin memainkan penisnya.

"Sialan Kid-kau benar - benar cantik," Desis lirih milik J membuat Renjun semakin gemetar, ia membuka kain yang menghalangi mulut Renjun. "I wanna hear your pretty moan, jadi, mendesahlah dengan memanggil namaku-Jeno Lee."

telaga | noren Where stories live. Discover now