Audisi Calon Ayah

6.9K 1.6K 110
                                    

Met malem epribadeh, met berpuasa buat temen eike yang muslim, kalo kalian lagi taraweh, jangan maksain baca dulu ya. Bandel loh.

So, Ouia dan dua sahabatnya yang ajib muncul di mari. Mereka ngapain, sih? Cekidot.

*******

"Jadi kamu merasa sedikit setuju dengan Said kalau mungkin saja Pak Nakula menyukai Tante Aurel?" tanya Boni memastikan usai Ouia menguraikan kecurigaannya.

"Iya, Boni. Aku belum terlalu yakin, hanya curiga sedikit. Bagaimanapun, mamiku itu perempuan cantik yang disukai banyak laki-laki. Pak Nakula mungkin adalah omku, tapi dia juga laki-laki, dan caranya menatap Mami itu seperti menatap perempuan dewasa," jawab Ouia.

Said menggaruk kepalanya. "Bentar, Ou. Pan Nyak Aurel emang perempuan dewasa? Anehnye di mane, dah?" tanyanya bingung.

Boni menatapnya sebal, sementara Ouia menghela napas. "Maksud gue, Id, Pak Nakula tuh mandang enyak gue kayak mandang cewek yang die demen, gitu. Kagak kayak mandang sahabat," jelasnya sabar.

"Oh ... gitu? Iye, sih. Firasat gue juga gitu."

"Nah."

"Lalu, apa tidak masalah buat kamu, Pak Nakula menyukai Tante Aurel?" tanya Boni.

Ouia berpikir sejenak, lalu menghela napas sebelum menjawab. "Aku tidak yakin, Boni. Mamiku sepertinya tidak ingin menikah, katanya dia sudah bahagia hidup denganku saja."

"Nah, terus maksud lo audisi, ape?" tukas Said.

Ouia mengetuk ujung hidungnya dengan telunjuk, berpikir. "Biar kate enyak gue kayaknye kagak mau nikah, tapi gue pengen die lebih bahagia, Id. Gue pengen dia bisa nemuin orang yang beneran cinta sama die. Makanye, gue pengen kita bikin semacem ujian buat Pak Nakula. Kalo dia lolos dan tulus sama enyak gue, kita bakal bantuin die sampe berhasil bikin enyak gue luluh. Gitu."

"Kalo enggak lolos?"

"Kita eliminasi."

"Ayah kamu bagaimana, Ou?" tanya Boni.

Ouia tertegun. "Uhm ... kalau ayahku kemungkinan punya kehidupan sendiri, dan aku rasa mamiku tidak ingin menikah dengannya juga, Boni," jawabnya.

"Tapi kalau kamu ingin mengaudisi Pak Nakula, maka ayah kamu juga berhak ikut audisi, dong, Ou. Mereka berdua harus mendapat kesempatan yang sama."

"Tapi aku ragu ayahku menyukai Mami. Aku tidak pernah memperhatikan bahasa tubuhnya saat bersama Mami. Kalau dia tidak menginginkan Mami seperti Pak Nakula, untuk apa diaudisi?"

"Lho, bukannya Pak Nakula juga baru kemungkinan suka? Belum tentu betul-betul suka, kan?"

Ouia terhenyak. "Eh, iya." Dia cengengesan. "Kadang-kadang kamu bisa lebih cerdas dariku, Boni."

Said mendengkus. "Boni itu cuma lebih kritis, kali, Ou. Bukannye pinter."

Boni menatapnya dingin. "Kamu cuma iri, Said."

Said merengut. Ouia tidak memedulikan kedua temannya yang saling meleletkan lidah. Dia malah berpikir sendiri. Boni benar, kalau dia ingin menguji Nakula, seharusnya ayahnya juga ikut diuji. Kalau memang cocok mendampingi ibunya, maka dia harus melakukan yang terbaik untuk membuat siapapun dari mereka bisa mendapatkan Aurel. Bukan begitu?

"Boni, kamu benar. Mari kita buat sistem penyaringan dan ayahku termasuk kandidat yang akan disaring."

"Eh ... berarti, Kang Aceng juga bisa dimasukin ke audisi, tuh, Ou. Die pan naksir Nyak Aurel dari dulu."

"Kalo Kang Aceng enggak lulus dari awal, Said. Gue ogah kalo die jadi babeh gue."

"Nape?"

Ouia merinding. "Lo bisa ngebayangin babeh gue jorok begitu, Said? Kagak sudi, gue!"

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Where stories live. Discover now