Ketika Ouia Dirundung

5.4K 1.5K 119
                                    

Yuhu ... lagi.

So, sesuai janji, Ouia indehaus ya.

Cekidot.

*******

Sadewa melihat sekeliling pada rumah sewa yang ditunjukkan Ouia dan teman-temannya. Rumah itu cukup apik, kecil, tetapi rapi dan punya pekarangan sempit yang bisa dipakai sebagai tempat jemuran. Masalahnya, dia biasa tinggal di tempat yang lebih luas dari ini, meski tidak mewah, dan aneh saja kalau harus tinggal di sebuah rumah petak ukuran 5 x 6 meter setelah terbiasa dengan rumah ukuran normal, menurutnya.

"Uhm, Ou ... masih ada pilihan lain?" tanyanya hati-hati pada Ouia yang sedang mengamati kamar mandi sempit yang terlihat lumayan bersih.

"Memangnya ini kenapa, Beh?" tanya Ouia balik.

Sadewa tak enak hati. "Enggak kenapa-kenapa, sih. Cuma...."

"Ini rumah paling lumayan dan terdekat dengan tempatku dan Mami," tukas Ouia, membuat Sadewa menelan sambungan kalimatnya.

"Oh...."

"Tapi kalau Babeh mau yang mungkin lebih besar dan bagus dari ini, ya nanti kucarikan bareng Said dan Boni. Cuma ... jauh."

Ada sesuatu dalam nada bicara Ouia yang menggetarkan hati Sadewa dan dia menoleh lalu memandang putrinya lama. Apakah ... Ouia sudah benar-benar memaafkan dan menerimanya sehingga mau berada lebih dekat? Kehangatan memenuhi hatinya, membuatnya kesulitan untuk memikirkan kalimat apa yang ingin diucapkan.

"Oh ... begitu, ya, Ou?"

"Iya. Jadi?"

"Jadi?"

Ouia mengangkat bahu tak acuh. "Babeh mau yang ini, atau harus kucariin lagi yang bagusan tapi jauh?"

Rasa haru memenuhi dada Sadewa. Dia mengerti sekarang, Ouia mungkin terlihat dingin dan menjaga jarak, tapi sebetulnya dia juga senang dengan kehadiran Sadewa. Melegakan.

"Yang ini saja, Ou. Babeh lebih suka kalau dekat dengan kamu," putusnya, berusaha terlihat tak menyadari perasaan Ouia untuk mencegahnya merasa malu.

"Oke. Mau ketemu sama yang punya?"tanya Ouia lagi, masih dengan nada acuh tak acuh.

"Bisa sekarang?" tanya Sadewa balik.

"Bisa. Yuk."

Ouia melangkah mendahului menuju ke rumah lain yang berada di ujung gang itu. Beberapa pasang mata yang mengenal remaja tomboi itu mengawasi dengan tertarik dan ingin tahu. Siapa pria menawan yang bersamanya?

****

Aurel duduk di tangga darurat gedung dan membuka kotak bekalnya, siap untuk menikmati makan siang saat terdengar derap langkah dari atas. Dia mendongak dan mendapati sosok Ferdian yang sedang bicara di telepon sambil menuruni tangga. Hormat, dia pun mengangguk, sementara Ferdian menatapnya dengan heran dan buru-buru mengakhiri pembicaraan.

"Aurel? Sedang apa?" tanyanya sambil mengantongi ponsel.

"Makan siang, Pak. Bapak sendiri? Kenapa enggak pakai lift?" Aurel balik bertanya.

Ferdian tersenyum. "Saya selalu menggunakan tangga, sekalian olahraga. Kenapa kamu makan siang di tangga?"

"Karena ini tempat paling sepi, Pak. Sekalian saya istirahat sebelum mulai tugas lagi."

"Oh. Mau ikut makan siang dengan saya saja di resto sebelah? Supaya lebih nyaman?"

"Tidak, terima kasih, Pak. Saya bawa bekal. Makan sendiri lebih nyaman, Pak."

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Where stories live. Discover now