Yuhuuu! I am back! Ada yang nunggu? Maacih ya.
So, selamat Lebaran buat manteman eike umat Islam, mohon maaf lahir batin.
Langsung aja, enjoy!
******
"Lo mau jalan, Rel?" tanya Sadewa, tersadar dari keterpesonaan. Ampun, deh, si Aurel. Kok pamer-pamer ketiak begitu? Apa dia enggak tahu, laki-laki bisa terpesona cuma gara-gara itu?
Aurel mengangguk. "Ho'oh. Baru aja gue mau ke rumah lo, Wa. Neng Ouia nge-chat, tanya, ada buku ini di sini apa enggak," jawabnya. Dia juga buru-buru mengalihkan pandangan dari kacamata yang pas kelihatannya di hidung Sadewa. "Lo kok malah ke sini?"
Sadewa menggaruk leher, menyembunyikan rasa gugup yang muncul dengan anehnya. "Anu ... Ouia bilang bukunya ketinggalan jadi gue mau ambil. Tadi sih ...."
Kalimat Sadewa menggantung. Tiba-tiba tersadar pada sesuatu. Ouia tidak bilang kalau ibunya ada di rumah, dan entah kenapa, Sadewa jadi bertanya-tanya, apakah putrinya itu sengaja agar dia dan Aurel bertemu?
Apakah ... itu berarti Ouia sudah menerimanya?
Sadewa tidak bisa menyembunyikan senyum senang. Kalau Ouia sudah menerimanya, berarti hanya sedikit lagi langkahnya untuk mewujudkan impian sebuah keluarga utuh. Tinggal melunakkan hati Aurel. Bukan begitu?
"Napa lo?" tanya Aurel heran sambil menyedot hidungnya. "Elah, beneran pilek, dah, gue!"
Sadewa meringis. Dasar cewek tomboi, jorok begitu enggak ada malunya sama sekali. Untung cakep.
"Enggak. Gue cuma mikir, kalau tahu lo bakalan nganterin tuh buku, ngapain gue ke sini?" dalihnya.
Aurel berdecak. "Jiah! Males lo!" celanya. Dia menyerahkan buku yang dimaksud. "Nih, ah. Mending gue tidur biar seger besok. Gawat aje kalo sampe pileknya keterusan."
"Lo kan bisa cuti?" Sadewa berkata.
"Lo kira orang kantoran, main cuti aje? Kagak segampang itu, Bambang! Lagian, gue kan danru, komandan regu! Tanggung jawab gue gede, Bos!" Aurel menukas. "Udah, sana, balik. Gue mau molor dulu. Bilangin Neng Ouia, maminya sakit, suruh dia cepet pulang."
Sadewa langsung mencibir. "Cuma pilek aja lo minta Ouia balik, manja amat sih, Rel? Tidur ya tidur, enggak usah nyuruh Ouia balik jugalah. Ouia lagi bantuin gue." Jengkel dia berbalik menuju sepeda motornya.
"Woi ... emang napa gue manja sama Neng Ouia? Kan gue maminya?" ujar Aurel sambil mengeluarkan ingus sembarangan hingga mau tak mau Sadewa mengurut dada karena kelakuan joroknya. Untung perempuan ini ibu dari anaknya.
Untung juga ... dia malah makin suka.
"Gue babehnya, boleh dong Ouia bantuin gue dulu?" tukas Sadewa hanya menoleh sedikit. Takut enggan pulang karena kepingin lebih lama melihat wajah cantik yang dibingkai rambut pendek itu.
Aurel langsung mengerutkan kening, berpikir. "Oh iya ... bener juga ya? Ya udah, kalo udah selesai, lo suruh pulang deh, jangan maen ke mana-mana lagi. Gue kagak bisa tidur kalo enggak ditemenin si Dipsi soalnya."
"Dipsi?" Sadewa berbalik dengan cepat dan menatap Aurel dengan ekspresi kebingungan.
"Ouia, elah!" Aurel menjelaskan seraya berdecak.
Sadewa langsung mencibir. "Mana gue tahu dia punya nama lain, Aurel?" tukasnya.
"Harus tahu dong, Sadewa. Elah!"
Sadewa merengut. "Iya, terserah lo, deh."
"Ck! Udah, balik sana. Suruh Neng Ouia langsung balik kalo udah selesai. Jangan lupa kasih jajan, dia udah bantuin lo, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seleksi Ayah (Cerita Ouia)
ChickLitHamil dan melahirkan di usia remaja membuat Aurel harus menjalani kehidupan yang berat sebagai orangtua tunggal. Namun, dia tidak pernah berputus asa. Bersama Ouia, putrinya yang tomboi dan bercita-cita menjadi astronom, Aurel merajut cerita dan har...
