Aurel Yang Menyebalkan

6K 1.5K 148
                                    

Met siang menjelang istirahat pipel!

So, gak kerasa udah pada mau lebaran nih, ya? Tapi enggak pada mudik kan? Care sama keluarga yang di kampung ya, kasihan kalau kalian malah bawain virus dari jalanan buat mereka. Sabar dulu aja, pandemi pasti berlalu, sekarang kalian pake video call aja atau bisa pake berbagai medsos, kan? Apa pun pilihan kalian, mau mudik ataupun enggak, ingat untuk meletakkan kepedulian terhadap orang-orang tersayang kalian di atas keinginan pribadi, oce?

Buat nemenin kalian yang lagi pada bikin kue lebaran atau yang lagi selancar di internet buat belanja onlen, nih eike apdet Ouia dan dua sahabatnya, plus emaknya yang rada-rada.

Cekidot.

********

"Itu bukan masalah kalo buet gue, Wa. Beneran, deh. Gue aja yang gampang emosi," bujuk Aurel sambil cengengesan. "Lo kan tau, dari dulu gue seneng berantem?"

"Tapi ngatain jalang dan anak haram itu namanya kurang ajar. Mereka harus diproses, kalau perlu kita lapor polisi," bantah Sadewa sambil mengambil ponselnya. "Kita ke kantor polisi sekarang."

"Kalo Babeh lapor polisi, Mami yang bakalan dipenjara. Kan Mami yang nyerang mereka sampe hampir tewas," tukas Ouia tenang.

Sadewa tertegun dan langsung membatalkan panggilannya, padahal di seberang sana sudah ada sahutan. "Uhm ... tapi, mami kamu kan cuma membela diri, dia dilecehkan secara verbal, Ou."

"Enggak ada buktinya, Beh. Justru bukti penganiayaan yang dilakukan Mami yang ada, itu kalau mereka kepikiran untuk visum."

Sadewa menelan ludah. Ya ampun, bagaimana bisa dia melewatkan itu? Untung putrinya yang cerdas ini mengingatkan. Bangganya.

"Oh ... betul, Ouia pintar, ya?" akunya.

"Anak gue, Wa. Siapa dulu emaknya?" kata Aurel. Dia mengutik-utik lengan Sadewa yang jadi keheranan. "Betewe, ada apaan sama aku-kamu?" godanya sambil mengangkat-angkat alis.

"Ha?" Sadewa mengerutkan kening tak mengerti.

"Itu ... lo barusan ngomong, 'Itu masalah, Aurel. Bagaimana kalau kamu kenapa-napa?'. Eciecie ... jangan-jangan lo mulai suka sama gue, ya, Wa? Tetiba aja jadi aku-kamu, uhuy!"

Sadewa melongo sebentar memandang Aurel yang cekikikan, lalu beralih pada Ouia yang mesem-mesem malu melihat kelakuan ibunya. Waduh ... si Aurel kumat jailnya, nih.

"Memangnya lo mau kalau gue naksir?" tantangnya tak gentar.

Tawa Aurel menggelegar. "Ya kagaklah! Ogah banget gue sama bocah cengeng kayak elo. Untung di elo, apes di gue, dong?"

Sadewa langsung merengut sebal. Kan? Memang dari dulu masih juga belum berubah, mana mungkin Sadewa berharap lebih?

Luput dari perhatian keduanya, Ouia langsung terlihat murung. Ibunya agak menyebalkan kalau begitu.

*****

"Nyak Aurel mukulin Bang Usman sama Bang Aceng, loh. Mantap!" seru Said saat tiba di rumah Ouia. Dia langsung menadahkan tangannya pada Boni yang sedang memakai sanitizer.

Boni memutar mata dan memberikan sedikit di tangannya. "Lain kali kamu harus bawa punya kamu sendiri, Said. Ini masa pandemi, jangan cuma mengandalkan minta sanitizer pada orang lain, mengerti?" tegurnya.

"Ngerti, Bang," sahut Said, sekadar menghindari omelan Boni. Dia bergegas masuk dan duduk di depan Ouia. "Kenape nyak lo keren banget, ye, Ou? Gue pan jadi ngiri."

"Hobi berantem mana keren sih, Id?" keluh Ouia. "Kalo ditangkep polisi gegare bikin orang bonyok, pegimane?"

Said mencibir. "Yang ngelaporin palingan malu, Ou. Laki kalah sama perempuan, beugh!"

Seleksi Ayah (Cerita Ouia)Where stories live. Discover now