-WHO's KATT?

814 84 4
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. Who's Katt?

Tangannya bergerak kesana kemari meraba sekitar, mencari benda pipih yang mengeluarkan deringan begitu memekikkan telinga di pagi buta seperti ini. Dengan kedua mata yang masih terpejam, perempuan itu berdecak kesal saat ponselnya ditemukan. Dengan cepat dia mematikan alarm lalu melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda. Tubuhnya merengkuh guling sangat romantis hingga tak sadar dari ruangan lain sang ibunda tercinta telah meneriakkan namanya beberapa kali.

"Adel."

Panggilan ke enam. Agatha yang sedang meletakkan hidangan sarapan di atas meja makan melirik jam dinding yang terus berputar.

"Bang, tolong panggilin adek dong. Kasian ntar telat, ini ujian terakhir soalnya." Pinta Agatha pada anak pertamanya yang baru saja turun dari anak tangga. Dengan wajah bantal, sang anak hanya mengangguk lalu kembali menaiki tangga.

Tok tok tok.

Tak ada sahutan, Tama memutar knop pintu. Memandangi sang pemilik ruangan yang masih pulas lelaki itu merubah wajahnya saat tak sengaja melihat beberapa balon berwarna kuning cerah dan putih. Diambilnya satu dengan langkah hati-hati lalu meniupnya hingga kumpulan nafasnya berada dalam balon itu membentuk bulat.

Tama mengambil minyak kayu putih dan mendekatkan balon pada telinga Adel. Menahan tawanya agar tidak kelepasan, lelaki itu meneteskan minyak kayu putihnya diatas balon hingga tiga kali dan ...

DUARRR!

"BELANDA DATENG LAGI BUNDA!"

"Huahahahahaa." Tama terbahak-bahak sangat keras hingga tubuhnya terguling-guling diatas karpet. Melihat Adel yang langsung duduk dengan wajah kaget, sekali lagi lelaki itu tak bisa menahan tawanya.

"Bang tadi suara apa?" Adel plonga-plongo dengan raganya yang masih tidak terkumpul. Perempuan itu berlari membuka tirai jendela untuk memastikan sekitar, mengabaikan Tama yang masih tertawa.

Mengusap pelipisnya yang berkeringat, Adel tak sengaja menemukan robekan balon diatas ranjangnya lalu menatap Tama dengan datar. "Tega banget lo sama adek sendiri," ucapnya datar lalu meninggalkan kamarnya begitu saja.

Untung dia tidak memiliki penyakit darah rendah, kalau iya bisa gawat bangun dari tidur langsung merasakan gempa bumi.

"Loh, kok mandi disini?" Tanya bunda heran saat Adel menyampirkan handuk dibahunya.

"Kesel aku sama abang!" Ucapnya sekilas lalu menutup pintu kamar mandi yang berada dekat dapur.

Adel kalau ngambek, sekeluarga kena imbas.

"Hahaha aduh perut gue sampe kelilit, tuhan." Tama masih mencoba meredakan sisa tawanya. Mengambil segelas air putih lelaki itu hampir saja menyemburkan airnya saat mengingat ekspresi Adel tadi.

"Bunda tuh suruh kamu bangunin Adel, kenapa lagi? Dia sampe ngambek loh," ucap bunda dengan suara mengecil.

"Tumben kamu mandi disini? Biasanya gak mau turun kalo belum siap-siap." Tanya ayah saat melihat Adel keluar dari kamar mandi dengan wajah segarnya.

Love U my British Boy! [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang