Bab 24

2.7K 416 12
                                    

24-60


Dinar Astiranindra


Bukan hanya aku saja yang tahu gimana dulu susahnya mama mengurusi kami. Semua tetangga kami tahu dan bahkan sempat menggunjingnya. Kadang mereka takut suami mereka diambil oleh Mama, atau kadang juga mereka takut jika Mama mengambil barang kepunyaan mereka. bahkan aku dan Damar tak pernah diperbolehkan bermain dengan anak-anak mereka. Katanya, nanti anak mereka ikut kelakuan buruk kami. Padahal tahu apa anak anak umur lima tahun? Bisa ngasih pengaruh apa anak lima tahun?


Beruntung semua mulai berubah saat mama kerja di rumah Dady Barat. aku sama Damar bahkan banyak belajar darinya. Bahkan bisa kubilang kepintaran Damar itu berkat darinya. Aku sungguhberharap jika Dady Barat memang adalah Ayah kami atau setidaknya dia berniat menikahi mama. 


Perlahan sikap tetangga mulai berubah. Apalagi sejak Damar sering juara kelas dan sering menjadi murid dengan prestasi gemilang. Seringkali aku mencemooh mereka, para ibu-ibu yang berbondog-bondong menyuruh anak-anak mereka mendekati Damar, agar bisa pintar seperti Damar, agar dapat mengerjakan sola matematika seperti Damar, atau agar dapat lancar bicara tiga Bahasa seperti Damar. Apakah mereka lupa jika dulu mereka yang meminta anak-anaknya menjauhi Damar?


Jenis manusia ada begitu banyak. Ada jenis manusia yang mendekati sesamanya hanya jika manusia itu menghasilkan keuntungan. Ada juga jenis manusia yang menghalalkan segala cara demi memuluskan niatnya. Ada juga tipe manusia serakah, yang tidak akan puas sebelum memiliki semuanya. Kadang aku heran kemana otak dan pikiran mereka.


Keberadaan Dady Barat menguntungkan kami selama enam tahun lamanya, mama bisa menyelesaikan kuliah, dan sesekali ikut projek penelitian Dady Barat, kebutuhan kami tercukupi dan mama dapat pekerjaan tetap sebelum kami menginjak bangku SMP. 

Semuanya berkat Dady Barat. Sebenarnya aku masih bingung waktu itu, aku pikir kelak mama dan Dady Barat akan menikah, ternyata tidak, hubungan mereka kata Tante Anggun bukan seperti itu. Dady Barat mengangap kami sebagai keluarga yang tidak dia miliki. 


Sayangnya Dady Barat pergi, ia hanya menitipkan rumahnya saat ada penyewa baru datang dan ingin melihat rumahnya atau meminta kami menjaganya saat tak ada penyewa baru. Sejak saat itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami tidak pernah tahu menahu kontak Dady Barat. Hanya mama yang sesekali bertukar kabar dan pelan-pelan tak ada sapa lagi karena kesibukan.


Otakku kembali mengingat bagaimana pertemuan terakhirku dengan pria itu. Pria yang membuatku bersumpah dalam hati tidak akan sudi melihatnya lagi seumur hidupku. Bahkan jika suatu saat pria itu bersujud, aku masih tidak akan pernah rela dan sanggup menerimanya.


Bayangan wajah Mama, wajah Damar, dan penderitaan kami belasan tahun mengandalkan hidup mandiri tanpa bantuan siapapun membuatku menjadi yakin jika dia dan semua keluarganya tidak memiliki hak buat mengatur apalagi mencampuri hidup kami. Dalam kepalaku, aku sudah bisa menduga bagaimana perlakukan keluarga kaya raya itu kepada Mama. Apakah mereka dulu sempat menjadikannya pembantu? Makanya mama sampai mengasingkan diri ke Selayar? Ataukah mama punya mertua yang jahat dan selalu menyiksanya?

Bara di mata BaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang