BAB 6 : Bait Puisi

1.4K 245 7
                                    

Enjoy reading!

*****

"Karelio, Barbar. Masuk!" Teriak Jade memanggil dari dalam ruangannya. Ina dan Karel berlutut di depan Jade setelah masuk ke dalam ruangan. 

"Bersiaplah, kita akan ke perpustakaan kerajaan sekarang." Titah Jade sambil mengambil jubah tipis musim seminya dari gantungan khusus mantel.

"Perpustakaan?" Senyum terbit dari wajah Ina, matanya berbinar seperti permukaan air yang terkena sinar matahari.

Jade menaikkan alisnya satu. "Kau suka perpustakaan?"

Ina yang ditanya mengangguk kencang sebagai responnya. Wajahnya tampak bersemangat setelah mendengar kata "Perpustakaan". Mereka berangkat ke istana kerajaan menggunakan kereta kuda berlambang naga. Namun yang ada di dalam kereta hanya Jade daan Karel. Ina duduk di sebelah kusir karena ingin melihat suasana kota sambil menghafal jalan menuju istana kerajaan.

Ina memasukkan kepalanya lewat jendela kereta yang terletak di belakang kusir. "Tuan Duke, aku ingin tahu. Kenapa Tuan pergi ke istana kerajaan? Bukankah di istana anda juga ada perpustakaan meskipun tidak sebesar milik kerajaan?"

"Astaga! Bikin kaget saja!" Omel Jade. Ina hanya menampilkan deretan giginya.

"Aku dipanggil oleh Pendeta Kuil dan Putra Mahkota untuk membahas puisi. Pertemuan rutin." Lanjut jade.

"Wah! Apakah kalian mengadakan pertemuan kelas literatur? Apakah aku dan Karel boleh ikut?" Jade pusing mendengar pertanyaan Ina yang bertubi-tubi. Menurutnya, baru kali ini ada kesatria macam ini. Coba saja kalau dia laki-laki, sudah Jade plester mulutnya dan Ia tinggalkan di dalam hutan.

Pintu perpustakaan istana kerajaan dibuka lebar-lebar oleh kesatria kerajaan. Setelah Jade, Ina, dan Karelio masuk, pintu ditutup kembali. Ina Melangkahkan kakinya mengikuti Jade dan Karelio menuju ke sebuah lorong. Sepertinya dua pria itu sudah sangat familiar dengan perpustakaan ini. Jade mendorong salah satu buku berjudul "Bienvenue". Rak yang ditempati buku itu langsung bergerak menunjukkan sebuah lorong gelap.  Ina terkagum-kagum menatapnya. Mereka masuk ke lorong gelap itu. 

"Karelio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karelio. Kau jalan duluan." Ucap Jade.

"Baik, Tuan." Jawab karelio kemudian menuruti perintah Jade.

Di dalam lorong Ina tak dapat melihat apa-apa. Tapi ia dapat mendengar langkah kaki seseorang menjauh darinya. 

"Loh, aku ditinggal?" Batinnya. Namun tak lama kemudian sebuah tangan besar menggenggam dan meremas lembut tangan kirinya. Ina langsung tahu siapa pemilik tangan ini. Semburat merah di pipinya disembunyikan oleh lorong yang gelap. Tangannya yang diberi kehangatan, tapi hatinya yang meleleh.

"Jangan sampai lepas, jalannya bercabang. Aku dan Karelio sudah hafal tempat ini." Ina tak dapat melihat ekspresi Jade. Ia membayangkan apakah sekarang jade pipinya sedang memerah atau datar-datar saja.

SL SYNDROME : I Go To Another Dimension To Save The Second Male Lead (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang