BAB 12 : Pesta Ulang Tahun

1K 178 10
                                    

Jangan lupa play musik di atas!

*****

Jade POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jade POV

Sejak kejadian di kuil minggu lalu, rumahku didatangi oleh peneliti setiap hari. Semua peneliti berakhir dengan pengusiran halusku. Sebenarnya aku ingin merahasiakan kejadian ini.

Tidak disangka pendeta tua itu malah mengumumkannya ke orang lain. Beritanya semakin tersebar luas di kerajaan Egmont.

Ina dan Karelio tetap bekerja seperti biasa. Namun Ina lebih banyak diam. Banyak maid dan butler yang menjadikannya buah bibir. Tapi wanita ini tidak beraksi apapaun dan tetap datar, seolah tidak ada apapun yang terjadi.

Banyak hal yang harus disyukuri dari kembalinya tanganku. Pekerjaanku semakin cepat selesai, orang-orang yang kini tidak lagi melihatku dengan tatapan kasihan atau jijik.

Ina membantuku untuk menambah semangat hidup. Kini aku tidak lagi cacat. Aku sehat dan sempurna. Tapi, apa yang harus aku lakukan untuk membalas budi?

"Permisi, Duke Jade. Anda mendapatkan surat dari Marquess Wage di kerajaan Rudolph." Karelio menyerahkan sepucuk surat berlambang keluarga Wage.

-----
Dear, Sergei

Tidak usah basa-basi. Jariku hampir patah karena menandatangani banyak dokumen sia**n. Lusa, di hari Sabtu datanglah ke kediamanku untuk pesta ulang tahunku.

Note : Aku ingin melihat tangan barumu

Your brother,
Phillbert Wage Rudolph.
-----

"Dimana Ina?" Tanyaku.

"Ina sedang cuti, Duke."

"Bukan itu, aku bertanya tentang keberadaannya."

"Saya sempat melihat Ina ada di kebun belakang."

Alisku bertaut. "Sedang apa dia disana?"

"Tadi saya lihat dia sedang melihat-lihat bunga."

Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan pergi ke kebun belakang. Ina sedang berjongkok di depan salah satu tanaman yang mati. Kemudian ia bersenandung kecil. Tanaman yang mati itu perlahan kembali menjadi hijau segar serta berbunga.

Aku jadi teringat saat Pendeta Brooke memanggilnya Dewi. Apakah itu benar? Saat itu dia juga yg tampak kebingungan.

"Barbar." Panggilku saat aku tepat berada di belakangnya.

Ia menoleh kepadaku dengan cepat dan segera bangkit. Detik berikutnya tatapannya tampak kosong. Belum sempurna dia berdiri, tubuhnya sudah oleng ke belakang hingga wajahnya menghadap ke langit. Respon tubuhnya tidak hilang, kedua tangannya mencengkram lenganku. Refleks kutahan punggungnya agar tidak jatuh.

SL SYNDROME : I Go To Another Dimension To Save The Second Male Lead (END)Where stories live. Discover now