Chapter 20

27.2K 1.2K 23
                                    

Tasya menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. Dia baru saja mendengar kabar dari Rick kalau jadwal kepulangannya dari Los Angles diundur karena ada kesalahan kecil dibagian pemasaran yang harus Rick selesaikan dan itu membutuhkan waktu dua minggu lagi untuk pulang di Australia. Hal itu sukses membuat Tasya gemetar. Dia harus menunggu ketenangan walau sedikit dua minggu lagi.

Tinggal berdua dengan Axel sangat-sangat menegangkan. Percuma ada banyak penjaga dan maid, tapi mereka memilih tutup mata dan tutup telinga tidak mencampuri urusan tuan rumah. Setidaknya jika ada Rick, Tasya merasa sedikit lebih tenang. Kalau tidak ada Rick, Axel bebas melakukan apapun padanya seperti sebelum-sebelumnya.

Dan saat ini yang dibutuhkan Tasya adalah menenangkan pikirannya, mungkin dengan berjalan-jalan di Mall beban Tasya sedikit hilang. Dari pada ditempat lain yang tidak bisa membuat Tasya tenang. Mall pelarian untuk Tasya karena semua barang bisa menarik perhatiannya. Tapi bagaimana ia harus meminta izin pada Axel? Apa diberi izin?

"Kenapa hidupku rumit begini?" Gerutu Tasya yang menghempaskan tubuhnya diranjang dan menatap langit-langit kamar.

Axel, pria itu sekarang berada diruang kerja Rick karena mengurus cabang yang diperintahkan Rick. Axel sangat sibuk hari ini. Tasya bisa saja kabur untuk bersenang-senang menyingkirkan bebannya sedikit, tapi konsekuensi dari Axel dan penjagaan sangat ketat membuat Tasya membuang jauh-jauh pikirannya untuk kabur, itu lebih berbahaya.

Dengan penuh tekat, Tasya bangun dan berjalan menuju ruang kerja Axel dengan rasa setengah takut setengah percaya diri. Semoga saja Axel mengizinkannya untuk berjalan-jalan diluaran. Sampainya didepan ruang kerja, tiba-tiba rasa takut Tasya mengalahkan rasa percaya dirinya. Tasya takut Axel marah.

Tasya menarik nafasnya dan mengeluarkan lagi sampai ia melakukannya berulang kali hingga rasa percaya dirinya terkumpul lagi setelah sudah tenang, Tasya mulai membuka pintunya sedikit dan memasukkan kepalanya untuk melihat Axel yang bergulat dengan komputer. Seolah menyadari kehadiran Tasya, Axel menatap Tasya yang masih mengintip lalu mengalihkan lagi pada monitor, Tasya menggigit bibirnya gugup.

"Ada apa, sweetheart?" Tanya Axel tanpa menatap Tasya.

Tasya menarik nafasnya lagi lalu membuangnya, Tasya mulai masuk dan kembali menutup pintunya. Tasya berjalan mendekati meja Axel dengan gemetar. Tasya merasakan hawa sesak dan ketegangan disini.

"Umm Axel? Boleh aku berjalan-jalan di Mall?" Cicit Tasya menundukkan kepalanya sambil jemarinya memilin ujung kaosnya.

Mendengar itu sontak Axel menghentikan jemarinya yang lincah diatas keyboard dan menatap Tasya Tajam membuat Tasya semakin takut saja.

"Tidak boleh." Ucap Axel kembali pada pekerjaannya.

Tasya ingin menangis saja saat ini, dia butuh ketenangan untuk menghilangkan bebannya sedikit agar tidak terlalu berat menampungnya.

"Tapi Axel, aku bosan. Aku ingin jalan-jalan." Ucap Tasya dengan suara yang memelas supaya Axel mengizinkannya.

Axel menghembuskan nafasnya, lalu menatap Tasya datar seperti biasa. "Aku akan menemanimu."

Sontak Tasya menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak Axel, kamu masih harus bekerja. Suruh saja asistenmu Jeremy menemaniku." Ucap Tasya yang mendapat tatapan tajam dari Axel.

Oh tidak, apa dia salah bicara?

"Kamu ingin berduaan dengan Jeremy?" Tanya Axel dengan tajam membuat Tasya takut sendiri.

"Bukan Axel. Maksudku Jeremy bisa menjagaku sementara kamu harus menyelesaikan urusan perkerjaanmu. Lagi pula nanti aku membutuhkan Jeremy sebagai bahan kelinci percobaanku nantinya. Jangan emosi dulu." Terang Tasya dengan cepat.

Step Brother's Obsession (COMPLETED)Where stories live. Discover now