Chapter 25

27.4K 1.3K 32
                                    

Tasya menatap dirinya yang mengenaskan dengan banyak jejak dari Axel dan bibirnya bengkak dicermin kamar mandi dengan tatapan kosong. Ingatan-ingatan semalam terus berputar dikepala Tasya bagaimana Axel menyetubuhinya secara bruntal dan membuatnya mendesah nikmat terjebak dalam lubang kenikmatan yang didorong Axel tanpa bisa keluar.

Sentuhan Axel sangat membuat Tasya melayang seakan melupakan dirinya sendiri. Tasya juga tidak munafik untuk mengakui itu. Sentuhan Axel sengat memabukkan untuk Tasya, sentuhan yang bisa membuat Tasya lupa akan pendiriannya sebagai seorang Kakak tiri. Axel selalu bisa membuat Tasya linglung dengan perlakuan Axel.

Tasya juga tidak menyukai kenyataan kalau jantungnya selalu berdetak kencang dan nyamana dipelukan Axel bila Axel memberikan kata-kata manis atau perlakuan manis yang Tasya tidak bisa lupakan. Seperti bukan pada tujuan Tasya untuk tidak jatuh cinta pada Adiknya sendiri. Aneh bukan.

Tasya mendesah untuk kesekian kalinya. Axel berangkat kuliah sejak satu jam yang lalu meninggalkan Tasya yang masih telanjang dikasur tadi. Axel masih kuliah karena harus menyelesaikan skripsi yang akan menuju S3. Kepergian Axel tadi, sulit untuk Tasya menggerakkan tubuhnya karena rasa remuk pada tubuhnya. Berjalan menuju kamar mandi tadi pun Tasya hampir terjatuh kalau Tasya tidak berpegangan pada dinding.

Tasya ingin kuliah seperti Axel, tapi Axel melarangnya. Tasya hanya bisa menurut apa kata Axel karena Axel selalu tau kelemahannya dan memberikan ancaman yang Tasya tidak bisa lawan. Tasya hanya ingin hidupnya tenang, tapi dia sudah menyerahkan masa depannya pada Axel.

Tasya menyelamkan tubuhnya di Bathtub yang sudah terisi air hangat. Tubuhnya langsung rileks saat titik-titik remuk itu mengenai air hangat membuat Tasya bernafas lega. Namun kewanitaannya masih perih saat terkena air hangat. Mencoba untuk mencari kenyamanan didalam rendaman air hangat bisa membuat tubuhnya sedikit ringan.

Setelah beberapa menit membersihkan tubuhnya, Tasya berpakaian santai dan berjalan menuruni tangga dengan langkah perlahan-lahan, bagaimanapun juga kewanitaannya masih terasa nyeri saat digunakan berjalan. Ternyata kehilangan perawan sangat sakit, tapi kenikmatannya jauh lebih berlipat-lipat dari pada hanya pergesekan saja.

"Nona Tasya. Makanan sudah siap, silahkan dimakan." Ucap maid yang berkepala 5 pada Tasya yang baru saja tiba meja pantry.

Tasya mengangguk sambil mendudukkan bokongnya dikursi dan sedikit meringis ketika bokongnya sudah duduk sepenuh dikursi membuat kewanitaannya sedikit sakit membuat main itu sedikit khawatir pada Tasya.

"Nona kenapa? Apa nona sakit?" Khawatir maid itu melihat nonanya seperti menahan sakit.

Tasya menggeleng. "Tidak apa-apa. Hanya kesemutan saja, nanti juga sembuh. Lanjutkan saja pekerjaanmu." Ucap Tasya berbohong dengan senyuman paksa.

Maid itu masih terlihat khawatir, tapi tetap menuruti perintah Tasya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tasya mulai memakan makanannya dengan pelan-pelan tanpa terburu-buru. Di Mansion sebesar ini dia sendirian. Mungkin nanti dia akan berjalan-jalan mengelilingi Mansion untuk menghilangkan stresnya atau mencari buah Cherry disamping Mansion dekat taman. Sudah lama Tasya tidak merasakan manisnya buah Cherry membuat Tasya rindu memakan buah Cherry.

Setelah menghabiskan makanannya, Tasya mulai beranjak dari meja Pantry dan berjalan keluar dari Mansion untuk langsung menuju pohon Cherry untuk memetik beberapa sebagai cemilan berjalan-jalan nanti, tak lupa juga Tasya membawa plastik sebagai wadah.

Sampai didepan pohon Cherry, Tasya mulai mendekati pohon Cherry dan menggulung t-shirt yang ia kenakan sampai diatas lutut. Meski kewanitaannya masih perih, tapi tidak bisa mengalahkan keinginan Tasya untuk memakan buah Cherry itu. Persetan dengan perih dikewanitaannya, yang penting dirinya bisa memakan buah Cherry yang menggoda itu. Lagi pula nanti bakal sembuh.

Step Brother's Obsession (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang