Chapter 33

21.7K 1.2K 57
                                    

Tasya menonton tv sambil mengemil keripik ubi warna ungu sambil tertawa melihat film Larva yang berebut roti panggang. Itu film salah satu kesukaannya sejak dia masih menduduki bangku SMA karena filmnya sangat lucu. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang mencium pipinya membuat Tasya terkejut dan melihat ternyata Axel pelakunya.

"Axel! Kamu sudah datang?" Kejut Tasya mendapati Axel duduk disampingnya sambil merebut toples cemilannya di pangkuannya.

"Hanya film bodoh, kamu tidak tau kalau aku datang Sweetheart." Ucap Axel datar sambil memasukkan cemilan kedalam mulutnya.

Tasya melongo masih menatap Axel. Lalu tak lama Axel melihat Tasya yang hendak akan menangis membuat Axel cemas.

"Sayang, kenapa kamu menangis--" Ucapan Axel terhenti karena tiba-tiba Tasya melompat ke pangkuannya sambil memeluknya dan menangis dicekuk lehernya mengabaikan toples cemilan yang jatuh kelantai dengan isinya yang bertebaran mengotori karpet mahal. Hal itu membuat Axel sedikit terkejut dengan sikap Tasya yang tiba-tiba berubah manja seperti ini.

"Axel, kamu jahat sekali tidak membawaku ke Milan. Kamu meninggalkanku disini sendirian tanpa teman." Racau Tasya diperlukannya.

Axel seolah langsung tersadar dari rasa terkejutnya dengan perubahan sikap Tasya padanya pun, Axel langsung memeluk Tasya dan mengusap punggung Tasya agar berhenti menangis.

"Aku di Milan bukan untuk liburan, sayang. Aku bekerja disana, bekerja membunuh seannata." Ucap Axel yang dilanjutkan dalam hati. Axel tidak mau Tasya tau kalau dirinya sudah melanggar janji Tasya untuk tidak membunuh lagi.

"Tetap saja kamu tidak membawaku!!" Ucap Tasya sesegukan memukul dada kiri Axel.

Axel terkekeh mengusap air mata Tasya. Axel sangat suka melihat perubahan Tasya. "Kalau aku bekerja, kamu mungkin aku tinggal di Milan karena aku lupa kalau membawamu bagaimana?"

"Kau-- hueekk!" Ucapan Tasya terpotong karena perutnya seolah diaduk kembali dan ingin muntah saja. Melihat itu Axel cemas.

"Apa kamu masih sakit?" Tanya Axel Khawatir.

Tasya tidak menjawab, langsung turun dipangkuan Axel dan berlari menuju kamar mandi yang dekat dari dapur untuk mengeluarkan isi perutnya. Sedangkan Axel mengusul Tasya kekamar mandi dan memijit tengkuk Tasya perlahan yang berjongkok diclosed memuntahkan isi perutnya.

"Kamu masih sakit? Apa kamu tidak mematuhi perintahku untuk tidak melakukan aktivitas berat?" Tajam Axel setelah Tasya selesai memuntahkan isi perutnya.

Tasya melambaikan tangannya tidak benar didepan wajah Axel. "Bukan itu, aku mual karena mencium aroma parfummu."

Axel mengerutkan dahinya. "Parfumku?"

Tasya mengangguk.

"Kenapa dengan parfumku? Biasanya kamu sangat menyukai parfumku." Ucap Axel sambil mengusap bibir Tasya.

"Bau parfummu sangat aneh dan itu membuatku mual. Ganti saja parfummu, mungkin parfummu sudah kadaluwarsa." Ucap Tasya sambil menutup hidungnya agar tidak mencium aroma parfum Axel.

"Parfumku baru beli minggu lalu, sayang. Mana mungkin kadaluwarsa."

Axel semakin dibuat bingung dengan perubahan Tasya, tiba-tiba ada satu kata yang terlintas dibenak Axel, yaitu hamil. Apa benar Tasya hamil? Kalau itu iya maka Axel sangat bersyukur dengan Tasya yang hamil, itu tidak akan ada orang yang memisahkannya dari Tasya termasuk Rick sendiri.

"Apa kamu hamil?" Tanya Axel menatap manik Tasya yang mulai tegang dengan pertanyaan Axel.

"H-hamil?" Nafas Tasya terasa tercekat mendengar itu. Apa benar dirinya hamil?

Step Brother's Obsession (COMPLETED)Where stories live. Discover now