Chapter 26

25.9K 1.3K 30
                                    

Tasya menghempaskan tubuhnya disofa ruang tamu yang sangat empuk itu dan mendesah untuk melepaskan rasa penatnya sehabis menanam biji-biji Cherry dilahan yang masih kosong sebelah Mansion yang ia kumpulkan dan ia olah. Dia menanam biji-bijian itu dibantu dengan tukang kebun yang sangat baik hati itu.

Kemarin ia sempat melihat berita dan ternyata berita pembunuhan lagi. Tasya mengenali orang yang diberitakan mati secara mengenaskan di televisi kemarin, siapa lagi kalau bukan wanita yang menghinanya waktu di Mall. Dan Tasya tau siapa pelakunya, yang tak lain adalah Axel.

Seharian Tasya menangis dikamarnya melihat berita itu dan rasa bersalahnya membuat Tasya membenci dirinya sendiri dikarenakan orang mati karena dirinya. Bahkan ketukan pintu dari maid yang mengantarkan makanan dan Axel pun Tasya abaikan tanpa perduli Axel masuk kedalam kamarnya menggunakan kunci cadangan. Tapi bersyukur, Axel tidak memaksa masuk kedalam kamarnya.

Ingin menghilangkan rasa bersalahnya dan juga kesedihannya, maka dari itu Tasya melakukan hal yang membuatnya lupa akan kejadian itu dan pembunuhan itu dengan cara menanam bibit pohon Cherry seperti tadi, tidak memperdulikan keberadaan Axel lagi. Tapi seharian ini Tasya tidak melihat Axel sama sekali. Tapi Tasya tidak perduli dengan keberadaan Axel, mungkin Axel sedang ada urusan diluar dan itu membuatnya lega sehari tanpa Axel.

Ponselnya, bahkan ia tidak memegang ponselnya selama seminggu mungkin ponselnya sekarang sudah mati kehabisan baterai. Terlalu larut dalam kesedihan membuat Tasya akan lupa segalanya. Tasya merindukan Mamanya, Tasya ingin sekali memeluk Mamanya erat. Tapi Tasya tidak mungkin bisa. Hanya Mamanya sumber kebahagiaan Tasya, tapi sekarang sumber kebahagiaan itu sudah tiada meninggalkannya dengan kehidupan yang menyedihkan.

Sangking lelahnya karena menanam biji-biji Cherry, tanpa sadar Tasya tertidur pulas disofa dengan nafas teratur dan itu bertepatan dengan kedatangan Axel yang sudah pulang langsung duduk disamping Tasya dan menatap lekat wajah Tasya yang sangat cantik itu tanpa mengalihkannya sedikitpun. Wajah damai itu membuat Axel merasa tenang.

Tangan besar Axel mulai menyingkirkan helaian rambut yang lancang menutupi wajah Tasya, menelusuri setiap inci wajah Tasya yang lembut itu. Keluguan Tasya, itulah mengapa membuat Axel terobsesi dengan Tasya, tidak perduli kalau Tasya merupakan Kakak tirinya. Tapi Axel tidak menyukai kenyataan itu dan selagi tidak memiliki hubungan darah, maka Axel masih bisa membuat Tasya menjadi miliknya.

Lalu tangan Axel turun diperut Tasya yang masih datar itu mengusapnya dengan lembut. Dia sudah menanamkan benih cintanya didalam perut Tasya berharap Tasya bisa hamil dan itu mutlak menjadi miliknya selamanya. Axel tidak akan pernah melepaskan Tasya.

"Didalam perut ini harus ada darah dagingku supaya kamu tidak bisa pergi, Tasya. Karena kamu hanya, milikku." Ucap Axel setelah itu memberikan kecupan singkat dibibir Tasya.

"Kamu tidak akan bisa pergi, sayang." Setelah itu Axel mengangkat tubuh Tasya dan membawanya dikamar Tasya.

Beberapa jam kemudian, Tasya mulai membuka matanya dengan rasa ngantuk yang masih tersisa. Tasya merenggangkan otot-otot dan matanya yang masih berat itu melihat sekitar, ternyata dirinya sudah berada di kamarnya. Tasya mengerutkan dahinya, siapa yang memindahkannya? Mungkin Axel. Tasya juga merasakan perutnya seperti dipeluk seseorang dari belakang dan Tasya langsung melihat perutnya yang ternyata memang benar ada seseorang yang memeluknya. Tasya tau tangan kekar itu milik Axel.

Tasya mendesah pelan, lalu Tasya melihat dinding kaca balkon kamarnya ternyata hari sudah sore, dengan perlahan Tasya memindahkan lengan Axel yang melingkar diperutnya agar tidak membangunkan Axel. Hendak terlepas dari pelukan Axel, Axel malah kembali memeluknya, kali ini lebih erat. Tasya yakin kalau Axel sudah bangun.

Step Brother's Obsession (COMPLETED)Where stories live. Discover now