Chapter 29

23.4K 1.1K 26
                                    

"Axel, kamu tidak kuliah?" Tanya Tasya yang baru saja menuruni tangga sudah melihat Axel yang sudah duduk dimeja makan sambil memeriksa kertas-kertas bisnis yang tidak Tasya tau dan ditemani secangkir kopi hitam.

Tasya duduk di samping Axel dan mengambil salah satu kertas itu, lalu melihatnya. Ternyata benar kalau ini adalah dokumen bisnis yang Axel kerjakan. "Mendapat tugas dari Papa lagi?"

Axel mengangguk lalu menyeruput kopinya. "Aku sudah tidak kuliah."

Mendengar itu Tasya mengerutkan dahinya. "Tidak kuliah? Kenapa?"

"Buat apa kuliah lagi kalau sudah S3? Lagi pula aku sudah mengerti semua urusan bisnis sejak umurku 14 tahun." Ucap Axel membuat Tasya melongo.

"Tapi bagaimana kamu bisa sudah S3 saja? Yang ku tau kamu masih belum mendapatkan gelar sarjana. Apa aku yang kurang tau?" Tanya Tasya yang baru mengerti kalau Axel sudah mendapatkan gelar S3 didunia bisnis.

"Itu tidak penting untuk diceritakan." Ucap Axel sambil menandatangani ketertas itu.

"Tanda tanganmu bagus juga." Ucap Tasya yang memuji tanda tangan Axel. "Kenapa aku yang lebih tua darimu satu tahun bisa berada dibawahmu pendidikannya? Kamu pasti bukan manusia."

Mendengar kata-kata aneh dari Tasya membuat Axel menatap Tasya. "Kalau bukan, tidak mungkin aku bisa menyemprot rahimmu dengan spermaku, sayang."

"Tapi, boleh aku kuliah lagi? Aku sama sekali belum mendapatkan gelar sarjana, hanya lulusan SMA." Tanya Tasya yang tersnyum manis manis menatap Axel berharap.

Mendengar itu Axel menggeleng-gelengkan kepalanya tidak setuju dengan mata yang masih fokus dikertas-kertas membuat Tasya memudarkan senyumannya.

"Kenapa? Aku menginginkan gelar sarjana sesuai keinginan Mama. Kuliah dari rumah juga tidak apa-apa, boleh ya?" Rayu Tasya lagi. Bagaimanapun juga Tasya harus menuntaskan kuliahnya yang sempat terhenti karena Axel.

Axel membanting beberapa kertas dimeja membuat Tasya terjingkat. Tasya menelan ludahnya kasar mendapati Axel sedang menatapnya tajam. Aura iblis mulai keluar dari tubuh Axel.

"Buat apa mendapatkan gelar sarjana kalau kamu memang harus diam dirumah dan mengurusku saja? Kamu akan selamanya berada dirumah untuk mengurusku dan aku juga tidak membiarkanmu bekerja. Itu percuma kalau kamu ingin dapat sarjana tapi sia-sia. Lebih baik kamu diam dirumah dan mengurusku." Ucap Axel panjang membuat Tasya melongo menatap Axel.

"T-tapi kamu sudah bisa mengurus dirimu sendiri, kamu bukan anak kecil lagi. Kenapa aku harus mengurusmu?" Tanya Tasya heran.

"Anggap saja ini latihan sebelum kita menikah, sayang." Ucap Axel kembali kedalam pekerjaannya.

Tasya menelan ludahnya kasar untuk kesekian kalinya yang mendengar perkataan Axel. Menikah? Bahkan kata itu tidak terlintas dipikiran Tasya selama ini. Apa ini hidupnya yang sekarang? Menikah dengan Adik tiri sendiri.

"Kamu lapar?" Tanya Axel menatap Tasya.

Tasya menggeleng. "Aku tidak lapar, dua jam lalu aku sudah makan. Tapi aku haus, aku ingin ice coklat, kamu yang buatkan?"

"Beri aku satu ciuman, aku akan membuatkannya." Ucap Axel menyeringai sambil menunjuk bibirnya.

"Kalau begitu tidak-- emmpt!" Bibirnya tiba-tiba langsung disambar Axel dan mencium bibirnya dengan rakur. Tasya mendorong Axel hingga ciumannya terlepas dan Tasya langsung mengusap bibirnya yang basah karena Axel dan menatap Axel dengan tajam.

"Tidak bisa kamu tidak melakukan itu lagi?" Kesal Tasya.

"Ciuman sudah didapatkan, aku akan membuatkanmu ice coklat." Ucap Axel tersenyum miring lalu bangkit dan menuju peralatan dapur setelah memberi kecupan dipipi Tasya.

Step Brother's Obsession (COMPLETED)Where stories live. Discover now