5. Club

2.5K 203 5
                                    

Setibanya di club, Livina segera mengganti pakaiannya dan memoles sedikit make up. Livina mengikat rambutnya yang panjang dan mengganti sandal jepitnya dengan heels berwarna merah. Livina mendekati bar dan mulai membersihkan. "Hey."

"Hey." Livina menoleh. Teman sekerjanya Rayne menyapa.

"Kamu cepat sekali." Rayne melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 4 sore. Livina tertawa kecil dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Rayne mengganti pakaiannya dan bergabung bersama Livina. Club ini adalah salah satu club elit. Hanya kalangan tertentu yang sudi menginjakkan kaki di sini. Rayne adalah bartender senior yang juga mengajarinya dalam meracik segala macam minuman mengandung alkohol.

"Aku dengar kamu ingin mengambil cuti minggu depan." Lanjut Livina.

"Ya, orangtuaku benar-benar gusar kali ini."

Sudah menjadi rahasia umum jika Rayne adalah putera bungsu dari salah satu hakim ternama. Rayne kabur dari genggaman keluarganya dan memutuskan mengikuti karier sebagai bartender sesuai dengan mimpinya.

Dua kakak perempuannya berprofesi sebagai pengacara dan hakim. Karena konflik itu, Rayne diusir dari rumah tetapi ibunya sering sakit-sakitan dan memintanya pulang. "Bukannya sudah saatnya kamu menyerah?"

"Menurutmu?"

"Kamu pandai, aku rasa mengikuti ujian kesetaraan tidak menjadi masalah."

"Aku sama sekali tidak memiliki passion di bagian hukum."

"Bartender selalu mendapat pandangan negative."

"Aku tidak peduli itu."

"Tapi kamu berbeda, orangtuamu adalah sosok terpandang."

Rayne mendekati Livina dan berdiri dekat di belakangnya. Livina tidak menyadarinya dan sibuk membersihkan debu gelas. "Livina..." bisiknya. Livina terkejut dan berbalik cepat.

"Ha?" Livina lalu menjaga jarak. "Damn! Rayneeee!" Livina nyaris menjatuhkan gelas yang dibersihkannya.

"Gitu doang marah. Sensitif amat." Rayne manyun.

"Huh!" dengus Livina dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Sampai kapan sih kamu pura-pura bego?"

"Hu? Maksudnya?"

"Tentang perasaan aku." Imbuh Rayne nyaris berbisik. Livina terdiam dan memilih berdiri membelakangi Rayne, dia masih belum siap menerima pria lain lagi. "Liv..."

"Please, Rayne. Kamu janji untuk tidak memojokkanku."

"Kamu takut apa sih sebenarnya? Jika kamu ingin kita menikah, ayo!" Kali ini Livina benar-benar menghadap kearah Rayne dengan tatapan gusar.

Livina membanting lap yang digunakannya ke atas meja. "Kamu keterlaluan, Rayne!" keluhnya.

"Apa yang salah? Kita sama-sama dewasa bahkan aku lebih tua darimu. Kita sudah diusia menikah."

"Pernikahan bukan sesuatu yang bisa kamu permainkan seperti ini."

"Permainkan? Aku serius, kamu yang selalu menghindar." sanggah Rayne. Livina berjalan masuk menuju ruang belakang meninggalkan Rayne sendirian.

Menjelang malam, club mulai kedatangan dengan beberapa tamu. Rayne dan Livina sibuk menyajikan berbagai jenis minuman. Jam menunjukkan pukul 10 ketika seorang pria menghentikan langkah Livina yang akan mengantarkan minuman. Mereka kekurangan tenaga pramusaji karena banyaknya tamu yang memesan.

"Livina?" Livina berbalik kaget saat ditemukannya Axel Budiono, mantan suaminya dulu yang kabur dengan semua harta bendanya. Wajah Livina menjadi merah menahan marah. Namun dia tak bisa meledak di sini, ini tempat kerjanya. "Hey! Kamu Livina bukan?"

Livina segera meletakkan baki yang dibawanya dan menghempaskan tangan Axel. "Aku tidak mengenal anda." Livina berlalu pergi dengan cepat. Namun rupanya setelah kejadian malam itu Axel selalu mengunjungi clubnya dan berlalu lalang disekitarnya. Seminggu kemudian Livina sudah tidak mampu menahannya lagi dan berbicara empat mata dengannya.

"Apa maumu?"

"Hey, jangan gitu dong. Kita dulu suami istri."

BUUUUUK!

Akhirnya Livina tidak bisa lagi memendam emosinya dan meninju keras wajah Axel. "Bajingan." Lontar Livina.

Axel mengusap pipinya dan tertawa sinis. "Ah, kamu masih marah soal uang itu? Oke, fine! Aku kembalikan semuanya." Tantangnya.

Livina balik tertawa sinis. "Sekalian dengan nyawa kedua orangtuaku ya."

Axe terdiam menelan ludah keras. "Kamu tahu itu mustahil."

"Aku ingin hubungan kita berakhir malam itu. Aku tidak mau mengingatnya. Jangan ganggu-ganggu aku lagi."

"Aku menyesal, Liv. Maafin dong, lagi pula kejadiannya sudah lama." Tutur Axel. Amarah Livina kembali membara, dengan entengnya Axel mengatakan itu. Hidupnya hancur berkeping-keping dan dia masih bisa bersikap secuek ini.

"Liv?" Rayne tiba-tiba muncul dari balik pintu. Axel dan Livina menoleh serentak. Livina merasa lega tidak jadi meninju wajah Axel kedua kalinya. Rayne menghampiri keduanya dan berdiri di samping Livina. "Kamu tidak apa-apa?" ditatapnya Axel dengan tatapan menyelidik.

"Ya." Livina berlalu.

"Liv!" Axel berusaha meraih tangannya tetapi Rayne lebih cepat menghalau. "Lepaskan!" tukas Axel.

"Aku masih meminta baik-baik untuk tidak menganggu Livina." Ancam Rayne.

"Kamu siapanya? Pacar?!" sindir Axel. Rayne tidak bisa menjawab membuat Axel tertawa terbahak-bahak. "Asal kamu tahu, wanita itu sudah pernah menikah!" celoteh Axel berkelanjutan. Rayne terhentak tidak yakin dengan apa yang didengarnya. "Kamu tahu siapa suaminya? Itu aku! Minggir!" Axel mendorong tubuh Rayne dan mengejar Livina.

Rayne berdiri mematung, jadi itukah alasan kenapa Livina tidak pernah ingin menerima cintanya? Karena dia sudah dimiliki oleh pria lain. Livina kembali bekerja dan tenggelam larut dalam euphoria club malam itu. Axel memilih membiarkan Livina hari ini toh dia bisa datang setiap hari.

Awalnya Axel terkejut bertemu mantan istrinya di tempat seperti ini. Wanita lugu nan polos itu kini berubah menjadi wanita dewasa yang menggiurkan. Memang diakuinya dulu jika Livina sudah memiliki figure yang cantik tetapi dia tidak menyangka perubahan Livina akan sedrastis ini.

Uang yang dirampasnya dulu digunakannya untuk membiayai wanita-wanita simpanannya. Salah satu selingkuhannya mengandung anaknya, Axel harus menutup mulut wanita itu dengan menggugurkan kandungannya dan memberikan kompensasi.

Saat dia ingin kembali, Axel sadar bahwa Livina bukanlah wanita yang bisa menjamunya dengan kenyaman. Axel belum rela lepas dari dunia foya-foyanya dan mengurus rumah tangganya. Namun saat bertemu dengan Livina beberapa waktu lalu, pandangannya berubah.

Livina bisa mandiri. Diantara semuanya, Livina bertransformasi menjadi wanita seksi yang selalu diimpikannya. Entah mungkin karena dia bekerja di club ini sehingga dia harus menyesuaikan diri atau memang dia adalah Livina yang sudah dewasa.

Axel kembali menyecap bir nya dan memilih meninggalkan club. Tujuannya kemari hanya untuk menggoyahkan kebencian Livina, tidak lebih. Livina menghela napas panjang, jam masih menunjukkan pukul 11 dan tenaganya sudah terkuras habis. Rayne di sebelahnya tidak berhenti mencampurkan berbagai macam alkohol. "Istirahatlah sejenak." Rayne berseru kemudian.

"Tapi kita sedang sibuk." Kilahnya.

"Aku bisa menghandlenya. Here." Rayne menempelkan satu buah botol bir kecil kepipi Livina, perasaannya merasa segar seketika.

"Thanks." Livina meraih botol itu dan membukanya. Langkahnya menuju balkon dan memilih menikmati angin untuk sementara. Pemandangan malam yang tenang membuat hatinya ikut merasa nyaman. Livina menyecap bir tersebut perlahan.

His Innocent Widow (21+)Where stories live. Discover now