ENAM BELAS

945 91 3
                                    

"Lebih baik untuk kita berdua kembali tinggal bersama." Usul Jack. Kening Livina mengerut seketika.

"Aku bilang aku membutuhkan waktu."

"Bagaimana jika pria-pria itu melukaimu lagi?"

"Wait, sebelum itu. Kenapa kamu bisa berada di TKP?" tanya Livina menyelidik. Jack memalingkan wajahnya cepat, dia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. "Jack!"

"Aku menempatkan pengawal rahasia untukmu." Aku Jack pelan.

"Untuk?" tanya Livina kesal. "Itu sama saja kamu selalu membuntutiku."

"Itu memang tujuanku." Timpal Jack tanpa rasa penyesalan. Livina menghela napas panjang dan menutup mata sejenak. "Aku hanya ingin kamu baik-baik saja. Aku sudah mengatakannya berulang kali. Aku akan menjagamu sama seperti aku menjaga diriku sendiri." Tambah Jack menatap tepat di wajah Livina. Matanya masih tertutup enggan melihat kedua mata Jack yang bisa menghipnotisnya seketika. "Livina..."

"Oke! Fine!" Livina mengalah. "Ah, mengenai Axel... Apa yang terjadi padanya?"

"Di penjara."

Mata Livina membulat terkejut, "kenapa dia bisa berada di sana?"

"Kamu pikir pria yang berani menyentuh tubuhmu akan baik-baik saja? Tidak sebelum aku mati!" Jack berapi-api.

Livina tertegun dan kembali menatap Jack, sejujurnya dia merasa lega karena selama ini Axel terus menganggunya. "Terima kasih." Lirih Livina.

"Itu sudah menjadi tugasku, Sayang." Jack kembali meraih tangan Livina. "Aku akan tenang jika kamu tinggal di mansion ini."

"Aku tidak bisa."

"Kamu ingin tetap bekerja begitu?"

"Ya."

"Aku akan memberimu pekerjaan lain."

"Misalnya?" dipikiran Livina terlintas untuk menjadi pelayan lagi. Sungguh lucu.

"Sekretarisku di kantor."

"Uh? Sekretaris?"

"Ya."

"Aku tidak memiliki pendidikan setinggi itu."

"Kamu memilih jurusan sekretaris sebelumnya dan berhasil lanjut hingga semester 6."

"Ah ya..." jawab Livina lesu, karena cinta monyetnya dia memilih berhenti kuliah dan menikahi Axel.

"Aku yakin kamu sudah memiliki basicnya, tangan kananku akan mengajarimu banyak hal tentang administrasi." Tutur Jack semangat. "Kamu juga bisa kuliah lagi jika itu yang kamu inginkan."

Wajah Livina terangkat berbinar, tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk menyelesaikan jenjang itu. Hatinya menghangat seketika. "Oke?" lanjut Jack tak sabar.

"O... oke." Livina menjawab lirih. Hanya sebatas itu dan dia kembali berbaikan dengan Jack. Sungguh di luar dugaan. Apa meditasinya bersama Maya membuatnya menjadi sepercaya ini pada Jack? Livina tidak bisa memungkiri jika Jack tidak datang, Axel sudah memperkosanya secara brutal. Livina melirik kedua pergelangan tangannya yang memar. Lagi-lagi Jack menjadi penyelamatnya. Takdir memutarkan kembali dunianya di sekitar pria ini.

"YES!" Jack memeluknya seketika. Livina terkejut dengan rengkuhan tiba-tiba itu. "Aku akan memindahkan semua pakaianmu dari rumah lama—"

"What? Pindah?" Livina menahan dada Jack.

"Ya, kamu akan tinggal di mansion ini kembali."

"Aku bilang---"

Sebelum protes itu berlanjut, Jack sudah mengulum bibir Livina dalam. Livina mencoba berontak tetapi pelukan Jack jauh lebih kuat. Dirinya hanya bisa pasrah ketika pria bertubuh kekar ini melesakkan lidahnya ke dalam mulutnya dan mencecap dengan lapar. Livina terbuai dengan kecupan manis itu. Ini kali pertamanya dia merasakan ciuman sepanas ini. Jack memperlakukannya dengan lembut. Seluruh tubuhnya rileks seketika. Ha... Benar bukan? Dia akan sulit lepas setelah ini.

His Innocent Widow (21+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora