EMPAT BELAS

1K 96 2
                                    

Jack sudah diambang batas, dia tidak menyetujui saran dokter tersebut. Namun Ellani dan Cedric jelas menyetujuinya. Mereka berkeras jika kondisi ini juga akan memperburuk kondisi Livina. Akhirnya dengan keterpaksaan, Jack bersedia merelakan janin itu. Operasi dilakukan secara singkat meski Livina masih dalam kondisi tidak sadar. Jack berdoa diluar ruang operasi, dirinya merasa tubuhnya tidak bertulang lagi. Kejadian ini begitu menguras emosi jiwa dan kekuatan raganya meski dia tahu benar itu yang terbaik.

Setelah operasi, Livina kembali dirawat di dalam ruang VVIP. Jack terus setia bersamanya dan mengerjakan urusan kantornya dari ruangan tersebut. Memasuki hari kedua sesudah operasi, Livina sadar dari komanya. Jack memanggil perawat sembari menggenggam erat tangan Livina. Air mata syukurnya mengalir deras, disebutnya nama Livina berulang kali. 

Dokter memeriksa keadaan Livina dan mengatakan jika tubuh Livina masih sangat lemah. Untuk sementara Livina tidak boleh di bawah tekanan sehingga lebih baik bagi Jack untuk tidak menemuinya dulu. Jack mengikuti saran dokter tersebut dan meminta bantuan Maya memulihkan mood Livina. Sahabat selalu menjadi salah satu obat agar pasien bisa kembali memiliki harapan.

Satu minggu lamanya Livina bisa duduk dengan tegak dan mengonsumsi makanannya habis. Maya setia di sampingnya memberikan penguatan. Livina belum mengetahui jika janin itu sudah tidak ada lagi. Jack hanya bisa melihat Livina dari luar, sebisa mungkin dia tidak terlihat agar kondisi Livina dapat pulih. Itu yang terpenting.

"Kamu ingin buah?" tanya Maya mengangkat apel dari keranjang.

"Tidak, aku ingin istirahat." Livina kembali berbaring.

Maya mendekatinya dan duduk di sebelahnya. "Bagaimana perasaanmu?"

"Lebih baik."

"Jack sangat mengkhawatirkanmu, dia setia menunggumu selama dirimu tidak sadar." Maya berhati-hati menyebut nama Jack. Livina diam tak ingin menjawab. "Kesalahpahaman kalian seharusnya diselesaikan dengan diskusi, tindakanmu salah." Lirih Maya.

"Ini bukan kesalahpahaman." Tekan Livina dingin.

Maya diam dan bangkit berdiri, dia tahu Livina benar-benar terluka. "Aku harus pergi bekerja."

"Ya."

"Hubungi aku jika kamu ingin makan sesuatu."

"Oke."

"Dan pikirkan tentang Jack, maaf jika aku mungkin terdengar lancang tetapi kamu harus mendengarkan dari sisinya dulu."

"Kamu jadi membelanya. Apa Jack juga menyogokmu?" kritik Livina tajam. Matanya menusuk hati nurani Maya.

"Jack tidak pernah melakukan itu, aku hanya memikirkan kebahagiaanmu Livina. Aku ingin kamu bahagia."

"Kamu tidak terlambat?" Livina mengalihkan pembicaraan.

"Oh oke. See you." Maya memeluk Livina sebelum meninggalkan ruangan.

Beberapa hari kemudian Jack memberanikan diri memasuki ruangan saat Livina sedang menonton, tetapi pikiran Livina seperti tidak mengarah pada acara TV tersebut. "Hey." Sapa Jack.

Livina menoleh dengan ekspresi dingin. Dalam hati dia cukup terkejut melihat kondisi Jack. Pria perkasa, tampan dan berkharisma itu kini terlihat kurus dan kelelahan. Lingkaran hitam terdapat di bawah matanya. Livina membuang muka dan mengencangkan volume TV. Jack mendekatinya dan duduk dibangku dekatnya. Livina masih juga tidak ingin memandangnya. "Bagaimana keadaanmu?" suara Jack seperti tenggelam oleh suara TV tersebut. Jack akhirnya bangkit dan mencabut kabel aliran listrik TV tersebut. Livina mengangkat selimutnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya lalu memejamkan matanya.

"Maafkan aku." Jack memulai percakapannya. "Aku sudah mengerti kenapa kamu bersikap seperti ini, Papi menjelaskan semuanya." Tutur Jack. Livina tak bergeming, dia memutuskan untuk tidak ingin mempercayai Jack lagi. "Memang benar jika aku menikah, aku akan mendapat harta gono gini. Itulah yang diperjuangkan Mami juga. Aku tidak pernah berniat untuk menikah sejak dari awal. Tetapi semuanya berbeda saat kita bertemu pertama kali, aku masih ingat jelas saat aku memintamu menikahiku. Awalnya itu terdengar seperti permainan sampai kamu pergi dari mansion. Aku terpuruk berusaha menyangkal perasaanku. Saat melihatmu pertama kali di club, hati kecilku bersorak girang. Tanpa aku sadari, aku mulai mendekatimu tanpa kenal lelah. Aku memang belum mengerti apa yang diinginkan hatiku pada saat itu."Jack berhenti sejenak mengenang yang terjadi."

His Innocent Widow (21+)Where stories live. Discover now