DUA BELAS

1.9K 173 11
                                    

"Ha?" mata Livina membulat syok, bibirnya sudah monyong sana sini ingin protes tetapi tak ada satu katapun yang terlontar. Jack tertawa terbahak-bahak. "Jangan menggodaku terus!"

"Alright..." cengir Jack dan mengecupi perut Livina penuh cinta. "Mamimu gampang ngambek, Nak." Adu Jack mengelus-elus perut Livina kemudian. Livina tersenyum mendengarnya dan melirik kearah meja lampu. Disitu terdapat handuk kecil yang tadinya diletakkan Livina untuk mengusap wajahnya yang basah.

Livina meraihnya dan membantu mengeringkan rambut setengah basah Jack. Sementara itu Jack masih berbicara seolah-olah sedang mengobrol dengan buah hati mereka.

"Ambilkan hair dryer, aku akan membantu mengeringkan rambutmu." Pinta Livina. Jack bangkit dan meraih hair dryer tersebut. Jack masih dalam posisi menghadap perut Livina dan terus mengoceh tanpa terganggu.

Setelah itu mereka tertidur berpelukan. Jack memang jujur atas statementnya. Dirinya benar-benar telanjang saat tidur meskipun Livina menolak dan mereka berdebat hebat. Tetapi bukan Jack namanya jika tidak keluar sebagai pemenang.

Livina tidak bisa tidur nyenyak. Ini pertama kalinya dia tidur dengan lawan jenis. Bersama Axel dulu mereka tidak sempat melakukan apapun. Apalagi ditambah dengan senjata Jack yang mengacung keras terus menggoda bokongnya. Organ intim itu bahkan dapat masuk disela-sela paha Livina mencari kehangatan, meski Livina terus menghindar tetapi pelukan erat Jack mengurungnya.

Tangan kiri Jack memasuki piyamanya dan menggenggam payudaranya gemas. Livina benar-benar berontak kali ini tetapi Jack menyakinkannya bahkan dia hanya akan menggenggamnya sepanjang malam hingga pagi.

Esoknya Livina terbangun. Jam masih menunjukkan pukul 5. Biasanya Jack akan bangun sekitar 30 menit lagi untuk berolahraga, itu rutinitasnya dulu saat dirinya masih menjadi pelayan. Livina menggeliat berusaha terlepas dari pelukan erat Jack.

Setelah 10 menit bergulat, akhirnya dia bisa terlepas. Livina memasuki kamar mandi dan menggosok giginya. Setelah kembali, Jack masih tertidur lelap. Dirinya memutuskan untuk menuju dapur. Oman, 4 pelayan dan dua chef sudah terbangun. Mereka menyiapkan sarapan.

"Anda lapar?" tanya Oman.

Livina tersenyum kecil, "Livina, panggil aku Livina."

"Saya segan melakukannya, anda calon Nyonya mansion ini."

"Itu belum pasti." Balas Livina dan menuangkan air mineral ke dalam gelas kosong.

Oman memilih tidak membahas lebih lanjut dan mendekati Livina, "apa anda ingin memakan buah?"

"Roti gandum, itu saja." Jawab Livina. Sebenarnya semenjak kehamilan ini, dia selalu merasa lapar tetapi dia mudah juga memuntahkannya.

"Selai?"

"Polos saja." Lanjut Livina dan menatap kearah luar jendela. Langit masih gelap. Livina mengobrol ringan dengan Oman ketika Jack memasuki dapur. Wajahnya terlihat panik tetapi begitu melihat Livina sedang menyantap rotinya, hatinya tenang.

"Uh?" bingung Livina saat Jack mendekatinya dan memeluknya.

"Aku pikir kamu kabur." Lontar Jack.

"Kabur? Dengan pengawal setiap sisi rumah?" Livina bertanya balik.

Jack duduk disebelah Livina dan meminta pelayan menuangkannya air mineral. "Kamu bangun cepat sekali."

"Aku lapar."

"Kenapa kamu hanya memakan roti tawar ini?" Jack mulai ingin mengomel dan menatap Oman tajam.

"Aku takut muntah lagi."

His Innocent Widow (21+)Where stories live. Discover now