SEMBILAN

2.8K 229 18
                                    

"Nona Livina sedang mengandung. Dokter mengatakan usianya memasuki 5 minggu. "

Jack nyaris menjatuhkan handphonenya. Berita semacam ini bukan pertama kali dialaminya. Wanita-wanitanya sudah sering mencoba menjebaknya dengan alasan klise seperti ini. Tetapi dia yakin 100% Livina hamil dari benihnya.

Livina masih perawan saat dia menyetubuhinya, selama itu Livina selalu berada di rumah sakit ditambah usia kandungannya pun sama persis dengan kejadian itu. Semua fakta menunjuk padanya. Jack mematikan handphonenya cepat dan meremas kepalanya nyeri. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Haruskah dia meminta dokternya menggugurkan kandungan itu dan berlaku seperti pengecut untuk kedua kalinya?

Jack berdiri mematung di luar ruangan Livina. Dirinya baru tiba tiga jam lalu dan langsung ke rumah sakit setelah pekerjaannya selesai. Livina ditempatkan di ruangan berdinding kaca tanpa furniture lain. Di sana hanya terdapat tempat tidur dan meja kecil.

Seluruh tubuh Livina dibalut oleh kain penenang agar dirinya tidak meronta. Jack menutup wajahnya malu. Livina yang cantik dan menawan menjadi seperti ini karena dirinya. Harusnya dari awal dia tidak pernah mendekati Livina lagi untuk kedua kalinya.

BUK!

"YOU!" sebuah bungkusan terjatuh dan seorang wanita menyerang Jack dengan tiba-tiba. Jack berlindung di belakang dua pengawalnya cepat. "KURANG AJAR! BRENGSEK! PRIA BAJINGAN!" Maki wanita itu. Satu pengawal berusaha menenangkannya. "Livina menjadi seperti ini karena ulah busukmu!" Wanita itu segera dibawa pergi paksa. Jack menatap bingung kearah satu pengawalnya.

"Dia adalah teman baik Nona Livina, Maya."

"Teman baik? Dari mana dia tahu..."

"Maya melaporkan ke kantor polisi tentang hilangnya Nona Livina. Beliau mengetahui detailnya dari Oman." Jack menghela napas lelah dan terduduk dibangku. "Ibu anda juga sudah mengetahuinya."

"A... apa? F*ck!" maki Jack. Ibunya adalah sosok yang menyebalkan, dia pasti akan berusaha melakukan sesuatu sesuka hatinya. "Apa Papi juga mengetahuinya?"

"Nyonya berusaha menutupi kasus ini."

"Oke, good."

Jack berinisiatif untuk memasuki ruangan Livina. Jack mendekatinya dengan perlahan. Livina menoleh pelan, ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat dingin. "Apa maumu?"

"Bagaimana keadaanmu?" Jack mengumpulkan keberaniannya. Livina tertawa sinis tanpa ingin menjawab. Jack melirik kearah perut Livina dan menelan ludah keras. Dokter belum memberitahu apapun mengenai kehamilan itu kepada Livina jika emosi Livina masih selabil ini.

"Ibumu mendatangiku dan menuntutku sana sini. Aku sudah ingin mati sesaat kamu selesai memperkosaku tetapi kamu menyelamatkanku alih-alih rasa kemanusiaan. Jika masih ada secuil rasa bersalah dihatimu, biarkan aku mati dengan tenang saat ini juga. Berhenti menyiksaku dengan mengikatku seperti ini. Aku lelah atas semuanya." Papar Livina tegas.

Jack terhentak dan meremas kedua tangannya menenangkan diri. Ibunya sudah ikut campur sejauh ini.

"Livina..."

"Setiap kali kamu menyebut namaku, aku selalu ingin lari sejauh mungkin. Aku takut kepadamu. Kamu iblis yang menyerupai manusia."

"Livina..."

"Hanya satu itu pintaku, biarkan aku mati. Aku sudah meminta Maya untuk tidak menganggumu lagi." Livina memalingkan wajahnya.

"Livina..."

"Aku benar-benar ingin mati." Keluh Livina perih.

"Tak biasakah kamu memaafkanku?" Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Jack tanpa disadarinya. Awalnya dia sudah ingin melarikan diri lagi, tetapi mendengar kata-kata menusuk Livina, Jack justru sadar bahwa dia jatuh hati terhadap wanita tangguh ini.

Livina memiliki kepribadian luar biasa dibandingkan wanita-wanitanya terdahulu. Itu yang membuat Jack terpukau dan terpikat. Mendengar permintaan maaf Jack, Livina masih bungkam tidak ingin menjawab. "Demi bayi kita yang sedang kamu kandung."

Livina menoleh syok mendapat informasi itu. "A... Apa? Bayi?"

Jack mengangguk pelan dan mendekati Livina. Jack meraih Livina dalam pelukannya erat, sangat erat melebihi eratnya kain penenang ini. Jack akhirnya menyadari jika Livina berhasil merebut hatinya. Untuk pertama kalinya dia jatuh cinta.

Tak ada kata yang terlontar, baik Livina maupun Jack mematung dengan pikiran kalut masing-masing. Air mata Livina mengalir perlahan. Hatinya tercabik-cabik hingga level terendah. Kenapa, kenapa dan kenapa? Haruskah dia sepilu ini? Jack mengetahui Livina menangis dan mengetatkan pelukannya, dia tidak ingin lagi lari bersembunyi dan memutuskan menghadapi semuanya dengan keseluruhan tekadnya.

Hangat tubuh Livina membuatnya nyaman. Untuk pertama kalinya dia merasa tenang, bebannya seperti terangkat.

"Aku tahu kesalahanku begitu fatal, tetapi aku ingin memulai semuanya dari awal. Maafkan aku, Livina." Jack mengurai pelukannya dan meraih wajah Livina. Kening mereka saling menempel erat. Livina berusaha berontak tetapi Jack mempertahankan posisi mereka. "Aku... aku ingin berubah. Aku tidak ingin lari lagi."

"Ke... kenapa?"

Jack meletakkan tangan kanannya diperut Livina, "terima kasih sudah mengandung anakku. Aku cinta kamu, Livina." Ungkap Jack tulus. Matanya berkaca-kaca menatap tepat dimanik mata Livina. Ungkapan manis itu membuat Livina bergerak mundur, dia tidak mempercaya ini. Apa dia masih bermimpi? "Livina..." Jack kembali ingin memeluk Livina.

"Stop!" Livina bergerak kesusahan karena seluruh tangannya terbalut bersama tubuhnya oleh kain.

Jack bangkit berdiri dan berlutut di atas lantai menghadap Livina.

"Please Livina..." Lagi-lagi Livina terkejut dan memalingkan wajahnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Livina melirik pelan dan masih menemukan Jack yang berlutut menatap dengan mata sendu.

"Kenapa?" Livina memberanikan diri bertanya lagi.

"Aku menyesali semuanya. Apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa menerimaku?"

Livina terdiam menatap Jack lama, dia masih tidak mempercayai pria di hadapannya ini. "Aku tidak mengerti sikapmu selama ini."

"Aku berusaha untuk mencari perhatianmu. Itulah mengapa aku selalu mengunjungi tempatmu bekerja."

"Kamu memiliki banyak wanita yang jauh lebih cantik."

"Aku mencoba berkilah dari perasaanku yang sebenarnya. Pada akhirnya aku justru menyakitimu. Aku sangat menyesal." Simpul Jack menunduk lesu.

Livina menghela napas panjang dan terdiam. "Aku tidak bisa percaya semudah itu."

"Aku tahu." Jack bangkit dan memanggil perawat. "Buka ikatannya!"

Dua orang perawat itu menolak tegas. "Kami tidak bisa, Pak. Resikonya terlalu besar." Salah satu perawat itu bahkan memberi kode kepada Jack mengenai kehamilan Livina. Perawat itu kuatir Livina akan membahayakan janin yang dikandungnya.

"Livina tidak akan menyakiti bayi kami." Tegas Jack. Dirinya mendekati Livina dan meletakkan tangannya diperut Livina tenang. Kedua perawat itu saling melirik.

"Kami harus menunggu persetujuan dokter."

"Panggil dokter itu sekarang!" perintah Jack tak surut.

His Innocent Widow (21+)Onde histórias criam vida. Descubra agora