Bab 10

993 236 6
                                    

Yang, OTW Jakarta, ya.

Sebaris pesan dari Eska membuat Gemma terdiam sejenak. Tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Keputusan apa yang harus dia ambil?

"Aku nggak tahu harus ngomong apa? Atau lebih tepatnya harus bagaimana," tuturnya begitu wanita yang melahirkannya menjawab telepon itu.

Terdengar tarikan napas dari wanita paruh baya itu. Gemma tahu, sejujurnya keputusan itu sudah ada. Hanya saja gadis itu butuh semacam dorongan dari orangtua satu-satunya yang membesarkannya selama ini.

"Lima tahun lalu, kamu pernah ada di posisi ini,   Gem. Jadi, mami rasa kamu sudah tahu jawabannya. Jangan jadi jahat kalau kamu tahu rasanya dijahatin itu kayak gimana," jawab wanita itu membuat Gemma terpekur.

Hubungan terlamanya kandas tepat ketika Restoran tempatnya bekerja tutup. Singkat kata,  Gemma baru menjadi pengangguran. Lamaran yang direncanakan beberapa bulan lagi lenyap begitu saja. Tidak mudah memang, membiarkan anaknya yang sudah mapan secara finansial berpacaran sama pengangguran. Secara normal pasti akan berpikiran bahwa itu akan menjadi beban. Otomatis pasti memalukan keluarga. Dan itu beriringan dengan label 'memoroti' melekat dengan sendirinya.

Pahit rasanya. Siapapun jika bisa memilih pasti akan memilih posisi yang enak. Punya pekerjaan tetap, gaji mantap dan hidup mapan. Impian semua orang bukan? Dan kini, Gemma bersyukur bisa diberi kesempatan itu. Seketika itu juga, hatinya yakin dengan keputusannya terhadap Eska.

Jangan jadi orang jahat kalau kamu tahu gimana rasanya dijahatin.

Menilik kondisinya sekarang. Gadis itu yakin, tidak ada yang bisa menjamin masa depan seseorang. Eska tidak perlu tahu rasanya ditinggalkan ketika sedang jatuh. Cukup dirinya saja yang tahu. Padahal sedikitpun dulu, Gemma tidak pernah meminta materi pada mantannya itu. Jadi, siapa yang menjadi beban?  Sementara ibunya masih mampu untuk menyokong hidupnya. Hanya ketakutan orang picik yang bilang orang yang sedang menganggur adalah beban atau aib.

"Oke, Mami. Aku harap, keputusan ini tepat," jawab Gemma dengan semangat barunya.

Tawa bangga terdengar seiring dengan berakhirnya panggilan telepon. Gemma terdiam sejenak membaca pesan dari Eska sebelum tidur. Sudut bibirnya melengkung manis. Sedikit bahagia menyusup perlahan.

Besok ketemu ya kita. Tapi abis itu kita nggak ketemu 4 harian. Aku sama temanku ini mau ikut event Disney dari tiket.com. Bayarannya lumayan 350rb/hari. Di SCBD,  Yang. Nggak apa-apa kan?

Laki-laki itu memang pernah bercerita kalau dia dan teman-temannya sering ikut event dari tiket.com. Apalagi kalau punya rencana travelling, mereka suka nekat mengorbankan pekerjaannya demi event yang honornya dua kali lipat dari gaji hariannya.

Namun kali ini, Gemma hanya bisa berucap syukur dalam hati. Sekali lagi, janji Tuhan itu benar. Rejeki akan terselip dimana saja tanpa bisa kita prediksi datangnya.

See you tommorow, kesayangan.

Kata 'kesayangan' entah mengapa membuat hati gadis itu menghangat. Tidak ada ragu lagi. Dulu, mungkin Gemma sama seperti umumnya perempuan-perempuan di luar sana. Memiliki kriteria calon pendamping yang baik, mapan, punya pekerjaan tetap. Wajar bukan? Tapi sekarang, seiring waktu berlalu, banyak pelajaran hidup yang menyadarkannya. Tidak ada yang tahu rejeki tiap-tiap orang. Pun dengan masa depan seseorang.

Bukankah semua memiliki peluang untuk masa depan yang baik? Hanya saja tergantung mau berusaha atau tidak. Sementara standar baik tidak bergantung pada materi yang dimiliki.

I choose you.

***

Gara-gara Langgam kemarin, satu koperasi mendadak heboh. Gemma diam-diam sudah punya pacar katanya. Tidak perlu mencari tahu,  gadis itu sudah tahu siapa yang paling berperan dalam menyebar gosip tersebut. Pria tua berkacamata itu.

"Beneran punya pacar? Security mana? Apa anak parking?" tanya rekan-rekan kerjanya.

Gemma mengatupkan rahang. Merasa seperti ada nada merendahkan. Pikirnya, memangnya karyawan koperasi tidak boleh punya pacar yang bekerja di tempat nyaman, di dalam gedung megah? Bukan maksud dirinya merendahkan security atau parking. Tapi rasanya rentetan pertanyaan itu tidak etis bagi Gemma.

"Kenapa sih? Kayaknya gue nggak pantes banget dapet pacar yang kerjanya enakan dikit?" tanya Gemma menyipitkan matanya. Terus terang pertanyaan itu membuat dirinya tersinggung.

"Anak ojol?"

"Bukan. Anak mamak sama bapaknya," sembur Gemma melangkah keluar meninggalkan mereka yang menggerutu sebal dengan jawaban seenaknya itu.

"Ngaku aja sih. Anak mana sih? Penasaran gue."

Pak Budi tergesa menyusul langkah Gemma. Sudah jelas bukan, rahasianya bocor darimana?

"CS!"

"Cleaning service?"

Gadis itu melotot marah, menghentikan langkahnya seketika. Ya, sepertinya bagi orang-orang, karyawan koperasi itu sewajarnya pacarnya tidak jauh-jauh dari parking, cleaning service dan ya paling mentok, security. Di dalam gedung perkantoran dan Mall ini, koperasi karyawan seperti lampu kuning di rambu rambu lalu lintas. Ada, tapi tidak dianggap. Penting tapi tidak diperhatikan. Status sosial karyawan koperasi pun hanya dipandang sebelah mata.

"Customer Service, Pak. Nggak kerja di sini dia. Nggak ada yang kenal sama dia," beber Gemma.

"Bohong lo!"

"Gue nggak minta lo buat percaya kok," sahutnya tidak mau kalah.

Pengakuan bukan hal penting lagi bagi Gemma sekarang. Terserah orang mau percaya atau tidak. Kakinya segera melangkah cepat. Seseorang sudah menunggu di depan kampus Usni tidak jauh dari Gandaria City.

"Gem! Lo nggak mau pulang bareng gue? Biasanya lo pulang bareng gue," seru Pak Budi yang dijawab dengan lambaian tangan.

Jam kerja khusus hari ini rasanya berputar cepat. Entahlah, mungkin Gemma yang memang sedang bersemangat karena akan bertemu dengan Eska. Di ujung sana, sudah ada pria itu. Menunggunya dengan kemeja flanel yang menjadi outer kaos hitamnya. Sejenak dia terdiam menatap Eska dari atas ke bawah.

"Iya, tahu. Aku hitam," ucap Eska sebelum Gemma meledeknya.

"Aku nggak bilang lho."

"Ayo, Paman McD udah menunggu."

Gadis itu tertawa. Ya, tempat itu adalah favorit bagi keduanya untuk menghabiskan tengah malam sepulang bekerja sambil berbagi kisah. Namun kali ini ada yang spesial bagi Gemma. Adalah kemantapan hatinya. Bahkan untuk pertama kalinya dia membalas genggaman tangan Eska. Di sana, seperti ada kenyamanan yang menepis pelan semua keraguan dan ketakutannya.

Mari kita jalani saja. Tanpa perlu takut akan berakhir bagaimana.

***
Tbc.

30 Mei 2021.
S andi

Geser Kanan Jodoh (TERSEDIA CETAK DAN EBOOK)Where stories live. Discover now